Workaholic: Perbedaan antara Ambisi dan Kecanduan, serta Kepuasan dan Kekurangan

Verticallya Yuri S.E Pratiwi
Ecoxyztem
Published in
3 min readDec 6, 2023
Image by ArthurHidden on Freepik

Di masa persaingan yang semakin ketat dengan requirement yang sulit, bekerja menjadi sebuah tuntutan yang tidak hanya berlandaskan kewajiban. Lebih dari itu, ada hal lain yang diisi oleh sebuah pekerjaan dalam hidup setiap orang. Seperti pemenuhan atas ketidakpuasan terhadap kehidupan pribadi, maupun pelarian dari adanya obsessive-compulsive disorder (OCD) atau mental health lainnya. Hal ini memunculkan sebuah keadaan workaholism yaitu sebuah keadaan work addiction, atau kecanduan kerja.

Work addiction merupakan sebuah kondisi kesehatan mental yang nyata. Sama seperti kecanduan lainnya, kecanduan kerja yaitu ketidakmampuan untuk menghentikan perilaku dalam bekerja atau pekerjaan. Menjalani jam kerja yang lebih panjang, sering dikaitkan dengan terjadinya workaholism. Jam kerja yang lebih panjang daripada seharusnya memang erat kaitannya dengan workaholism, tetapi seseorang yang memiliki jam kerja panjang tidak selalu merupakan sosok workaholic. Dilansir dari healthline, workaholism kaitannya erat dengan kebutuhan kompulsif untuk mencapai status dan kesuksesan, atau untuk melepaskan diri dari stres emosional.

Menurut Malissa A. Clark, seorang asisten profesor departemen psikologi di University of Georgia, workaholism ditandai dengan adanya:

  • Dorongan untuk bekerja secara terus menerus diakibatkan tekanan dalam diri
  • Memikirkan tentang pekerjaan saat sedang melakukan aktivitas di luar pekerjaan
  • Bekerja lebih keras dan panjang, lebih dari apa yang menjadi jobdesc dan tanggung jawab dari pekerjaannya, yang mana hal tersebut memiliki potensi untuk menimbulkan efek negatif

Bahkan sama seperti seseorang yang kecanduan narkoba, seseorang yang kecanduan kerja mencapai perasaan “high” dari bekerja. Hal tersebut menyebabkan pengulangan perilaku yang membuat mereka merasa senang. Mereka mungkin terlihat berkomitmen pada pekerjaan yang dilakukan, terlihat terikat pada keberhasilan proyek, atau bahkan hanya terlihat memiliki banyak lembur karena pekerjaan yang menumpuk. Namun, ambisi dan kecanduan merupakan dua hal yang sangatlah berbeda.

Dalam caranya menghindari beberapa aspek dalam kehidupan, baik emosional issue maupun krisis yang tengah dihadapi dalam kehidupan pribadi, workaholism merupakan jalan keluar yang secara sadar dan tidak sadar dipilih. Hal ini berdampak pada diperpanjangnya sendiri waktu bekerja, bahkan saat tengah menjalani aktifitas lain di luar pekerjaan. Hal ini membuat kehidupan pribadi akan terdampak, dan keadaan kesehatan baik secara mental maupun fisik akan terpengaruh.

Seseorang dapat mengalami “burnout” jika mereka bekerja hingga mencapai titik kelelahan fisik dan mental. Hal tersebut merupakan dampak umum dan paling terlihat dalam workaholism. Kelelahan dapat menyebabkan stres yang ekstrem, hubungan yang rusak, dan bahkan penyalahgunaan narkoba.

Dalam sebuah temuan dari penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the American Medical Association (JAMA), stres kronis yang terkadang diakibatkan oleh pekerjaan yang terus menerus memang dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik.

Dalam workaholism mungkin ada saat-saat di mana hal-hal lain yang berada di luar pekerjaan dapat teralihkan sesaat, tetapi hal tersebut tidak membuat hal-hal tersebut selesai. Karena meski pekerjaan dianggap mencapai tujuan, ada hal lain yang tidak selesai dan tetap akan menimbulkan kerisauan. Maka, dibalik pemenuhan tugas dalam bekerja, akan hilang bagian-bagian dalam kehidupan pribadi yang mungkin baru akan disadari setelah benar-benar lenyap.

Ini berbeda dengan work engagement yang memiliki kepuasan kerja, tapi tidak selalu ditandai dengan jam kerja yang panjang. Jam kerja yang panjang dapat datang dari kepuasaan dan keseruan yang dirasakan saat bekerja, tetapi, ketika pekerjaan selesai dan beralih pada aktivitas lain, maka mereka yang memiliki work engagement dapat melepaskan diri dari pekerjaan dan fokus pada hal lain di luar pekerjaan.

Jalan keluar yang dapat dilakukan workaholic, selain dari pertolongan profesional, pemisahan antara waktu kerja dengan kehidupan pribadi sangat penting untuk dilakukan. Mencari kepuasan dalam bekerja dengan implementasi yang lebih sesuai adalah jalan keluar selanjutnya yang dapat dilakukan para workaholic.

Kepuasaan dalam bekerja, sering dikaitkan dengan passion. Lalu, apakah mengerjakan sesuatu yang bukan passion dapat memuaskan?

Tentu saja bisa!

Kepuasaan tidak hanya datang dari ambisi, tidak selalu muncul dari gairah dalam passion.

Ada banyak hal yang dapat menjadi kepuasaan dalam bekerja. Baik itu dari segi finansial, lingkungan kerja, bidang yang digeluti, keberhasilan dampak dari sebuah proyek, dan masih banyak lagi untuk dicari.

--

--