XYZ Founder Series: Susah Cari Ide Bisnis? Coba Baca Ini

Founder Note
Ecoxyztem
Published in
3 min readApr 3, 2023

”Mau berbisnis, tapi bisnis apa ya?” Apakah kamu sedang dibayangi oleh pertanyaan seperti itu? Jangan khawatir, itu sangat natural. Bahkan kami di Ecoxyztem masih sering menjumpai calon founder, khususnya dari jenjang mahasiswa tingkat akhir yang datang dengan pertanyaan tadi.

”Mau berbisnis, tapi bisnis apa ya?” Apakah kamu sedang dibayangi oleh pertanyaan seperti itu? Jangan khawatir, itu sangat natural. Bahkan kami di Ecoxyztem masih sering menjumpai calon founder, khususnya dari jenjang mahasiswa tingkat akhir yang datang dengan pertanyaan tadi.

There’s nothing new under the sun, sebuah ungkapan berbahasa Inggris yang kira-kira memiliki arti begini; Yang terjadi di dunia ini, semua sudah pernah terjadi, dilihat, ataupun diciptakan. Segala sesuatu yang ada, akan selalu ada.

Ketika berada dalam tahap pikiran yang masih digelayuti oleh upaya keras mencari ide bisnis, seringkali kita terbebani oleh ambisi untuk segera mendapatkan ide yang segar, brilian, canggih, serta eksklusif. Namun apa yang terjadi? Seiring waktu berlalu, ide bisnis tak kunjung menampakan ‘hilal’-nya. Ini yang menjadi alasan mengapa banyak buku-buku seri kewirausahaan yang mengangkat topik passion.

Bagaimana kita dapat menjalankan sebuah bisnis, apabila di tahap mencari ide saja sudah dianggap sebagai beban. Perlu dicatat oleh para startup founder, bahwa pencarian ide bisnis bukan suatu beban, melainkan salah satu tahapan yang harus kita selesaikan untuk menjadi seorang pebisnis. Untuk tahu lebih jelas tahapan membangun startup, kamu bisa membacanya di sini.

Dalam proses pencarian ide bisnis, ide tersebut dapat datang dari berbagai sisi dan kapan saja. Terkadang muncul dari lingkungan sekitar kita, keseharian kita, atau bahkan hobi kita. Hal tersebut dapat dimulai dengan lebih peka pada permasalahan yang ada di lingkungan sekitar. Berlanjut pada tahap dilakukannya validasi dengan wawancara pada pihak-pihak yang bersangkutan akan menambah pemahaman kita untuk dapat ‘kenal’ pada permasalahan yang kita jumpai. Dari deretan permasalahan yang ada, kita dapat memilih masalah paling urgent dan dirasa paling banyak relate dengan banyak orang untuk kemudian dibuat solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Apa yang kita lakukan itu, akan menjadi langkah yang lebih progresif untuk memulai ide bisnis. Selain itu, kita juga perlu melakukan analisis ide bisnis yang sudah ada sebelumnya untuk dapat diketahui apa kelebihan dan kekurangan ide bisnis yang kita miliki dari ide bisnis yang telah ada sebelumnya.

Meruntut progres yang telah dilakukan dalam menemukan ide bisnis, sejatinya ide tersebut harus dicari, dan pencarian dapat dimulai dengan kepekaan pada permasalahan yang kita, dan orang sekitar kita rasakan. Lalu membuat solusi untuk mengatasinya, dan membuatnya menjadi bisnis. Seperti apa yang dikatakan Peter Drucker, “The best way to predict the future is to create it.”.

Ide bisnis hanya akan menjadi ide tanpa adanya realisasi. Metode lean startup akan menjadi langkah awal yang baik untuk merealisasikan ide bisnis. Dimulai dengan membuat prototype produk dan meminta target konsumen untuk mencobanya, maka kita akan memperoleh banyak masukan untuk membuat ide bisnis kita semakin baik dan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Selain itu, kita juga akan mengetahui respon konsumen terhadap ide kita. Tertarik, biasa saja, atau bahkan tidak tertarik? Dan yang lebih penting lagi kita bisa mengetahui strategi yang tepat untuk merancang ide bisnis kita mulai dari sisi produk, hingga bagaimana produk bisa sampai ke konsumen. Ashleigh Brilliant pernah berkata, “Good ideas are common — what’s uncommon are people who will work hard enough to bring them about”.

Co-author: Verticallya Yuri S.E Pratiwi

--

--