Apakah Natal sudah Kehilangan Esensinya?

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readDec 20, 2014

[caption id=”” align=”alignnone” width=”500"]

photo credit: menteblu61 via photopin cc[/caption]

Mendengar seorang anak usia 4 tahun yang menjadi korban kecelakaan rombongan Sinterklas di Manado betul-betul mematahkan hati kita. Sebelumnya, setiap hari ada saja orang-orang yang mengeluh dan protes keras terhadap perilaku rombongan sinterklas yang mengantarkan hadiah-hadiah kepada anak-anak. Rombongan ini biasanya terdiri dari anak-anak muda yang mereka sedang mengadakan usaha dana untuk kegiatan perayaan natal yang menjadi agenda mereka. Belum tentu rombongan ini dari gereja tertentu, biasanya juga dari berbagai klub seperti klub mobil, klub motor dan bisa juga klub arisan.
Sebenarnya gereja juga mempunyai pandangan bahwa Sinterklas dan kebingarannya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip alkitabiah. Selama ini yang terjadi adalah pembiaran, dengan dalih yang penting ramai. Masalah yang ditimbulkan bahwa generasi muda sudah tidak tahu lagi apa yang menjadi esensi penting dari perayaan natal, mereka kehilangan rantai ini sejak refleksi dan pemaknaan natal tenggelam oleh karena kerlap-kerlipnya konsumerisme dan kemeriahan pesta.
Lagu natal diputar dimana, ada berbagai kue, jangan lupa juga dengan dekorasi rumah beserta baju baru untuk setiap keluarga. Ketika diskon-diskon akhir tahun tergantung dengan angka-angka sampai 70% membuat kita semua lupa sebenarnya esensinya apa? Perayaan Natal ini untuk siapa?
Bila di sebuah acara ulang tahun yang ulang tahunlah yang mengucapkan doa dan harapannya dan mendapatkan hadiah-hadiahnya sehingga menjadi momen yang membahagiakan. Saat ini, yang punya acara yaitu Yesus, Dia mengingkan umatnya bukan untuk berpesta dan berfoya-foya melainkan dengan pesan tegas Dia meminta untuk mengingat Dia, berbagi hidup, melayani orang lain, dan hidup dalam keharmonisan untuk kemuliaan-Nya.
Natal, sekarang ini sudah diambil alih oleh semangat konsumerisme, digunakan oleh perusahaan untuk mengeruk keuntungan, dan dikampanyekan untuk hedonisme.
Gereja ketinggalan untuk mempromosikan apa yang sebenarnya esensial dalam momen Natal, mungkin iya mengusahakan sesuatu tapi sayang sekali kalah tenaga dan upaya. Bagaimana gereja-gereja di masa lampau merayakan natal. Dimana natal belum menjadi semahal dan sehingar-bingar ini? ada beberapa hal penting yang bisa menjadi pelajaran untuk gereja masa kini :

Natal adalah momen untuk mempersiapkan dan pertobatan
Untuk umat Kristen, masa-masa Advent harus seperti mempersiapkan pesta dengan tamu yang agung bernama Yesus, yang kita akan rayakan untuk datang ke dunia dalam rupa manusia. Natal adalah sebagai waktu kita untuk menyembah dan merayakan Tuhan “yang masuk di tengah lingkungan kita”, maka tindakan kita harus berbeda. Kita perlu menilai kehidupan rohani kita, berdoa dan mempersiapkan tubuh dan jiwa untuk kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Natal, dimana Allah datang menjelma dalam rupa manusia dan apakah sambutan kita? Yesus tidak datang untuk baju baru, makanan enak, dekorasi yang bagus namun Dia datang untuk kita umatnya. Oleh karena itu, yang dipersiapkan dan dibereskan adalah jiwa kita.

Inkarnasi
Inkarnasi ya bukan reinkarnasi.
Dalam kelahiran Yesus, Allah menjelma menjadi manusia, dan hal ini begitu ajaib dan menjadi bagian yang sangat penting dari Kekristenan. Seluruh Kekristenan bersandar pada peristiwa inkarnasi, bila Allah tidak menjelma di dalam daging dan menjadi manusia, maka semua keyakinan dan konsep Kristen akan tidak ada artinya.

Salah satu cara orang Kristen di masa lampau untuk berefleksi tentang kekuatan dan anugerah dari inkarnasi melalui ritual “O Antiphons” dimana selama seminggu sebelum natal orang-orang berdoa dan berfokus pada spiritualitas dalam peristiwa inkarnasi yang memungkinkan kita dipilih sebagai pengikut Kristus. Oleh karena inkarnasi, Kristus telah menjadi Hikmat, Raja , Terang, dan Imanuel kita.

Natal bukan hanya tentang satu hari tanggal merah
Gereja sering memberikan pemahaman yang salah melalui drama natal, digambarkan gembala dan orang majus datang di momen yang sama. Kenyataannya tidaklah begitu, orang majus datang jauh setelah peristiwa kelahiran Yesus dimana Yesus sudah tergolong ANAK KECIL (Matius 2:11). Tiga orang Majus ini datang bukan di kandang tapi disebuah rumah. Kalau di gereja Katolik, mereka menyebutnya dengan perayaan 3 Raja yang dilakukan 12 hari setelah natal. Berbagai referensi lain menyebutkan bahkan orang Majus datang ketika Yesus berumur hampir 2 tahun. Oleh karena itu, Herodes membantai anak-anak di bawah 2 tahun.
Bisa dibayangkan Yesus masih menerima hadiah dari kelahirannya saat dia sudah menjadi Anak Kecil bukan bayi lagi. Penghormatan atas inkarnasi Allah tidaklah dilakukan hanya pada natal. Bahkan setelahnya dan seterusnya.

Jadi …

Masihkah natal dilewati dengan hal-hal yang penting ini ataukah sudah kehilangan esensinya sendiri? Bagaimana pendapat kamu untuk kembali pada natal yang alkitabiah?

Salam

Obed Nugroho

--

--