Rich Dad and Poor Dad

obed nugroho
Etsah
Published in
3 min readApr 2, 2015

Akhir tahun 90-an ada buku Rich Dad and Poor Dad yang ditulis Rober Kiyosaki. Buku ini sangat fenomenal dan bahkan menjadi International Best Seller. Saat itu saya masih SMA dan tidak mempunyai uang untuk membeli buku. Saya hanya melihatnya sebagai sebuah buku yang dimiliki oleh orang-orang keren saja. Ya, karena saat itu harga bukunya sudah sampai 100 ribu.

Hingga pada akhir-akhir inilah saya baru bisa membeli buku itu. Setelah 15 tahun lebih buku itu ditulis dan dipasarkan. Saya ketinggalan dari banyak orang, bahkan orang-orang yang melihat posting foto buku itu sudah berkomentar “bukunya menarik”, “Buku lama tapi bagus”, dan “Really good book”.

Buku ini memberikan beberapa pelajaran penting bagi fondasi pengetahuan finansial saya yang rasa-rasanya nol. saya belajar beberapa hal penting, yaitu:

  1. Buku ini mengajarkan saya tentang perbedaan aset dan liabilitas. Selama ini saya salah tentang pengertian aset. Saya pikir rumah yang saya cicil ini adalah aset, kendaraan yang saya pakai aset, dan berbagai benda yang bisa dijual lagi adalah aset, dan ternyata tidak. Itu adalah liabilitas atau kewajiban. Yang sebenarnya tidak memberikan pemasukan malah membawa pengeluaran lebih. Aset adalah kepemilikan yang membawa pemasukan.
  2. Kebanyak orang (termasuk saya) bekerja karena di dorong rasa takut. Rasa takut tidak bekerja, tidak punya uang yang cukup, takut untuk dipecat dan takut-takut yang lain. Rasa takut ini yang menghambat pikiran kita untuk melihat dengan perspektif yang berbeda dalam tiap situasi. Bekerjalah bukan karena uang namun bekerja karena belajar. Bekerja karena uang membuat kita hanya menginginkan uang saja namun tidak berkembang dan bertumbuh. Uang tidak menyelesaikan masalah namun intelegensilah yang menyelesaikan masalah. Itulah kenapa orang yang sudah punya gaji banyak tetap bergumul dengan masalah keuangan.
  3. Orang kaya, Orang kelas menengah, dan orang miskin mempunyai alur kas berbeda. Dan sederhananya mereka mempunyai perbedaan dalam menggunakan uangnya. Orang miskin akan menghabiskan uangnya untuk pengeluaran dan mereka suka untuk membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang tidak menambah pemasukan. Orang kelas menengah membelanjakan uangnya lebih banyak untuk liabilitas atau kewajiban, seperti halnya hipotek rumah, cicilan mobil dan kendaraan namun pengeluaran ini tidak akan membawa pemasukan malah lebih banyak membawa pengeluaran. Orang kaya mengeluarkan uang untuk investasi dan mereka terus menambah aset, pengeluaran orang kaya biasanya ditanggung oleh korporasi yang dibangunnya karena investasi. Itulah mengapa orang kaya bertambah kaya dan miskin bertambah miskin.
  4. Saat ini saya bekerja untuk bank dan negara! Sungguh saya sadari setelah saya membaca buku ini. Sebenarnya saya bekerja untuk membeli rumah, kendaraan dan fasilitas lain yang transaksinya dengan kredit dan tentu berbunga. Saya bekerja untuk membayar bank untuk menghidupi bank dan membuat bank kaya. Disisi lain saya bekerja dan gaji saya dipotong yang bagi saya cukup besar hampir gaji satu bulan dari 12 bulan gaji diambil oleh negara sebagai pajak. Robert Kiyosaki mengatakan sebenarnya orang yang membayar pajak adalah kelas menengah yang semakin tinggi gajinya semakin tinggi juga pajaknya. Sedangkan orang kaya tidak membayar pajak karena yang membayar pajak adalah perusahaannya saja. Orang kaya selalu ada cara untuk mengakalinya.
  5. Robert Kiyosaki juga mendorong untuk selain melek finansial, orang-orang juga didorong mengurus bisnisnya sendiri. Dengan kata lain, orang-orang didorong untuk berbisnis dan mempunyai bisnisnya sendiri. Meskipun masih bekerja orang-orang bisa memiliki bisnis. Katanya kalau bisnis itu usaha kita dijalankan orang lain kalau kita menjalankan sendiri itu bukan bisnis tapi itu pekerjaan.

Masih banyak hal lain yang berharga di buku ini. Namun beberapa hal diatas menjadi highlight yang saya ambil sebagai pelajaran penting dari buku itu.

Salam hidup berbuah

Obed Nugroho

--

--