Perlukah Konseling di Pusat Pengembangan Anak?

obed nugroho
Etsah
Published in
5 min readJul 31, 2014

Pusat Pengembangan Anak adalah tempat dimana anak-anak dibimbing oleh gereja secara Holistik. Di satu PPA bisa sampai ratusan anak-anak berkegiatan tiap minggunya. Anak-anak ini mempunyai kesamaan mereka adalah bagian dari masyarakat marjinal yang secara finansial mengalami kekurangan.

Manusia dari lahir sampai mati selalu saja ada masalah dan hambatan, siapapun tidak terkecuali mempunyai masalah. Dan masalahnya banyak orang tidak bisa merespon permasalahan dengan baik dan dengan pikiran yang sehat. Termasuk anak-anak juga, walaupun mereka terlihat bahagia namun mereka juga punya masalahnya sendiri.

Dengan berbagai permasalahannya, apakah perlu konseling di Pusat Pengembangan Anak? jawabannya akan sangat menarik, dan saya coba akan jelaskan di bawah ini.

Permasalahan

Di PPA ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anak dan orang tua, antara lain yaitu :

  1. Anak-anak di PPA menghadapi masalah perkembangan dan pertumbuhan dalam situasi yang tidak menguntungkan. Dimana mereka hidup dalam kemiskikan yang lekat dengan permasalahan keuangan, sosial dan tekanan hidup yang lain. Di sekolah saja anak-anak mengalami beberapa hambatan yang membuat mereka tidak dapat belajar dan berprestasi secara optimal. Yang menyesakan adalah ada anak-anak di PPA yang menjadi korban kekerasan baik secara fisik, emosional atau pun seksual.
  2. Orang Tua anak-anak pun juga mempunyai permasalahan-permasalahan yang menghimpit mereka. Yang berhubungan dengan anak-anak adalah masalah parenting dan keluarga. Tidak ada kursus menjadi orang tua dan jarang sekali orang tua yang mendapatkan bekal ilmu parenting. Sehingga banyak kali mereka berbenturan pada saat mendidik anak-anak mereka.
  3. Pertumbuhan anak-anak pun membutuhkan orang-orang yang dapat membimbing mereka secara baik. Tahap-tahap kehidupan berjalan dan terus berjalan tanpa ada berhenti. Dimana anak-anak sudah mulai mengalami perubahan organ seksual sekunder (menstruasi, mimpi basah) sehingga mereka perlu seseorang sebagai tempat berbagai. Begitu pula pada suatu ketika anak-anak sudah mulai jatuh cinta, bersahabat, tahu homoseksualitas di sekitar mereka, dan persoalan perkembangan lain.

Tugas-tugas perkembangan Usia Sekolah

Permasalahan lain, tugas-tugas perkembangan adalah “social expectations” yang artinya bahwa ada ekspektasi yang harus dipenuhi oleh seorang anak sesuai dengan konteks sosial dimana ia berada. Tugas-tugas perkembangan ini sebisa mungkin dipenuhi apabila tidak anak akan mempunyai masalah yang bisa datang dari eksternal maupun internal dirinya. Tekanan bagi anak semakin besar kepada siapakah ia akan berbagi permasalahannya? Tugas perkembangan dijelaskan sebagai berikut:
Masa Anak Sekolah

  • Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
  • Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
  • Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
  • Belajar peranan jenis kelamin
  • Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
  • Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
  • Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
  • Belajar membebaskan ketergantungan diri
  • Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga

Masa Remaja

  • Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
  • Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
  • Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
  • Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
  • Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
  • Perkembangan skala nilai
  • Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
  • Persiapan mandiri secara ekonomi
  • Pemilihan dan latihan jabatan
  • Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

Setelah mengetahui permasalahan yang dihadapi anak-anak. Baiklah bisa dikatakan bahwa anak-anak dan orang tua membutuhkan orang-orang yang bisa membantu mereka untuk tumbuh secara optimal dan hidup lebih bahagia.

Sebenarnya apa artinya konseling ?

Mengutip dari wikipedia yang cukup umum.

konseling atau penyuluhan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (disebut konselor/pembimbing) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Frank Parsons pada tahun 1908 saat ia melakukan konseling karier.

Supaya lebih jelas lagi saya mengutip dari British Association of Counselling yang memberikan arti yang lebih luas dan jelas, yaitu:

Counselling is the skilled and principled use of a relationship to facilitate self-knowledge, emotional acceptance and growth, and the optimal development of personal resources. The overall aim is to provide an opportunity to work towards living more satisfyingly and resourcefully.

Saya terjemahkan secara bebas yaitu konseling adalah keahlian dan prinsip-prinsip hubungan yang digunakan untuk memfasilitasi pengetahuan-diri, penerimaan emosi dan pertumbuhan dan mengoptimalkan kemampuan pribadi. Tujuan utamanya adalah untuk menyediakan kesempatan untuk hidup lebih memuaskan (bahagia) dan sejahtera.

Apa keuntungannya bagi anak-anak?

  • Jelas bahwa masalah-masalah anak-anak akan ada yang mengatasinya.
  • Hambatan pertumbuhan anak-anak dapat diatasi.
  • Anak bertumbuh dengan optimal.
  • Anak dengan masalah trauma dapat dipulihkan.

Tantangan -Tantangan

Untuk menerapkan konseling untuk menolong anak-anak PPA disadari bahwa ada tantangan yang perlu diselesaikan. Beberapa tantangan yang diidentifikasi yaitu:

  1. Ketersediaan sumber daya manusia yang memadahi untuk mendisiplin diri guna mengembangkan konseling di PPA masing-masing. Konseling adalah seni yang tidak bersifat teknikal sehingga diperlukan orang-orang yang senantiasa mau belajar dan mengembangkan diri. Tantangan ini semakin berat melihat di PPA dimana sukarelawan masuk dan keluar dari PPA dengan cepat.
  2. Diperlukan kemauan dari orang-orang di PPA untuk mau melayani anak-anak secara lebih individual. Hasil dari konseling lebih terlihat secara individual dan sasaran dari konseling sering kali bersifat individual. Untuk itu, kemauan untuk memberi diri adalah syarat mutlak yang tidak bisa dihindari sedangkan di PPA para pelayan baik staff maupun sukarelawan tidak mendapat keuntungan finansial yang signifikan.
  3. Kesadaran: membutuhkan keterbukaan pikiran bahwa anak-anak membutuhkan konseling. Bila tidak ada kesadaran maka tidak ada garis start untuk memulai. Bisa dibilang konseling merupakan bukan hal yang penting bagi anak-anak. Kesadaran ini perlu ada pada para staff, menyadari bahwa anak-anak perlu ditolong dan mereka memerlukan seseorang yang menolong mereka.
  4. Keahlian yang harus dimiliki sebelum mengembangkan konseling di PPA adalah keahlian mencintai anak-anak, berkomunikasi, terbuka, sabar, dan mampu menjaga rahasia. Kemampuan ini akan mempengaruhi bagaimana kita akan melakukan konseling. Meskipun konseling membutuhkan latihan dan latihan namun kemampuan ini adalah dasarnya. Sebelum belajar konseling harus belajar kemampuan ini.

Konsep konseling

Di tempat pendidikan konseling dapat membantu anak secara individual atau dalam grup kecil untuk mengatasi permasalahan, kekuatiran dan hambatan yang mereka hadapi. Ada 4 level yang perlu dipertimbangkan sebagai dasar bahwa konseling dibutuhkan di tempat pendidikan :

  • Level 1, konseling digunakan di dalam ruang kelas untuk menyediakan lingkungan belajar yang positif dan menghadirkan self-esteem (harga diri) pada anak yang tinggi.
  • Level 2, konseling membantu tutor untuk mengatasi permasalahan hari-hari dan juga digunakan untuk memfasilitasi aktivitas kelompok sebagai bagian program PSE (Personal Sosial Education)
  • Level 3, konseling secara individu atau kelompok yang disediakan oleh konselor yang terlatih. Dapat dilakukan oleh tutor, staff, ataupun orang-orang yang kemampuan pastoral.
  • Level 4, melibatkan prosedur referal untuk membantu anak-anak mengakses profesional diluar tempat pendidikan seperti psikiater atau psikolog untuk pertolongan yang lebih spesifik.

Bagaimana Bentuknya?

Bagaimana konseling di pendidikan informal harus bisa dibayangkan sehingga bisa mewujudkannya dengan jelas. Model konseling setidaknya akan dapat menjawab permasalahan yang ada. Bentuk yang diharapkan adalah :

  • Dapat digunakan sebagai pencegahan, pengembanagan dan memulihkan
  • Dapat disesuaikan kepada tiap anak dengan tingkat perkembangan yang berbeda.
  • Dapat dilakukan oleh tutor dengan training yang minimal/ dasar tentang konseling.
  • Dapat digunakan untuk mendukung program-program, pengajaran, intervensi pastoral dan Personal Social Education (PSE) Program.
  • Dapat dengan mudah dipahami dan diterima guru dan orang tua.
  • Paling tidak dapat membantu orang tua mengambil keputusan yang benar dalam hal mendidik anak mereka (parenting)

Dari sekian panjang pertanyaan terakhir adalah bagaimana implementasinya? Pertanyaan ini harus dijawab bersama-sama oleh orang-orang yang terlibat dan peduli pada kebaikan anak terkhusus di PPA.

Perlukah konseling di Pusat Pengembangan Anak? Saya jawab sangat perlu dan urgent

--

--