Menjaga Reputasi Bisnis Dalam Startup

Verticallya Yuri S.E Pratiwi
Ecoxyztem
Published in
3 min readMay 26, 2023
Image by rawpixel.com on Freepik

Masyarakat Indonesia, khususnya nasabah Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau Bank BSI dikejutkan oleh tidak dapat diaksesnya pelayanan Bank BSI yang dilanjut dengan kabar telah terjadi serangan siber ransomware. Hal ini menjadi kekhawatiran tidak hanya bagi nasabah Bank BSI saja, tetapi juga pengguna layanan bank lain yang ikut waspada atas serangan siber tersebut.

Serangan siber pada Senin (8/5) yang telah menyebabkan masalah gangguan layanan hingga mengancam kebocoran 1,5 TB dengan 15 juta data nasabah dan karyawan berlanjut pada permintaan negosiasi dari Ransomware LockBit 3.0 yang pada akhirnya berujung pada postingan LockBit yang memperlihatkan daftar link yang terhubung dengan data-data perbankan.

Meski Wakil Direktur BSI Bob Tyasika Ananta mengatakan bahwa data nasabah aman, tidak menyurutkan kecemasan terutama di media sosial di mana data-data yang diklaim LockBit sebagai data dari BSI telah disebarluaskan.

Dalam hal ini, terlepas dari data yang telah berhasil diamankan, kepercayaan konsumen yang paling dipertaruhkan. Terlebih Indonesia yang memiliki ambisi untuk menjadi fintech syariah №1 di dunia. Pada tahun 2022 sendiri dalam fintech syariah, rank 1 ditempati oleh Saudi Arabia, rank 2 oleh Malaysia, dan rank 3 ditempati Indonesia setelah melampaui Uni Emirat Arab di posisi 4.

Meski merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia merupakan rumah bagi 61 pelaku industri fintech syariah yang hanya sepersekian persen dari total 300 perusahaan fintech yang memiliki izin di Indonesia. Hal ini cukup disayangkan mengingat besarnya konsumen potensial. Hal yang terjadi pada Bank BSI dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen, mencederai reputasi, dan tentu akan mempengaruhi performa fintech syariah di Indonesia pula. Mengingat Bank BSI merupakan gabungan dari tiga syariah milik bank BUMN, yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah.

Konsumen tentu akan bertanya-tanya pada potensi permasalahan yang sama dapat terjadi di masa depan pada layanan fintech, tech-startup atau bahkan startup secara keseluruhan. Maka ketika hal tersebut terjadi, ini yang setidaknya bisa dilakukan oleh para leader atau CEO startup.

Apa yang terlewat dalam pengembangan bisnis dan talent dalam dunia teknologi yang semakin maju ini?

Mempertanyakan hal ini, akan mengkritisi segala kekurangan yang ada tapi terlewat oleh para penggiat startup. Sebagai seorang pemimpin dalam startup, perlu dilakukan pertimbangan kelompok-kelompok talenta yang berperan langsung dalam startup ini yang mungkin diabaikan karena bias-bias lama dan bertanya pada diri sendiri, “Bagaimana kita dapat memanfaatkan kelompok-kelompok baru yang memiliki talenta?”

Apa talenta dengan skill dewa sudah cukup untuk jaga kepercayaan konsumen dan reputasi perusahaan?

Penguatan skill tentu menjadi hal mutlak, tetapi awareness dari para pihak yang terlibat menjadi lanjutan terhadap pekerjaan dan skill yang dimiliki oleh para talenta tersebut dalam bisnis harus menjadi point utama dalam menjaga reputasi bisnis. Pentingnya menjaga keamanan yang akan berakibat langsung pada kepercayaan konsumen serta reputasi adalah hal terpenting yang harus disadari oleh para pihak dalam startup.

Adanya awareness dari para penggiat startup mengenai keamanan data pengguna yang diwujudkan dengan pengembangan yang terus berkelanjutan adalah impian setiap konsumen dan apa yang dicari konsumen yang kini telah semakin memiliki awareness terhadap hal tersebut. Karena keamanan akan memberikan kenyamanan dan menghadirkan kepercayaan.

Bagaimana menjaga dan mencegah rusaknya kepercayaan dan hancurnya reputasi bisnis?

Dilansir dari Entrepreneur, menemukan pendekatan non-tradisional dan kreatif untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi talenta serta kegiatan usaha adalah cara yang dapat membantu perusahaan melihat talenta dan sudut pandang baru yang mungkin dianggap sebagai bagian yang kurang. Pendekatan, identifikasi, dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk dapat mencegah rusaknya kepercayaan dan hancurnya reputasi bisnis. Lebih lagi, hal ini tidak hanya terkait kepercayaan dan reputasi, tetapi juga dapat terus mengembangkan perusahaan secara bersamaan dalam segala sisi.

Tetapkan goals untuk reputasi atau kredibilitas seperti ketika menetapkan goals dalam perkembangan bisnis lainnya

Fastcompany berbagi, bahwa sama seperti perusahaan yang harus memiliki daftar klien impian, target pasar, tujuan pencapaian, dan sejenisnya, diperlukan daftar impian sebagai “tanda” dari sebuah reputasi atau kredibilitas. Tujuan yang ditetapkan dan dibagikan dengan pihak yang terlibat dalam usahamu, akan membuat awareness terbangun secara alami. Tentu saja, selain goals yang ditetapkan, diperlukan misi yang jelas untuk mencapai itu semua.

Tanpa reputasi yang baik bagi klien dan konsumen, bisnis tidak akan berjalan dengan lancar. Dalam menjalankan bisnis, terutama startup, reputasi yang baik tentu akan menjadi kunci utama dalam mengembangkan talenta, target, dan tentu, keuntungan.

--

--