XYZ Founder Series: “Mendaki Sampai Puncak adalah Pilihan. Turun kembali adalah Wajib”
Tidak semua orang menyukai kegiatan luar ruang seperti mendaki gunung. Tapi kita bisa jadikan filosofi dari aktivitas tersebut menjadi sebuah perumpamaan.
Rasanya jarang melihat pendaki yang membuka tenda di puncak gunung. Kebanyakan memang sebatas singgah, abadikan momen, lalu kembali ke basecamp di bawah. Mengapa? Cuaca di puncak gunung sulit diprediksi dan cepat berubah. Dari kondisi langit yang cerah, bisa dengan singkat menjadi mendung dalam hitungan menit. Medan terjal dengan area yang terbatas juga menjadi hal yang menyulitkan. Belum lagi keterbatasan kadar oksigen di ketinggian tertentu, sehingga membuat berkemah di puncak gunung sangatlah sulit.
Sama halnya dengan membangun startup. Sebuah startup tidak jauh berbeda dengan ekspedisi. Terkadang jalannya tampak jelas dan iklimnya mendukung. Lalu tiba-tiba kita dihadapkan dengan serangkaian persoalan pelik. Dalam situasi seperti ini, seorang founder harus bereaksi layaknya seorang pendaki handal; Tetap tenang dan segera gunakan perlengkapan yang dibawa.
Betul sekali, perlengkapan. Sebelum mendaki atau melakukan perjalanan, hal yang pertama disiapkan adalah perlengkapan yang diperlukan, dan tentu saja bakal diperlukan saat menghadai kondisi di luar prediksi. Misal, ketika hendak bersepeda jarak jauh, tidak ada salahnya membawa alat tambal ban serta pompanya. Begitu pula ketika mendaki, salah satu yang wajib dibawa adalah jas hujan, yang mana kehujanan saat mendaki akan berbeda dengan kehujanan saat kita pergi ke minimarket. First aid kit, senter, serta pakaian kering tentu juga diperlukan untuk dibawa meski akan terasa merepotkan.
*****
2016 iklim investasi pada startup begitu kencang dan menggeliat sehingga muncul istilah “bakar uang” yang kebanyakan berlaku di startup kelas atas. Merekrut dengan cepat, standar gaji yang tinggi, hingga beriklan di ruang yang lebih luas dilakukan secara kompetitif karena “iklimnya” terlihat cerah hingga akhirnya masuk ke era pandemi yang datang tanpa peringatan, ketika kita menganggap cuaca akan tetap baik-baik saja.
Yang terjadi pasca-pandemi, iklim investasi menurun meski tidak signifikan, tapi untuk mencari pendanaan tidak semudah 4–5 tahun lalu. Banyak VC yang mendingin, melihat bahwa profit juga prioritas. Belum lagi karakter konsumen yang ikut berubah sehingga memaksa para founder mengubah strategi penetrasi pasar yang dampaknya produk tidak cepat terserap seperti yang direncanakan. Pada kondisi ini, kita berharap memiliki “jas hujan” kan?
Tulisan ini bukan mengajak founder untuk berhenti “mendaki” karena sebagai ecopreneur kita akan selalu menghadapi serangkaian ketidakpastian, dan risiko adalah hal yang selalu tanpa pilihan untuk diambil. Tetapi untuk bergerak lebih cepat, kita tidak lagi berdasarkan asumsi bahwa founder akan selalu tahu apa yang akan terjadi, kita perlu bersiap-siap untuk apa yang bisa terjadi.
Sedikit membawa beban tambahan mungkin tampak berlebihan, namun mendaki mencapai puncak adalah pilihan. Turun kembali ke bawah adalah wajib dan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di puncak selain bersiap-siap menghadapi segala kondisinya dengan perhitungan yang matang.