ASAL LISTRIK — SI SERBA BISA

Elektron HME ITB
Elektron HME ITB
Published in
6 min readMar 23, 2024

Semakin modern peradaban, semakin tinggi juga ketergantungan manusia terhadap teknologi. Terutama, teknologi yang menggunakan listrik. Membayangkan banyaknya penggunaan listrik, manusia sepertinya sudah tidak lagi bisa membangun kehidupan tanpa listrik. Namun, bagaimana semua ini bermula? Mengapa manusia terdahulu bisa terpikirkan untuk menggunakan listrik sebagai energi (yang ternyata serba bisa)?

Manusia sendiri tanpa sadar telah menggunakan listrik sejak zaman Mesir Kuno. Pada masa itu, bangsa Mesir Kuno melakukan pengobatan epilepsy dan encok dengan ikan Listrik, Thunderer of the Nile. Akan tetapi, saat itu, manusia masih belum memahami bagaimana cara kerja listrik itu sendiri. Baru setelah 2 milenium kemudian, Thales of Miletus, seorang filsuf Yunani, melakukan percobaan dengan menggesekkan batu amber ke kain sutra. Dari percobaan ini, Thales mengamati bahwa batu amber tersebut menarik debu-debu di sekitarnya. Ini adalah awal mula penemuan listrik statis. Pada dasarnya saat semua hal belum terjelaskan, manusia lebih memiliki rasa penasaran yang mungkin setara dengan rasa lapar. Rasa lapar tersebut akan hilang seiring dengan terjawabnya rasa penasaran tersebut.

Meskipun rasa penasaran dan pemikiran mengenai listrik telah ada jauh sejak sebelum Masehi, istilah “Listrik” baru dikenal pada tahun 1600 ketika William Gilbert mencetuskan istilah electricus pada bukunya. Kata ini dia ambil dari bahasa Greek ‘Elektron’ yang artinya batu amber.

Namun, apakah listrik hanya bisa dihasilkan dari gesekan batu? Bagaimana dengan petir? Pertanyaan inilah yang mendorong Benjamin Franklin dari Amerika Serikat untuk menguji apakah petir adalah salah satu bentuk listrik. Pengujian bermula ketika semua orang berlindung di dalam rumah untuk menghindari badai di suatu hari tahun 1752. Franklin bersama anaknya menerbangkan layangan dengan kunci yang diikatkan di senarnya. Hasilnya, selain mendapat sentruman di buku jarinya, Franklin juga berhasil membuktikan bahwa petir adalah salah satu bentuk listrik statis.

Di belahan dunia lain, ada peristiwa unik dalam perjalanan penemuan listrik, yaitu katak dapat menghasilkan listrik. Hal ini dinyatakan oleh seorang doktor dari bidang kedokteran asal Italia, Luigi Galvani, yang tengah memberikan kuliah mengenai anatomi katak dan mulai bereksperimen dengan listrik pada tahun 1786.

Gambar Eksperimen Kaki Katak oleh Galvani

Sedikit mundur ke belakang, Galvani dan beberapa asistennya sedang melakukan eksperimen mengenai anatomi dan kelistrikan. Saat itu, terdapat kejadian yang tidak disengaja yaitu listrik yang menyentuh kaki katak tanpa kulit. Hal itu membuat kaki katak bergerak dan juga membuat pikiran Galvani bergerak untuk mencari sebabnya. Langkah pertama yang dilakukan Galvani adalah menggantungkan kaki katak menggunakan kuningan pada pagar dengan harapan petir menyambar pagar dan membuat kaki katak bergerak. Namun, ternyata kaki katak sudah bergerak tanpa ada petir. Setelah diamati lebih lanjut, kuningan merupakan konduktor (bahan yang dapat menghantarkan listrik) dan kaki katak dapat bergerak jika hanya dihubungkan dengan bahan konduktor.

Dari penemuan itu, Galvani berpikir bahwa ada suatu cairan dalam katak yang dapat menghasilkan listrik dan memicu pergerakan kaki katak saat dihubungkan ke konduktor. Namun, rekannya, Alessandro Volta, membantah hipotesa Galvani. Setelah sekitar 20 tahun, Volta berhasil menemukan listrik pada eksperimen kaki katak bukan dihasilkan oleh kaki katak itu sendiri melainkan oleh bahan metal yang berbeda juga cairan tertentu pada kaki katak yang bersentuhan saat Galvani melakukan eksperimen kaki katak. Volta menyebut teori ini “listrik kontak”.

Tumpukan Volta — Awal Mula Baterai

Teori “listrik kontak” dilanjutkan oleh Volta dengan membuat tumpukan volta, yaitu tumpukan yang berisi serangkaian seng dan tembaga disusun secara vertikal dan dipisahkan dengan kain yang direndam larutan asam atau garam untuk menunjukkan bahwa kapasitas logam yang dibasahi dapat menghantarkan arus listrik hanya dengan saling bersentuhan. Pada tahun 1800, Volta mengumumkan eksperimennya dan tumpukan volta inilah yang sekarang kita sebut baterai. Inilah yang menjadi awal mula listrik dapat dikendalikan dengan menambahkan tumpukan benda konduktor. Oh iya, hipotesa Galvani yang tadi disanggah Volta menjadi ide bagi bidang kedokteran dengan adanya shock wave therapy, lho.

Semenjak ditemukannya baterai, penemuan-penemuan yang berkaitan dengan listrik semakin pesat. Salah satunya, Sir Humphry Davy, seorang ahli kimia asal Inggris, menemukan pemanfaatan listrik paling efektif pada saat itu yaitu lampu listrik pertama, tepatnya pada tahun 1808. Lampu ini dibuat sebagai lampu keselamatan di pertambangan untuk mengurangi bahaya adanya ledakan akibat penerangan oleh api. Humphry Davy menghubungan dua kabel ke baterai dan meletakkan potongan karbon di tengah kedua ujung kabel sebagai elektroda untuk menghasilkan cahaya. Namun, lampu ini bukanlah lampu yang tahan lama karena pemakaian baterai yang besar dan cepat habis akibat arus yang dibutuhkan sangatlah tinggi.

Dari Humphry Davy, Michael Faraday, mahasisiwa Humphry Davy, mendapatkan inspirasi untuk meneliti hal serupa. Di sisi lain, Davy meilihat betapa besar kesungguhan Faraday dan menjadikannya asisten penelitinya. Alhasil, singkat cerita, Faraday menemukan terobosan bahwa gerakan magnet dalam kawat dapat menghasilkan arus listrik. Prinsip ini dikenal sebagai elektromagnetik. Nah, untuk mendapatkan listrik yang stabil dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, Faraday memanfaatkan prinsip elektromagnetik untuk menciptakan generator pertama dengan memutar pelat tembaga di antara dua magnet tapal kuda yang berlawanan. Generator ini berfungsi sebagai pembangkit listrik karena dapat mengubah energi kinetik menjadi energi listrik. Sejak itu, manusia dapat menggunakan mesin listrik dan pembangkit lsitrik.

Tidak seperti ilmuwan dan penemu lainnya, seorang penggemar matematika asal Jerman, Georg Ohm memulai perjalanannya mengenal listrik dan kemagnetan dengan pendekatan matematika. Georg Ohm mempublikasikan hasil kerjanya mengenai hubungan antara arus, tegangan, dan resistansi secara matematis yang sekarang disebut Hukum Ohm pada tahun 1825.

Setelahnya, seorang fisikawan dan matematikawan asal Perancis, André-Marie Ampére berhasil menjadi orang pertama yang mengukur arus listrik dengan alat penemuannya sendiri. Nah, makanya sekarang satuan internasional untuk arus adalah Ampére.

Lalu, Thomas Alva Edison dengan penemuan besar lampu 1001 percobaan. Meskipun sebenarnya banyak ilmuwan dan penemu yang telah menciptakan bola lampu, Edison menjadi satu-satunya yang diingat sampai saat ini karena menciptakan bola lampu yang dapat menyala selama 40 jam tanpa terbakar pada 1879. Funfact, di tahun 1882, Edison membuka pembangkit listrik arus DC di New York dan membuat lampu jalan elektrik pertama di New Jersey.

Penemuan besar lainnya terjadi di tahun 1881, mobil listrik dipublikasikan oleh Werner von Siemens, seorang penggemar eksperimen listrik asal Jerman.

Pada tahun yang sama, sepupunya, Alexander Siemens, di bawah perusahaan Siemens Brothers berhasil memasok listrik umum pertama kali di Godalming, Surrey, United Kingdom dengan pembangkit kincir air di pabrik terdekat.

Satu dekade kemudian, Nikola Tesla berhasil menjadi pencetus asal Amerika yang memproduksi dan mendistribusikan tenaga listrik arus bolak-balik dengan ditemukannya kumparan Tesla. Dari kumparan ini, Tesla berhasil mengirimkan listrik ke area yang lebih luas dari Air Terjun Niagara ke New York pada 1896. Inilah yang menjadi awal mula listrik yang kita gunakan sehari-hari, listrik arus bolak-balik.

Gambar Tower Tesla yang Mendistribusikan Listrik AC secara Wireless

Memasuki abad ke-20, listrik mulai masuk ke segala aspek kehidupan. Vacuum cleaner dan kulkas diciptakan. Selain itu, presiden Amerika Serikat saat itu, Franklin D. Roosevelt, menandatangani Rural Electrification Act yang memulai distribusi tenaga listrik ke area pemukiman.

Di Indonesia sendiri, listrik awal mulanya dipakai pada kawasan industri. Di akhir abad ke-19, ketika Belanda masih menduduki Indonesia, listrik dipakai untuk keperluan pabrik gula dan teh milik Belanda. Untuk mempermudah pengelolaan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di berbagai wilayah, dibentuk s’Land Waterkracht Bedriven (LWB), sebagai “PLN” ala Belanda saat itu. Ketika Jepang menduduki Indonesia, LWB diambil alih oleh Jepang sebelum akhirnya direbut oleh para pemuda dan buruh listrik. Ketika Indonesia Merdeka, LWB dinasionalisasi menjadi milik negara. Untuk memperingati momentum nasionalisasi perusahaan listrik ini, 27 Oktober ditetapkan sebagai Hari Listrik Nasional.

Setelahnya, listrik bukan lagi menjadi misteri bagi manusia. Jalan-jalan telah dipenuhi oleh lampu listrik. Perkembangan pengetahuan di bidang kelistrikan pada akhirnya membawa kepada berbagai penemuan-penemuan lainnya yang mengubah kehidupan manusia. Bahkan, sekarang manusia sepertinya tidak bisa hidup tanpa listrik. Kebutuhan akan sumber listrik yang tinggi ini pada akhirnya membawa manusia kepada eksplorasi berbagai sumber daya yang dapat membangkitkan energi listrik, termasuk nuklir. Belum lagi, saat ini, teknologi dengan listrik dan gabungan ilmu lainnya sudah bisa mengendalikan pikiran manusia.

Listrik yang manusia pakai sekarang, di gadget yang kamu gunakan untuk membaca artikel ini, di bola lampu yang kamu pakai untuk menerangi kamarmu, dan bahkan di rice cooker yang sedang memasak makan malammu, bukanlah hasil pengetahuan yang instan, melainkan melalui proses eksperimen yang panjang dan pemikiran dari ribuan kepala. Keberadaan listrik telah merevolusi kehidupan manusia dengan cepat. Meskipun dalam beberapa puluh tahun ke depan, manusia tidak mungkin memiliki listrik sebagai kekuatan super seperti di film superhero favoritmu. Manusia telah menjadi super dengan revolusi peradaban lewat pengembangan dan pemanfaatan listrik dalam berbagai lini kehidupan.

Penulis:

Azita Nadiya Noorazlina, Teknik Elektro ‘21

Firda Sabrina Lutfiyah, Teknik Biomedis ‘21

Kayla Nasywa Vilia, Teknik Tenaga Listrik ‘22

Editor:

Arif Firman Fadhilah, Teknik Elektro ‘21

Ryaas Ramdan Inugraha, Teknik Elektro ‘21

Sumber:

  1. https://justenergy.com/blog/history-of-electricity-electric-power/
  2. https://www.eia.gov/kids/history-of-energy/timelines/electricity.php
  3. https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/hut-ke-70-sejarah-hari-listrik-nasional
  4. Alessandro Volta | Biography, Facts, Battery, & Invention | Britannica
  5. https://www.detik.com/jabar/berita/d-7001100/hari-listrik-nasional-2023-sejarah-masuknya-listrik-dan-berdirinya-pln
  6. https://amigoenergy.com/blog/history-of-electricity/
  7. https://ssrn.com/abstract=2876929

--

--

Elektron HME ITB
Elektron HME ITB

Elektron is a media production organization that gives information about technology with unique approaches.