Teluk Jakarta Terkontaminasi Paracetamol, Inilah Kemungkinan Dampak yang Bisa Ditimbulkan

Lisakhumaer
Echolocation Blog
Published in
3 min readOct 3, 2021

Pemantauan kandungan air laut penting dilakukan untuk mencegah pencemaran laut. Pencemaran laut telah berdampak pada kematian massal biota laut dan kerusakan ekosistem di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa peneliti dari University of Brighton bekerjasama dengan LIPI melakukan riset Pemantauan Pencemaran Pesisir yang Intensif , salah satunya di perairan Teluk Jakarta. Hasil menunjukan bahwa kandungan paracetamol tinggi ditemukan di perairan tersebut, hal ini menjadi kabar buruk bagi kondisi lingkungan kita. Bagaimana kelanjutannya ? (02/10).

Sebuah studi mengungkapkan bahwa sejumlah titik di Teluk Jakarta terkontaminasi oleh bahan obat-obatan, salah satu jenis yang ditemukan adalah paracetamol. Titik yang diketahui mengandung paracetamol tinggi adalah pada wilayah Pantai Angke dan Ancol.

Studi penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dari University of Brighton dan LIPI Indonesia ini menganalisis sampel yang diambil dari 5 titik, yaitu di Teluk Jakarta adalah Angke, Ancol, Tanjung Priok, Cilingcing dan yang satu ada di Jawa Tengah yaitu Teluk Eretan. Penelitian ini merupakan studi pertama yang meneliti kandungan paracetamol di Indonesia.

Tim peneliti ini terdiri dari Dr Wulan Koagouw, Prof Zainal Arifin, Dr George Olivier, dan Dr Corina Ciocan. Mereka berasal Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton Inggris.

Hasil menunjukan bahwa kandungan paracetamol di Angke, yaitu sebesar 610 nanogram per liter, dan Ancol 420 ng/L. Kandungan tersebut diduga karena konsumsi paracetamol yang berlebih sehingga sampai di laut dan menyebabkan waste water treatment yang kurang baik. Konsumsi paracetamol berlebih akan terbuang melalui air seni dan feses kita, lalu masuk septic tank yang langsung dibuang ke sungai dan bermuara ke laut.

Ada cukup banyak bukti kandungan obat-obatan di dalam air dapat mempengaruhi ekosistem perairan, terutama ikan. Seperti dilansir situs Harvard, sejumlah penelitian menunjukkan bahan kimia seperti obat memiliki efek feminisasi pada ikan jantan dan dapat mengubah rasio betina-jantan. Penelitian lain telah menemukan obat antidepresan yang terkonsentrasi di jaringan otak ikan di hilir dari pabrik pengolahan air limbah laut.

Berbeda dengan dampak yang terjadi pada ikan, bahaya laut yang tercemar paracetamol terhadap manusia tidak diketahui secara pasti. Tetapi masalah yang terjadi adalah keamanan pangan dan perikanan yang berbasis di daerah Teluk Jakarta.

Efek kontaminasi paracetamol meningkat setelah paparan jangka panjang, kemungkinan juga disebabkan karena pasca-COVID-19. Wilayah Asia Tenggara adalah hotspot keanekaragaman hayati laut dan menjadi tuan rumah terumbu karang yang sangat sensitif terhadap polusi air. Oleh karena itu, kelanjutannya mengharuskan tindakan untuk mengidentifikasi polutan dan memahami dampak potensialnya.

Efek buruk dari polusi yang dilaporkan untuk Teluk Jakarta termasuk : kematian ikan, hipoksia,eutrofikasi dan sering mekar alga beracun, mengurangi total populasi ikan dan tingkat kontaminan yang tinggi dalam makanan laut.

Meski begitu, para ilmuwan menyebut studi gambaran awal ini masih membutuhkan analisis lebih lanjut. Mengingat pertimbangan obat-obatan sebagai kontaminan yang muncul, data ini menunjukkan penyelidikan lebih lanjut diperlukan.

Saat ini kasus ditemukannya kandungan obat-obatan di angke dan ancol sedang diteliti lebih lanjut oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta.

Penulis : Lisa Khumaeroh

--

--