Foto dari Juliane Liebermann, tersedia pula di Unsplash.

Untuk Diriku Di Masa Depan

dan masalah-masalah yang antre untuk minta diselesaikan

Andi K. Herlan
Published in
2 min readJul 5, 2020

--

Ketika kau harus meninggalkan rumah. Jangan lupa untuk melihat wajahnya, dan wajah mereka, sekali lagi. Untuk memastikan berapa lama mereka akan baik-baik saja jika kau tak ada.

Saat prediksi waktu itu muncul sekilas di kepalamu, cepat pergi dan selesaikan urusanmu. Kembalilah sebelum ia dan mereka kehabisan kata-kata sederhana untuk menjelaskan betapa mereka merindukanmu.

Jika kau masih suka bepergian untuk mencari tempat tenang, jangan lupakan bahwa ada tempatmu untuk kembali. Tempat itu tetaplah rumah yang ramai ini, yang dipenuhi masalah. Dan kau adalah orang yang selalu ingin melerai permasalahan. Bukan lari darinya.

Tenangkan dirimu dan ingatlah bahwa kau tidak sendiri lagi sekarang. Ada kepala yang minta diberi peran. Ada hati yang ingin ikut merasakan. Jangan kasihan, karena ia akan marah bila dikasihani. Berikan sedikit waktu bagimu untuk menyusun kalimat yang baik.

Sabar tetaplah jalan menuju kepala yang dingin, seperti dulu, seperti yang sudah-sudah. Meski hati dan matamu memanas, terima saja. Kau tidak perlu takut dengan keburukan yang akan datang karena itu belum tentu akan terjadi. Kau tak perlu merasa kecil, karena hal besar akan terjadi setelah kau memulai sesuatu.

Bila ia memintamu bernaung di bawah keinginannya, itu bukan semata-mata ia ingin melangkahi dan menguasaimu. Kepalamu sedang ramai, sedangkan hatimu kesepian. Tapi jalan satu-satunya menujumu ialah pikiran kalut yang kau pertahankan. Maka ia harus melewatinya untuk bisa mengisi hatimu.

Biarkan segalanya tetap berjalan, karena mungkin kau tak mampu menahannya. Semua sudah ditentukan. Jadikan dirimu, dirinya, dan kalian semua kesayangan-Nya. Bawa serta sekitaran yang tergapai tanganmu. Sebisamu. Tak usah memaksa. Kau akan kewalahan.

Aku, saat menulis ini, memang tidak lebih baik darimu sekarang. Maka jika kau tak percaya padaku, lihat saja mereka. Lalu baca ulang apa yang kuucapkan di atas. Kuharap, pikiranmu akan terbuka, meski mungkin aku tak sepenuhnya benar.

--

--