quarter life crisis; Kamu ngalamin ga? kalo aku iya.

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readApr 15, 2018
Credit to IG stimsonsnead

Langsung saja yang saya rasakan diumur-umur 20an sekian, saya mulai merasakan semua ingin dilakukan, ingin dicapai, ingin jadi seseorang dengan cerita hidup yang revolusioner tapi tidak kunjung juga ada tanda-tanda, semua biasa-biasa aja.

Dulu saya merasakan tertekan karena merasa jengah dengan kemana seharusnya hidup ini diarahkan. Cita-cita tinggi tapi tidak berani melangkah, rencana tinggi tapi tidak mikir sumber daya yang diperlukan, akhirnya semua ngegantung. Hubungan pribadi juga rasanya tidak memuaskan karena mungkin dia juga mulai melirik mantannya yang sudah mulai ada tanda-tanda kestabilan di kariernya. Sedangkan aku mungkin dilihat berakhir jadi guru honorer di sebuah kota kecil.

Sampai akhirnya pengalaman hidup menjadi pelajaran yang mahal harganya, mahal sekali. Mengajarkan hidup dengan keberanian. Pergi meninggalkan rumah menuju tempat dimana tidak ada teman atau keluarga. Dengan tiket sekali pergi tanpa ada pikiran bagaimana kalau gagal, jatuh miskin, jatuh sakit, atau bagaimana kalau rencana saya semua percuma dan siapa yang akan menolong?tidak ada.

Saya belajar konseling, tapi hayati rasanya helpless untuk self-help hahaha. Disaat itu sebenarnya yang saya butuhkan ada seorang life-coach yang bisa memahami situasi saya dan mau membantu saya. Namun ternyata tidak ada, yah apapun terjadi pilihan untuk coba-coba adalah yang terbaik. Pikirku, lebih baik gagal karena mencoba daripada malu karena tidak kemajuan hidup.

Dan saya menemukan studi bagus yang sayang sekali saya temukan setelah badai kebingungan arah hidup, namun penelitian ini akan membantu saya untuk mendeskripsikan apa yang saya alami. Judulnya Emerging adulthood, early adulthood and quarter-life crisis: Updating Erikson for the 21st Century, oleh Dr. Oliver Robinson dari University of Greenwich, jadi studi ini menjelaskan perjalanan krisis ini terbagi dalam 5 fase, begini ringkasnya:

  • Fase pertama: merasa terjebak dalam pilihan hidup yang dipilih, misalnya pekerjaan, hubungan pribadi, atau keduanya. hidup kita serasa dalam mode ‘autopilot’.
  • Fase Kedua: Ada kesadaran pikiran bahwa ‘harus keluar dari jebakan mental ini’ dan merasakan desakan untuk harus lepas dan meninggalkan situasi ini.
  • Fase ketiga : Meninggalkan jebakan entah itu pekerjaan, memutuskan hubungan yang mengikat, atau melepaskan komitmen. Dan masuk kedalam situasi untuk ‘break sejenak’ untuk memikirkan siapa diri kita dan tujuan hidup kita.
  • Fase Keempat : Mulai membangun hidup meskipun pelan namun memuaskan bagi kita.
  • Fase Kelima: Kita mengembangkan komitmen baru yang lebih sesuai dengan apa yang kita mau, entah itu secara profesional atau secara hubungan pribadi.

Di Fase kedua saya menyadarinya hingga menangis termehek-mehek di bus malam, super duper lebay kalo diceritakan, sungguh saya akan malu sendiri bila mengingatnya. Tapi itu menjadi pengalaman emosional yang memberanikan diri saya untuk mengambil keputusan hidup.

Fase-fase ini juga tidak seperti anak tangga yang jelas bagaimana melewatinya, bisa saja kita dari fase satu ke fase dua lalu ke fase tiga kebingungan dan tertekan lalu kembali ke fase dua. Tidak mudah memang tapi kalo mudah hidupmu pasti tidak memuaskan :).

Saat ini ya memang rasanya saya tidak sukses bila pakai ukuran orang lain, tapi saya puas dengan apa yang saya capai, meskipun apa yang lakukan lebih banyak belum berhasil dan lebih sering ‘silahkan coba lagi’ namun saya tahu saya terus bertumbuh dan maju walaupun lambat namun pasti. Setiap orang punya kecepatan masing-masing, saya tidak cepat tapi saya tahu saat ini saya memilih hidup yang bernilai tinggi bagi kehidupan pribadi saya. Apa yang prioritaskan sekarang adalah apa yang bernilai tinggi yang tidak bisa ditukar dengan uang ataupun jabatan tinggi. Apa itu ? kids and family.

Misalnya yang baca ini sedang merasakan krisis ini, saran saya carilah orang yang bisa membantu anda. Melewati krisis ini tanpa bantuan rasanya membutuhkan enerji yang besar dan mungkin outcome tidak maksimal, yah seperti saya :).

ya kira kira begitulah..

--

--