Melindungi Anak Dari Bahaya Internet Dengan 5 Cara Ini

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readNov 6, 2015
JPEG_20151106_092222_-1781084729

Seperti yang banyak ditulis baik di media cetak maupun online, anak-anak rentan terhadap bahaya di internet, seperti kekerasan, bullying, radikalisme, terorisme hingga pornografi.

Berdasarkan Survey Cyber Crime 2014, sebanyak 9 persen pengguna internet pernah mendapat konten kekerasan. Dan 90% anak terpapar pornografi di internet menurut data BPS tahun 2010.

Anak-anak, adalah digital native, mereka cepat belajar sehingga banyak dari mereka menjadi pengguna aktif. Berbeda dengan orang tua yang digital imigrant, tidak bisa cepat belajar dan cukup gagap dengan perkembangan teknologi. Untuk itu, sering timbul gap yang cukup besar antara anak dan orang tua.

Seringkali orang tua merasa aman ketika anaknya anteng di rumah. Disediakan gadget dengan koneksi internet sehingga anak lebih asyik di rumah daripada main di luar. Padahal dengan koneksi internet, anak-anak bisa berkelana ke mana saja dan bertemu banyak hal. Kadangkala bisa hal-hal yang berbahaya.

Bagaimana pun juga, anak-anak belum mampu menjaga dirinya sendiri terutama di dunia maya. Butuh pendampingan baik dari orangtua maupun para pendidik. Informasi yang tidak disaring membuat anak-anak tidak tahu persis mana yang baik dan mana yang buruk.

Internet mempunyai dampak positif sekaligus negatif. Jika bisa memanfaatkan dengan baik, maka internet bisa membantu mengasah kreativitas dan mengembangkan ketrampilan anak seperti: menjadi programer, menulis, fotografi, videografi, dll. Sebaliknya, anak-anak juga mudah terpapar akan hal-hal negatif di internet dengan cepat dan tanpa batas.

1. Komunikasi

Lakukan komunikasi yang terbuka dan positif dengan anak. Orangtua harus bersikap terbuka menanggapi pernyataan dan keingintahuan anak tentang komputer dan internet. Dengan komunikasi yang hangat, anak mendapat pemahaman yang jelas tentang bagaimana menggunakan fasilitas internet sehingga dampak negatifnya bisa dikurangi.

2. Tentukan situs-situs yang bisa diakses anak

Tidak semua situs aman dibuka oleh anak, Moms. Bahkan Facebook pun sebenarnya hanya boleh diakses oleh anak yang telah berusia 13 tahun. Sebaiknya pilihkan situs-situs yang memang khusus untuk anak atau situs yang mengandung muatan edutainment (edukasi dan entertainment).

3. Tetapkan aturan sebelum memberi akses

Keamanan diri anak, termasuk di dunia maya, harus terus dalam pantauan dan bimbingan orangtua. Untuk itu, tetapkan aturan seperti:

Hanya mengakses internet jika ada orangtua atau pengasuh yang mendampingi.
Tidak mudah percaya dengan orang yang baru dikenal.
Tidak boleh memberikan data pribadi kepada orang asing.
Segera melapor ke orangtua jika mendapat perlakuan tidak menyenangkan di dunia maya.
4. Pasang software untuk melindungi anak dari konten berbahaya

Tidak ada teknologi apapun yang efektif 100% mencegah munculnya konten berbahaya. Tapi kita bisa lebih melindungi anak dengan memasang K9 Parental Software atau Norton Family Online. Jika anak masih usia prasekolah, TK dan kelas 1–3 SD, install web browser khusus seperti Kidzui atau Kidoz.

5. Dampingi anak ketika browsing

Anak yang belum paham benar tentang baik dan buruknya internet, harus didampingi ketika browsing supaya bisa menyaring dan memberi pemahaman tentang apa saja yang dilihat atau dibacanya. Begitu pula saat mengerjakan tugas. Perlahan, ketika anak sudah menginjak praremaja dan mulai bisa membedakan baik buruk — serta paham bagaimana harus bersikap ketika menemukan hal yang buruk di internet, ia bisa kita lepas untuk mengakses internet sendiri. Tentu, pastikan parental software tetap terpasang.

Sumber :

--

--