Masalah Hidup Bersama

Jika aku menua setelah bertemu denganmu.

Andi K. Herlan
efekrumahbaca
3 min readFeb 22, 2020

--

Aku akan mengiyakan impian-impianmu yang bisa kita bicarakan sambil makan bersama karena tidak berat dan bisa diwujudkan dengan niat, doa, dan tabungan kita. Kau tampak senang membahasnya.

Cinta tidak jatuh pada orang yang salah. Saat itu aku mungkin sudah melewati fase berpikir bahwa hidup ini akan selalu indah asal bersamamu.

Kau tahu? Dunia ini tetap indah dengan atau tanpamu. Bedanya hanya lebih sulit dilalui jika tanpamu. Itu akan jadi salah satu kehendak Tuhan, hukuman anak Adam. Tapi kadang aku berpikir sebaliknya.

Bersamamu aku bisa jadi tidak konsisten. Kau membantuku berpikir dan meringankan beban mentalku. Jadi sebagian ragaku. Setengah obsesiku ada padamu.

Jangan khawatir jika kau menua setelah bertemu denganku.

Kita tidak akan kehabisan waktu untuk bicara banyak sampai pada hal-hal yang mungkin tidak penting. Bahkan ketika aku seorang yang sangat pendiam sekalipun.

Kita akan dianugerahi waktu. Masih ada sisa untuk merenungi rindu masing-masing sampai salah satu dari kita jadi salah satu rindu itu. Rindu yang tak bisa dilawan dan sudah tidak bisa disesali. Rindu selamanya: kematian.

Tampaknya kau lebih tetap suka cerita. Kau lebih suka berbagi bersamaku. Kadang kusuka itu. Kadang jadi pusing sendiri. Tapi malah kau yang marah.

Jika kita menua bersama setelah pertemuan itu.

Aku ingin punya rumah yang tak perlu terlalu luas karena kau juga ingin itu. Juga karena aku agak malas bersih-bersih. Apakah bersih-bersih akan jadi tugasku?

Kita perbanyak kebun saja dan kau senang dengan ide itu. Kau ingin punya bunga yang kau urus sendiri. Buah dan sayur yang kau panen sendiri. Seperti harapan kita ketika merasa lelah di dunia.

Kau membuatku berpikir betapa kau sudah menua bahkan sejak awal. Hal yang kusuka. Karena penuaan adalah tanda-tanda amarah mulai pudar. Kau cantik sesuai porsi, tapi konyol. Setidaknya bagiku.

Kadang aku khawatir dengan obsesiku yang menarikmu masuk padanya. Memusingkan. Seharusnya itu porsiku dan kau bisa bersenang-senang menikmati duniamu.

Kau bisa membaca dan menonton film jika kau suka. Atau membuat kreasi makanan baru yang mudah dibuat dan tetap bisa kita makan bersama. Tapi hidup tak bisa dengan mudah dinikmati, katamu, bila tak ikut berpikir bersamaku.

Kupikir, mengapa Tuhan mempertemukan kita? Betul. Agar kita tetap bisa bahagia meski sulit sedang datang. Penghibur di dunia. Maka aku berterimakasih untuk itu, padamu, yang sebenarnya kutujukan untuk Tuhan.

Kopi yang tak tandas kusesap karena lupa dan kadung mengendap itu selalu kau habiskan, lalu kau cuci bekasnya, agar malam berikutnya bisa kubuat ulang dan berharap bisa kucuci sendiri. Meski seringnya tetap hanya jadi harapan. Kau lebih mahir soal itu. Sepertinya kau berpikir aku yang malas.

Jika malam makin larut kadang aku bingung. Apakah lekas tidur atau menunggumu tidur duluan. Ini hal yang mudah diputuskan, tapi memakan waktu lebih lama dari seharusnya. Aku memang lamban.

Kadang. Ada malam-malam ketika aku menghabiskan waktu untuk memikirkan masalah hidupku sendiri karena aku hanya ingin kau bahagia. Tapi kau akan marah jika tahu. Membayangkan kau marah membuat semua masalah cepat selesai. Tak ada masalah yang lebih genting daripada marahmu. Maka aku akan cerita.

Jika kita menua setelah berjanji menyerahkan masalah hidup kita pada Tuhan.

Kau sudah mulai tidak peduli penilaian buruk orang lain terhadapku. Aku memang bukan yang sempurna dan kau sudah tahu. Kau tak peduli dengan tatapan keji orang-orang. Itu membuatku malu. Kucoba dan kuusahakan mengubah semua jadi lebih baik.

Aku menua dan watak buruk memang sulit berubah, kau berusaha menerima sedangkan aku menyesal. Aku menerka apa kau juga sama? Lalu, aku berhenti khawatir karena merasa punya teman dengan perasaan serupa.

Jika kau tak sabar untuk menua dengan cara itu. Mohon pendam rasa itu sebentar lagi. Tak perlu berusaha mempertegas dengan pertanyaan “apa kau juga?” Harusnya kuurungkan menulis ini agar kau bertanya. Mari kita janjian di waktu yang tepat.

Kapan ya motoin ini?

--

--