Theologi Pelayanan : Belajar dari Pelayanan Paulus

obed nugroho
Etsah
Published in
8 min readDec 30, 2013

PAULUS adalah seorang rasul yang agung. Sebelum ia menerima panggilan Tuhan untuk menjadi rasul, ia adalah seorang penganiaya jemaat. (Filipi 3 : 6). Ia dengan penuh penyesalan menceritakan masa lalunya, kepada anak rohaninya, Timotius dengan ungkapan yang sedih.

Paulus lahir di sebuah keluarga Yahudi yang sangat menjunjung tinggi Hukum Taurat. Ia adalah seorang yang terpelajar, yang sejak kecil telah mendapat pendidikan Yahudi. Masa remajanya dihabiskan di Sinagoge, dan ia pernah belajar di bawah asuhan guru besar Gamaliel. Sebelum mengenal Kristus, ia adalah penganiaya jemaat, dia juga seorang yang menyetujui kematian Stefanus.

Ketika dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus bertemu dengan Kristus. Ia tersungkur ke tanah dan matanya buta. Kemudian, ia dibawa kepada seorang imam yang bernama Ananias. Setelah Ananias berdoa baginya, ia dapat melihat kembali. Inilah titik balik baginya. Dan ketika bertobat, ia yang dahulu bernama Saulus, kini bernama Paulus.

Setelah pertobatannya, Paulus tidak langsung terjun dalam pelayanan. Ia terlebih dahulu menimba pengalaman ke berbagai daerah, bahkan sampai ke Arab selama kurang lebih sepuluh tahun. Setelah siap, barulah ia mulai terjun ke ladang pelayanan, di mana pelayanannya sungguh memberkati banyak bangsa. Hal ini ditandai dengan berdirinya jemaat-jemaat baru di luar bangsa Yahudi.

“Aku yang tadinya penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, akan tetapi telah dikasihinya. Karena semuanya itu kulakukan tanpa pengetahuan, yaitu di luar iman.” (I Tim 1 : 13). Ia menyadari, bahwa ia dapat melayani Tuhan itu, adalah karena Kasih Karunia Tuhan yang bekerja di dalam hidupnya. Jika ia boleh menjadi rekan kerja Allah untuk menjaga kawanan domba Allah dan memberitakan Firman, itu semata-mata anugerah Tuhan yang besar telah dipercayakan kepadanya.

Dalam Kisah Para Rasul 20 : 17–38 dikisahkan tentang nasihat Paulus kepada persatuan Efesus ketika ia berada di Miletus. Di dalamnya kita dapat melihat siapakah seorang pelayan Tuhan itu. Dengan sikap yang bagaimana kita melayani Tuhan? Mengapa ketaatan itu mutlak diperlukan oleh seorang pelayan? Melaui uraian singkat di bawah ini, kiranya kita sebagai pelayan Tuhan dapat bercermin pada kehidupan pelayanan Rasul Paulus.

Pelayanan penginjilan Rasul Paulus menjadi inspirasi yang tak terbatas bagi para penginjil saat ini. Mengapa dikatakan tak terbatas? Karena banyak sisi dari pelayanannya yang tidak lekang oleh waktu, maksudnya prinsip-prinsip penginjilan yang dilakukan abad pertama dapat pula diterapkan pada abad-abad selanjutnya bahkan sampai saat ini. Apa sajakah kelebihan pelayanan penginjilan Paulus?

a. Hati yang mengasihi orang-orang yang belum diselamatkan.

Kerinduan Paulus untuk mengenalkan Kristus kepada orang-orang yang belum diselamatkan sangat besar. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataannya dalam bentuk ucapan syukur kepada jemaat-jemaat yang teguh berdiri dalam Injil Kristus Yesus (Roma 1:8, 1Korintus 1:14, Filipi 1:3,5, Kolose 1:3).

Kerinduannya itu tidak hanya diungkapkan secara tertulis saja, tapi sungguh-sungguh dinyatakan dalam kehidupan pelayanannya. Ia mengunjungi jemaat-jemaat dan memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi, yang tentu saja awam terhadap Injil.

Hati yang sangat mengasihi orang-orang yang belum percaya, sangat dibutuhkan oleh para penginjil sebagai motivator yang terkuat dalam pelayanan penginjilan. Inilah salah satu teladan pelayanan penginjilan Rasul Paulus.

b. Metode penginjilan yang unik.

Metode penginjilan Paulus unik. Prinsip metode penginjilannya adalah "gereja kota". Ia mendirikan jemaat-jemaat Kristus di kota-kota besar seperti Filipi, Efesus, dan sebagainya. Setelah jemaat kuat, jemaat itu mengutus Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat-tempat yang baru. Contohnya, jemaat Filipi yang mendukung pendanaan perjalanan misi Paulus.

Ia berkhotbah, berkunjung ke rumah-rumah jemaat, berdiskusi, dan membuat mujizat dalam nama Yesus. Tempat-tempat yang digunakan untuk memberitakan Injil sangat strategis, yaitu di sinagoge, di pasar-pasar, di rumah-rumah, dan di tempat belajar (Tiranus). Bahkan, di penjara sekalipun ia memberitakan Injil dan banyak orang yang percaya kepada Yesus. Selain itu, ia menulis surat kepada jemaat-jemaat yang pernah didirikannya, dan surat itu dibacakan bergantian, sehingga menguatkan iman pembacanya.

c. Tidak terhalangi oleh fasilitas pelayanan yang terbatas.

Dalam pelayanannya, ia menggunakan jalur darat dan laut. Ia naik kapal, dan pernah karam. Tetapi kebanyakan ia berjalan kaki, tujuannya agar ia dapat bertemu langsung dengan banyak orang, sehingga semakin banyak orang yang mendengar Injil.

Kelebihannya juga ditunjukkan dengan kemandiriannya untuk membiayai pelayanannya dan tidak mengkomersialkan pelayanannya. Ia bekerja sebagai pembuat tenda. Walaupun tidak ada fasilitas yang cukup untuknya, seperti sponsor, alat transportasi, dan lain- lain, tetapi hal-hal tersebut tidak mengendorkan semangatnya dalam memberitakan Injil.

d. Hasil pelayanan yang luar biasa.

Hasil pelayanan Paulus tentu saja dapat dilihat dari berdirinya gereja-gereja di banyak tempat. Banyak orang (Yahudi atau bukan Yahudi) yang menjadi percaya kepada Kristus. Tulisan-tulisannya meneguhkan iman orang-orang percaya dan memberikan pemahaman iman Kristen yang paling solid dan lengkap.

Kelebihan Paulus dalam pelayanan, bukan semata-mata karena kamampuannya, tetapi karena kasih karunia Tuhan yang telah melimpah dalam hidupnya. Dialah Paulus, seorang penginjil yang hebat.

KELEBIHAN PRIBADI PAULUS

Paulus adalah orang yang hebat, dapat menulis surat ke banyak jemaat dan penyebaran Firman olehnya sangat luar biasa. Namun, ia memilih untuk tetap rendah hati. Ia tidak mau menyombongkan diri karena ia tahu semua yang ia miliki hanyalah anugerah. Dalam pekerjaannya mengabarkan Injil, Paulus menghadapi banyak cobaan, termasuk siksaan dan penjara. Namun tak sekalipun ia mengeluh, malah semakin produktif menulis surat ketika dipenjara. Ia tidak merasa sedih akibat penderitaan yang ditanggungnya tetapi merasa justru dalam kelemahannyalah ia dapat sempurna di dalam Kristus.

Banyak sekali hal yang dapat kita pelajari dari Paulus, di antaranya adalah iman yang begitu kuat dan kesabaran dalam menanggung segala pencobaan. Paulus juga mengajarkan kita untuk memanfaatkan “kesempatan dalam kesempitan”. Di saat yang tampaknya paling tidak mungkin, kita jadikan mungkin untuk tetap berkarya dan memuliakan Tuhan seperti karyanya di penjara. Kita pun harus menyadari sebagai manusia tidak mungkin kita dapat sempurna, pasti memiliki kelemahan, dan jadikan kelemahan itu dasar agar kita lebih dekat lagi pada Kristus.

Dalam Kisah para rasul 20 : 18, dengan mengatakan:”Kamu tahu bagaimana aku hidup di antara kamu….”, sebenarnya Rasul Paulus sedang menunjukkan tentang kehidupannya yang dapat dipertanggungjawabkannya. Ia menyadari bahwa hidupnya bagaikan surat yang terbuka yang mudah dibaca oleh orang lain. (II Kor 3 : 3). Segala tingkah laku dan perbuatannya tidak lepas dari pengamatan orang di sekitarnya. Rasul Paulus menjaga ketat kehidupan moralnya, kesucian hidupnya, perkataannya dan tingkah lakunya. Bahkan ia keras terhadap diri sendiri dalam hal disiplin, karena ia menyadari seorang pelayan Tuhan harus mendisiplinkan diri sedemikian rupa, sehingga hidupnya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Dan, ia berani diuji oleh orang lain. Dengan mengatakan :”Kamu tahu bagaimana aku hidup” berarti dia mengizinkan orang lain untuk menilai siapa dirinya yang sesungguhnya.

Orang lain bisa melihat dan menilai bagaimana hubungannya dengan Tuhan? Bagaimana relasinya dengan jemaat dan rekan kerjanya? Bagaimana kehidupan moralnya? Apa motivasi pelayanannya? Pertanyaan-pertanyaan di atas mengarah kepada satu hal siapa sesungguhnya orang ini? Ketika orang lain mengevaluasi hidupnya, seolah-olah Rasul Paulus ingin mengatakan,”Aku lulus dari ujian ini karena aku bersih. Aku dapat mempertanggung jawabkan seluruh kehidupanku baik di hadapan Tuhan maupun sesama. “Kamu tahu bagimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini”.

Kehidupan yang transparan dan terbuka ini hendaknya menjadi cerminan bagi setiap pelayan Tuhan. Hendaknya kita menyadari bahwa kehidupan kita bagaikan surat-surat terbuka yang mudah dibaca oleh orang lain sebagai pelayan Kasih Karunia Allah, tidak mungkin kita menghindari penilaian dari luar.

Rasul Paulus menjelaskan bahwa pada waktu ia melayani Tuhan, ia telah mendemonstrasikan sikap rendah hatinya di hadapan banyak orang, pada waktu ia mengatakan,”dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan” Dengan perkataan seperti itu, dia tak bermaksud untuk menguntungkan dirinya, melainkan untuk menunjukkan segala sesuatunya kepada Sang Pengutusnya. Bagi Paulus tidak ada sesuatu yang dapat ia banggakan selain dari Kasih Karunia Tuhan yang telah mengubahnya menjadi seorang pelayan yang rendah hati.

Tetap taat melayani sekalipun banyak mencucurkan air mata dan mengalami pencobaan dari pihak Yahudi yang mau membunuhnya. Tetap taat dan setia dalam membina jemaat dan mengajarkan Firman Tuhan, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah jemaat.(ayat 20) Tetap taat dan setia dalam menyaksikan Injil Kerajaan Allah baik kepada orang-orang Yahudi maupun Yunani. Tetap taat dan setia dalam menunaikan tugas dan pelayanannya, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya. Ia tidak gentar dan ingin menuntaskan pelayanannya sampai akhir. (ayat 22–24) Tetap taat dan setia dalam mendisiplinkan diri sehingga ia tetap dalam keadaan bersih dan tidak bersalah kepada siapapun. (ayat 25–26) Tetap taat dan setia selama tiga tahun lamanya siang dan malam dengan tidak henti-hentinya memberikan dorongan semangat dan nasihat untuk menjaga seluruh kawanan Domba Allah. (Ayat 27–32) Tetap taat dan setia dalam pelayanan sekalipun ia membiayai sendiri untuk memenuhi keperluannya atau keperluan rekan kerjanya dalam pelayanan pekabaran Injil. (ayat 33 -38).

PAULUS DI PENJARA DAN AKHIR HIDUP PAULUS (Efesus 2:1–10, 2 Timotius 2:1–15)

Kekaisaran Romawi memiliki beberapa penguasa yang jahat dan kejam, tetapi Kaisar Nero adalah penguasa yang paling kejam. Ia memerintah selama 14 tahun. Nero pernah terlibat di dalam semua tindak kejahatan yang pernah ada di sana. Ia bahkan telah membunuh ibunya sendiri. Ia juga membunuh beberapa istri dan kawan-kawannya. Sejarah menceritakan kepada kita bahwa Kaisar Nero pernah membakar kota Roma. Nero merasa bahwa ia adalah seorang pemusik yang hebat. Ia mengira jika ia dapat menyaksikan sebuah api yang sangat besar, barangkali ia dapat bermain biola dengan lebih baik. Ia menyalakan api, duduk di serambi yang tinggi, dan menyaksikan kota terbakar sambil memainkan biolanya. Kota Roma terbakar selama enam hari. Para penduduk kota Roma sangat marah dengan terjadinya kebakaran itu. Tetapi Nero mengatakan bahwa orang-orang Kristenlah yang memulai kebakaran itu. Kemudian mulailah mereka menganiaya orang-orang Kristen. Ribuan orang Kristen dibakar dengan sangat kejamnya di atas tiang-tiang pembakaran. Pada waktu itu Paulus dikenal sebagai pemimpin orang-orang Kristen, sehingga pastilah kehidupannya berada dalam bahaya yang besar.

Waktu Paulus ditangkap untuk yang kedua kalinya di Roma, ada kemungkinan ia dijebloskan di dalam penjara bawah tanah: sebuah penjara yang dingin, gelap, dan sangat mengerikan. Pada saat ini teman-temannya tidak lagi berani mengunjunginya. Beberapa ari mereka takut, jika mereka mengunjungi Paulus, mereka pastilah akan dibunuh. Paulus menulis surat kepada Timotius pada saat ia mengunjungi para jemaatnya untuk terakhir kalinya.

Timotius menjadi orang Kristen saat Paulus mengunjungi kota Listra untuk pertama kalinya. Ayah Timotius adalah seorang yang bukan Yahudi, sedangkan ibunya seorang Yahudi yang taat. Timotius masih sangat muda ketika Paulus mengajaknya pergi dalam perjalanan pemberitaan Injilnya yang kedua. Sejak itu, Timotius menjadi pemimpin jemaat yang sangat kuat. Paulus memanggilnya “anakku yang sah di dalam iman.” Timotius kemudian menjadi pemimpin jemaat di Efesus.

Saat melayani Tuhan, ketaatan mutlak diperlukan. Dalam Kis 20 : 19–38 kita dapat menemukan daftar ketaatan, kesetiaan Paulus yang sangat mengagumkan. Semua hal di atas dilakukan rasul Paulus di dalam ketaatan dan kesetiaannya kepada Tuhan. Sekalipun ada begitu banyak kesulitan dan penderitaan, ia taat bahkan taat sampai mati. Ia ingin menuntaskan pelayanannya dengan ketaatan yang mutlak kepada Pengutusnya. Siapakah sesungguhnya Paulus? Di bagian pendahuluan telah disinggung selain singkat bahwa dulunya ia seorang penghujat, penganiaya jemaat dan seorang yang ganas. Tetapi, dia telah dikasihi Tuhan. Apa yang menyebabkan perubahan dan perilakunya begitu drastis? Dari seorang seorang penghujat dan penganiaya yang ganas menjadi seorang pelayan Tuhan yang rendah hati? Itu hanya anugerah Tuhan yang dapat mengubah perilaku seseorang.

Bagi pelayan Tuhan, camkanlah hal ini: Anugerah Tuhan tidak sekedar memanggil kita melayani, tetapi di dalam pelayanan itu Tuhan tidak henti-hentinya membentuknya menjadi seorang pelayan sebagaimana yang Tuhan kehendaki.

Dalam pelayanan selalu ada dua hal yang dinyatakan kepada kita, yaitu:

  • Karunia pelayanan yang kita miliki.
  • Kelemahan-kelemahan dalam diri kita.

Melalui pelayanan selain mengetahui kelebihan-kelebihan kita, kita juga akan mengetahui kelemahan-kelemahan kita. Pada waktu kita melayani, ternyata kita adalah seorang pemarah, kurang kasih, mudah tersinggung, tidak dapat menerima kritikan orang, suka menguntungkan diri. Dengan demikian pelayanan selalu merupakan kesempatan bagi Tuhan untuk memoles kita, membuang hal-hal buruk yang ada pada kita. Sekaligus menambal kekurangan-kekurangan kita.

Paulus telah melalui hidup yang luar biasa, yang tidak dia sangka mungkin. Dia memulai pelayanan dengan baik dan mengakhiri dengan baik pula. Paulus menjadi contoh pelayanan jemaat, misionaris, penjangkauan, pemuridan-mentoring dan penggembalaannya.

Sumber:

  1. Kehidupan rasul Paulus, Forum diskusi http://www.sarapanpagi.org/kehidupan-rasul-paulus-vt1663.html
  2. Pelayanan Paulus di Roma. Forum Diskusi http://biblikaindonesia.blogspot.com/2012/02/pelayanan-paulus-di-roma-kis.html
  3. Morib, Ani. http://pesta.org. http://www.pesta.org/paulus_penginjil_yang_hebat
  4. Lay, Frederika. Kekuatan dalam pelayanan. STT Kharisma. http://www.stt-kharisma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=56:kekuatan-dalam-pelayanan&catid=6:artikel-theologia&Itemid=16

--

--