Kemiskinan dalam Alkitab

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readMay 7, 2018
IMG_3566 - Happy Nizar

Ada 178 ayat alkitab yang menyebutkan kata miskin. Contohnya dibawah ini

  • “… supaya orang miskin di antara bangsamu dapat makan” (Keluaran 23:11).
  • “teapi jikalau orang itu miskin dan tidak mampu… ” (Imamat 14:21).
  • “apabila saudaramu jatuh miskkin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang..” (Imamat 25:35).
  • “pada hari itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbenam; ia mengharapkannya, karena ia orang miskin, supaya ia jangan berseru kepada Tuhan mengenai engkau dan hal itu menjadi dosa bagimu” (Ulangan 24:15).
  • “si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil…. ” (2 Samuel 12:3).
  • “…. Dan menerima bayi orang miskin sebagai gadai” (Ayub 24:9).
  • “ janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh miskin….” (Amsal 20:13).
  • “Kata Yesus kepadanya:” Jikalalu engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang mskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku. (Matius 19:21).
  • “Menyumbangkan sesuatu pada orang miskin” (Roma 15:26).
  • “Jika.. Datang juga seorang miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk”. (Yakobus 2:2).

Meskipun ada beberapa pengecualian, istilah miskin dalam Alkitab berarti kemiskinan ekonomi/materi. Meninjau ayat-ayat tersebut dan perrhatikan karakteristiknya: tidak cukup makanan, tidak mampu, tidak dapat menghidupi dirinya sendiri, utang dan baju lusuh. Istilah miskin dalam Alkitab menunjuk kepada kondisi ekonomi, tetapi juga keadaan dan penyebab terkait dengan kondisi kompleks.

Kondisi kemiskinan pula dikaitkan dengan penindasan, isolasi dan ketidakadilan. Yang kita tahu juga bagaimana Indonesia miskin karena korupsi dan keserakahan. Pertimbangkan Amsal 13:23: “Tanah kosong dapat menghasilkan banyak makanan untuk orang miskin; tetapi ketidakadilan menyebabkan tanah itu tidak dikerjakan.” Amsal 19:4 membicarakan tentang isolasi sosial kepada orang miskin : “Kekayaan menambah banyak sahabat tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya.” Ada banyak kondisi dan pengalaman yang mengelilingi kemiskinan secara ekonomi, tetapi hal itu adalah tentang deskripsi keadaan / penyebab kemiskinan dan tidak definisi dari kemiskinan itu sendiri.

Orang yang memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan bisa menjadi miskin secara ekonomi: “Lebih baik orang miskin yang tulus hatinya daripada orang kaya yang curang” (Amsal 28: 6). Dengan kata lain, istilah miskin menggambarkan kondisi ekonomi manusia meskipun keadaan rohani kaya. Kemiskinan juga dapat didapati pada seseorang kondisi moral dan rohani yang rusak: “karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping” (Amsal 23:21).

Berikut adalah ayat ayat yang jelas mengungkapkan kemiskinan :

  1. Tuhan tidak menginginkan atau berniat bahwa siapa pun hidup dalam kemiskinan (Ulangan 15:4).
  2. Allah menciptakan undang-undang dan praktek-praktek sosial untuk meminimkan dampak dari kesenjangan ekonomi oleh redistribusi kekayaan (Imamat 25), oleh sistem persepuluhan untuk memastikan keamanan pangan untuk yang rentan (Deuteronomy 26:12), dengan kemurahan hati (Imamat 23:22), pinjaman tanpa bunga (Keluaran 22:25) perwakilan hukum yang imparsial.
  3. Allah marah ketika hukum dan perintahNya tidak diikuti dan orang-orang yang rentan menderita. Sebaliknya, Allah berkenan, mendengar doa-doa kita dan membawa berkat bagi mereka yang mengikuti perintahNYa dan mempraktekkan kemurahan hati kepada kaum miskin dan yang mencari keadilan atas nama mereka. (Yesaya 58)

Tiga Kesimpulan ini memberikan dasar bagi orang Kristen bagaimana sebaiknya melihat kemiskinan. Maksud Tuhan, perintahNya dan perasaanNYa mengarahkan tindakan kita sebagai orang Kristen. Selain itu, kemahakuasaanNya harus memungkinkan kita untuk percaya bahwa kemiskinan secara ekonomi bisa diakhiri karena “Tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Matius 19:26).

--

--