Empathy is feeling into : Empati adalah ikut merasakan yang dirasakan orang lain

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readJun 12, 2014

Tiba-tiba saya teringat perdebatan saya dengan teman kerja saya. Waktu itu kami sedang dari perjalanan pulang dari kunjungan lapangan. Kami bekerja untuk Yayasan yang bergerak dibidang Holistic Child Development yang fokus pada anak-anak dalam kemiskinan. Perdebatan kami adalah tentang empati dan simpati. Situasinya adalah setelah kami mengunjungi rumah seorang anak, dan membuat hati kami tersentuh. Di kendaraan, kami membahas kondisi anak itu, sampailah pada situasi bagaimana hati kami harus merespon. Saya berpendapat bahwa dalam situasi ini perlulah empati, namun dia berpendapat lain bahwa kita harus ber-simpati. Ya lekas saya bertanya “kenapa simpati? Harusnya empati” dia segera menjawab “ya di tempat kerja dulu di LSM HIV/AIDS, atasannya mengatakan bahwa harus menunjukan simpati bukan empati”. Berikutnya saya hanya terdiam, karena percuma saja dilanjutkan diskusinya kalau alasannya adalah “kata atasannya”, dalam hati “apa perlu saya balas dengan kata rok-nya atau celana-nya?” ya tapi janganlah. :)

Di dalam konseling empati adalah elemen penting dalam membangun hubungan konseling. Bila tanpa empati maka hubungan yang terjadi terasa dibuat-buat dan dangkal. Empati pada dasarnya adalah mengerti dan dapat merasakan perasaan orang lain. Empati ini akan lebih lengkap jika diiringi oleh penerimaan konselor tentang apa yang dipikirkan oleh konseli. Empati adalah saling hubungan antar dua orang, dan kuat lemahnya empati bergantung pada saling pengertian dan penerimaan terhadap suasana yang diutarakan oleh konseli. Empati yang dalam dapat dirasakan baik oleh konseli maupun oleh konselor sendiri.

Sedangkan Simpati adalah suatu proses dimana seseorang tertarik dengan orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Simpati sama dangkalnya saat melihat seseorang jatuh di lubang dan berkomentar “kasihan ya”. Para ahli komunikasi menjelaskan bahwa simpati hanya memberikan Silver Lining yang berarti “bagian indahnya situasi buruk yang dihadapi” contohnya ada orang berkeluh “hubungan saya sedang terancam putus” dan dibalas dengan “ya setidaknya sudah tahu bagaimana orangnya, ambil saja hikmah ya”. Pasti sering mendengar yang seperti itukan? itulah simpati yang tidak merasakan yang sedang dialami. Jelaslah apabila ini terjadi di sesi konseling maka seolah “pintu hati” konseli langsung tertutup.

Carl Rogers (dalam Sofyan S. Willis, 2004) mengartikan empati: “ sebagai kemampuan merasakan dunia pribadi konseli, merasakan apa yang dirasakannya tanpa kehilangan kesadaran diri”. Empati mempunyai subkomponen yaitu:

  1. positive regard (pengharagaan positif);
  2. respect (rasa hormat);
  3. warmt (kehangatan);
  4. concreteness (kekonkritan);
  5. immediacy (kesiapan, kesegaran);
  6. confrontation (konfrontasi)
  7. congruence/genuineness (keaslian).

Carl Rogers menjelaskan bahwa membantu konseli diawali dengna sikap empati, dengan mengikuti langkah ini :

  1. dalam hubungan konseling, konselor membantu konseli dengan sikap sejajar dan terintegrasi dengan konseli,
  2. Konselor bersikap unconditional positive regard terhadap konseli,
  3. komunikasi yang empati dengan konseli. Berdasarkan empati yang dikembangkan

Rogers, Egan (dalam Sdofyan S. willis, 2004) mengembangkan dua jenis empati, yakni:

  1. empati primer (primary empathy-PE), yaitu suatu perasaan bagaimana masuk ke dunia dalam konseli, merasakan apa yang dirasakannya, dan dengan perilaku attending,
  2. empati tingkat tinggi yang lebih akurat (advanced accurate empathy-AAE), yaitu konselor memberi empati yang lebih mendalam dan mengena sehingga pengaruhnya terasa lebih mendalam pada diri konseli, dan pada gilirannya lebih membangkitkan suasana emosi konseli. Dengan empati PE dan AAE, konselor akan mampu menggali keterbukaan diri konseli (self-disclosure). Dan pada gilirannya konseli akan lebih mampu melakukan eksplorasi diri.

Contoh PE dan AAE:

Konseli: “Yaah.., keadaan saat ini telah membuat saya sangat gugup dan tegang.Setiap kami berdua pergi keluar, selalu saja pacar saya itu menemui wanita lain. Hal itu menimbulkan perasaan tidak aman pada diri saya. Kadangkadangsaya mau memukulnya. Kami sering bertengkar. Akan tetapi dia selalu menolak tuduhan saya. Suatu malam di sebuah klub malam saat kami minum berdua, dia menemui seorang wanita, sampai saya putuskan pulang sendirian”.

Konselor (Primary Empathy): “Anda merasa tidak aman ketika melihat dia menemui wanita lain. Saya merasakan perasaan anda. Akan tetapi anda mempunyai kekuatan untuk bangkit dan pergi meninggalkannya”.

Konselor (Advance Accurate Empathy): “Saya merasakan perasaan cemas yang anda alami. Saya ikut terluka dengan peristiwa itu. Namun saya terkesan dengan kekuatan anda untuk bangkit dan meninggalkan dia”.

Sebagai tambahan, saya menemukan sebuah animasi The Power of Empathy oleh Dr. Brene Brown dari TED Talk (berbahasa Inggris) yang menjelaskan perbedaan Simpati dan Empati dengan baik :

[youtube http://www.youtube.com/watch?v=1Evwgu369Jw]

--

--