Teknik Acceptance (Penerimaan) dalam konseling

obed nugroho
Etsah
Published in
2 min readJul 2, 2014

Saat kita berbicara dengan seseorang tentu akan sempurna bila kita memberikan perhatian penuh dan menunjukan ke lawan bicara bahwa kita sungguh-sungguh memperhatikan. Dampaknya sangat dalam, lawan bicara akan merasa dihargai, diperhatikan, dipedulikan dan dipahami yang konsekuensinya mereka akan lebih tertarik dengan pembicaraan kita bahkan mulai percaya. Begitu pula yang terjadi di dalam proses konseling.

Definisi
Acceptance merupakan teknik yang digunakan konselor unluk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli. Acceptance atau penerimaan artinya menerima apa adanya, menerima pribadi klien sebagai suatu keseluruhan.Sebaliknya membenarkan (menyetujui) atau tidak menyetujui segi-segi kepribadian atau kelakuan seorang klien, bukan merupakan bentuk penerimaan. Ada dua bentuk Acceptance, yaitu Lisan (verbal) dan Non Verbal. Acceptance disebut juga respon verbal minimal. Menurut Okun (1987), respon verbal minimal adalah respon verbal yang kadang-kadang dilakukan oleh konselor dengan mengangguk-anggukkan kepala. Ini menunjukkan bahwa konselor mendengarkan dan mengikuti apa yang dikatakan konseli. Brammer (1982: 184)

Respon Bentuk panjang:

  • Saya memahami…
  • Saya mengerti……
  • Saya dapat merasakan…
  • Saya dapat memaklumi…
  • Saya dapat menghayati…

Respon Bentuk pendek

Seperti: teruskan. …., Trus…., lalu….. oh…..ya…ya…ya…, hem…

Catatan: Kata-kata perasaan ini penggunaannya disesuiakan dengan isi pesan yang diungkapkan klien

  • Bahasa tubuh (postur): misalnya cara duduknya…
  • Gestural ( ekspresi wajah, anggukkan kepala, gerakan tangan…)

Menyatakan bahwa teknik penerimaan yang sederhana paling tidak memiliki empat bagian pokok yang dapat diamati. Bagian pertama adalah pengaturan kontak mata, karena mata merupakan sebuah sarana bagi para konselor untuk mengungkapkan penerimaan dan kepedulian. Bagian kedua adalah ekspresi wajah dan anggukan kepala. Konselor harus mampu menunjukkan ketertarikan yang sungguh-sungguh dengan menggunakan ekspresi wajahnya. Konselor yang berpura-pura tertarik akan bisa diketahui oleh konseli yang sensitif. Ketiga adalah tekanan suara dan perubahan nada suara, hal ini menunjukkan kepada konseli apakah konselor benar-benar menerima, dan postur tubuh adalah pertimbangan yang keempat dalam penenimaan.

Jika konselor berdiri dan duduk dengan santai di dekat konseli, maka konseli akan menyimpulkan sebagai sebuah sikap yang bersahabat. Hal itu akan menunjukkan kedekatan daripada sikap saling menjauh yang ditampilkan lewat postur. Postur dalam hal ini sangatlah penting karena sikap sebelumnya menunjukkan tingkat keterbukaan dan ketulusan hati konselor, karena banyak konseli yang hipersensitif terhadap isyarat-isyarat seperti itu. Konseli bisa menganggap isyarat negatif dari seorang konselor sebagai ungkapan penolakan atau ketidaktertarikan. Menguap, menyilangkan kedua kaki, memegang lengan kursi kuat-kuat adalah beberapa contoh isyarat-isyarat negatif yang dengan mudah terlihat oleh konseli.

Contoh respon Acceptance
“Kuliahku sedikit terganggu karena hubunganku dengan reza, banyak waktuku habis untuk dia, tapi saat bersama dia aku merasa senang namun sayang sekali aku lupa waktu. aku tidak mau kehilangan dia ataupun kuliahku, apa yang harus kulakukan?”

Isi pesan: prioritas (pilihan studi dari pada pacaran),

Respon dengan Acceptance

“Saya mengerti jalan pikiranmu”

“Saya memahami jika kamu saat ini kamu sedang kebingungan”.

Refensi :

Raka,Joni,T,dkk.2007. Penajaman Teknik Konseling & Psikoterapi. Universitas Negeri Malang: Program Pasca Sarjana.

Sri Esti Wuryanti, Dra. 1991. Latihan Ketrampilan Berkomunikasi dalam Konseling. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

--

--