Smartwatch Bisa Ngitung Kadar Oksigen!? Gimana Sih Caranya?

Elektron HME ITB
Elektron HME ITB
Published in
3 min readJan 19, 2021
Ilustrasi Smartwatch (Sumber : depositphotos.com)

Kalian pasti udah nggak asing lagi sama smartwatch, komputer yang digunakan dalam bentuk jam tangan yang mempunyai fitur-fitur yang hampir sama dengan smartphone. Kalian bisa mentransfer data menggunakan bluetooth, berkomunikasi lewat telepon maupun video call, bermain game, dan sebagainya. Bahkan, smartwatch dapat mengecek kesehatan di tubuh kita lo, seperti mengukur denyut jantung dan menghitung kadar oksigen di tubuh kita. Fitur ini sangat penting pada masa pandemi seperti sekarang, sehingga banyak orang menggunakan smartwatch untuk mengecek kesehatan mereka dimanapun dan kapanpun.

“Terus gimana smartwatch ngitung kadar oksigen dan denyut jantung kita ya? Padahal kan pertukaran udara melalui hidung dan jantung ada di dada, tapi smartwatch dipakainya di tangan?”

Smartwatch menggunakan sensor yang ada pada bagian bawah alat untuk mendeteksi kadar oksigen atau denyut jantung dari darah kita. Kita ambil contoh saja saat smartwatch menghitung kadar oksigen di tubuh kita. Smartwatch akan menampilkan kadar oksigen (SpO2), yang merupakan persentase seberapa banyak oksigen yang dibawa oleh darah kita. Misalnya saja, ada 100 unit hemoglobin dan tidak ada satupun yang membawa oksigen, maka persentase konsentrasi oksigennya 0%. Jika hanya 50 unit hemoglobin yang membawa oksigen, maka persentase konsentrasi oksigennya 50%. Normalnya, manusia yang sehat memiliki konsentrasi oksigen 95–100%.

Darah kita mengandung hemoglobin yang terdiri dari 4 subunit (dua alpha chain dan dua beta chain). Setiap unit tersebut mempunyai molekul yang disebut “heme” yang berikatan dengan oksigen. Coba kita bayangkan bahwa hemoglobin adalah sebuah taksi dan heme adalah kursi pada taksi. Setiap molekul oksigen diibaratkan sebagai penumpang yang akan duduk pada heme. Heme akan berwarna merah jika membawa oksigen, dan merah tua jika tidak.

Komponen Penyusun Sel Darah (Sumber : gassama.myweb.uga.edu/)

Dalam pengukuran kadar oksigen dalam darah. Pengukuran kadar oksigen dihitung dari perbedaan penyerapan cahaya di dalam darah menggunakan sensor. Sensor yang ada pada smartwatch terdiri dari pemancar cahaya dan detektor. Pemancar cahaya pada sensor menggunakan dua buah lampu LED, yaitu LED merah dan inframerah. Sensor akan memancarkan kedua cahaya tersebut dan nantinya akan dikembalikan menuju ke detektor dengan cara dipantulkan.

Kembali ke taksi yang tadi, cahaya yang dipancarkan dari alat akan diserap oleh hemoglobin. Oh iya, untuk hemoglobinnya sendiri terbagi dalam dua jenis. Hemoglobin yang membawa oksigen disebut oksihemoglobin dan yang tidak membawa oksigen disebut deoksihemoglobin. . Jumlah cahaya yang diserap bergantung pada konsentrasi, panjang lintasan cahaya, dan jenis penumpangnya yaitu oksihemoglobin atau deoksihemoglobin. Semakin banyak konsentrasi hemoglobin dalam lintasan yang panjang, semakin tinggi penyerapannya. Sedangkan menurut jenis penumpangnya, oksihemoglobin akan lebih banyak menyerap cahaya inframerah, sementara deoksihemoglobin akan lebih menyerap cahaya merah.

Dari cahaya yang diterima kembali di detektor, smartwatch dapat menghitung kadar oksihemoglobin, deoksihemoglobin, dan perbedaan kadar di antara keduanya. Dari data-data itulah, smartwatch akan menampilkan nilai konsentrasi oksigen (SpO2). Misalnya, ilustrasi saat grafik penyerapan cahaya sebagai berikut, nilai persentase konsentrasinya sebesar 50%

Menghitung Kadar Oksigen (Sumber : howequipmentworks.com)

“Wah berarti smartwatch bisa diandalkan ya!”

Eits, tunggu dulu…

Mengukur kesehatan tubuh kita memang sangat penting dan diharuskan untuk semua orang agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, kita juga harus memperhatikan benar tidaknya pengukuran tersebut. Secara mekanisme dan teori memang sudah bisa diandalkan, tetapi gimana dengan akurasinya?

Kalau kita menilik oksimeter medis, kadar oksigen dideteksi dari alat yang terpasang di ujung jari tangan. Dalam penelitian, pengukuran di lokasi tersebut memiliki akurasi lebih tinggi daripada yang lain. Sementara, smartwatch digunakan pada pergelangan tangan sehingga nilai yang diperoleh tidak seakurat dengan pengukuran pada ujung jari. Ditambah lagi, aplikasi-aplikasi penghitung kadar oksigen yang ada pada smartphone atau smartwatch belum terlalu jelas standar pemeriksaanya. Jadi, kalau kamu mau tahu nilai kadar oksigen di tubuhmu secara lebih akurat, lebih baik lakukan pemeriksaan di rumah sakit ya!

Nah sekarang kita sudah tau bagaimana smartwatch bisa mengecek kesehatan kita. Oh iya, jangan lupa jaga kesehatan kalian dengan makan makanan bergizi dan olahraga yang cukup ya! Ingat, pandemi covid-19 belum berakhir!

Penulis
Faatihah Maurisna A. (Teknik Biomedis ITB 2018)

Editor
Afif Hanidar Ma’ruf (Teknik Biomedis ITB 2017)
Ghani Faliq Mufiddin (Teknik Biomedis ITB 2017)

--

--

Elektron HME ITB
Elektron HME ITB

Elektron is a media production organization that gives information about technology with unique approaches.