Ada Matematika di Belakang Bitcoin, Kok bisa?

Muhammad Khairul Ihsan
Eureka Edutech
Published in
3 min readSep 8, 2022
Ilustrasi Canva

Halo Sahabat Pintar, pernah tidak kalian mendengar berita tentang munculnya orang-orang yang mendadak kaya? Mendadak jadi miliarder? Ya, tiba-tiba saja tanpa kabar, tanpa angin, mereka beli mobil mewah, rumah mewah, dan pernak pernik kekayaan lainnya. Berita-berita itu sempat bertengger cukup lama di media elektronik, media sosial hingga media cetak.

Mungkin Sahabat Pintar sudah nggak asing dengan Bitcoin. Ya, salah satu dari mereka yang sempat bikin heboh seantero dunia adalah para miner atau penambang Bitcoin. Keberadaan mata uang kripto (cryptocurrency) seperti Bitcoin membuka peluang digitalisasi dalam bidang finansial di masa depan.

Bayangkan saja, nilai tukar untuk satu bitcoin setara dengan ratusan juta rupiah. Menggiurkan bukan? Meskipun di Indonesia masih menjadi kontroversi soal boleh tidaknya Bitcoin ini digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, tapi tetap menarik untuk membahasnya!

Kali ini kita tidak akan membahas tentang label “halal” mata uang kripto tersebut, tapi lebih spesifik tentang matematika yang lagi-lagi bermain di belakang kehebohan semua ini.

Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak mengatakan “Bitcoin adalah matematika, kemurnian matematika” Dr. Muchtadi Intan Detiena, dosen program studi Matematika ITB dalam acara Mathematical Challenge Festival ITB 2022 (MCF ITB) pada Maret kemarin memaparkan bahwa sistem Bitcoin dijalankan oleh protokol Bitcoin yang didasarkan pada matematika. Lagi-lagi tentang matematika?

Sebelum mengulas sisi matematikanya lebih jauh, ada baiknya kita ketahui dulu apa sebenarnya bitcoin itu.

Dikutip dari laman bitcoin.org, Bitcoin merupakan jaringan konsensus yang memungkinkan sistem pembayaran baru dan uang yang sepenuhnya berbentuk digital. Bitcoin merupakan jaringan pembayaran peer-to-peer desentralisasi pertama yang dikontrol sepenuhnya oleh penggunanya tanpa ada otoritas sentral ataupun perantara. Bisa dibilang Bitcoin serupa dengan uang di dunia internet.

Bitcoin merupakan salah satu cryptocurrency yang pertama kali dipaparkan pada 1998 oleh Wei Dai dalam milis cypherpunks, menyarankan ide tentang uang bentuk baru yang menggunakan kriptografi untuk mengontrol pembuatan dan transaksi tanpa menggunakan campur tangan pihak ketiga atau dalam sistem perbankan dikenal dengan otoritas terpusat.

Lantas bagaimana cara kerja Bitcoin yang berfungsi sebagai mata uang?

Bitcoin sendiri tidak akan bisa hadir dan berfungsi dengan baik tanpa jaringan peer to peer yang terbentuk antara para pengguna Bitcoin yang ada di seluruh dunia. Bitcoin tidak terpusat dalam sebuah server, tapi membagikannya ke seluruh pengguna.

Dalam jaringan peer to peer, para pengguna juga dapat memposisikan diri mereka menjadi anggota peer yang melakukan verifikasi transaksi Bitcoin yang dikenal dengan istilah miner atau tukang tambang. Para miners inilah yang menjaga agar layanan Bitcoin tetap dapat beroperasi dan transaksinya tetap berjalan dengan baik.

Catatan transaksi Bitcoin ini hampir mirip dengan bank. Bedanya, transaksi Bitcoin tidak terpusat di satu tempat. Sehingga dengan demikian, tingkat keamanan transaksi Bitcoin ini cukup tinggi sebab pencatatan transaksi dilakukan oleh seluruh pengguna. Terus, letak matematikanya dimana?

Setiap transaksi dan catatan yang ada, disandikan dengan metode enkripsi yang disebut dengan hash function. Inilah alasan mengapa Bitcoin disebut dengan Cryptocurrency yang secara harfiah dapat diartikan sebagai mata uang yang tersandikan.

Algoritma Hashing

Apa itu hash? Singkatnya, istilah tersebut merujuk pada proses matematis atau fungsi yang terdiri atas data berbagai ukuran yang disimpan ke dalam serangkaian operasi.

Dalam ilmu Kriptografi, hash digunakan untuk mengubah data atau informasi. Data yang diinput akan diubah menjadi serangkaian angka, huruf atau karakter menjadi karakter terenkripsi tanpa mengubah ukuran. Singkatnya, proses enkripsi ini memberikan pengamanan yang cukup tinggi dengan membuat informasi atau catatan yang dipakai menjadi “tidak terlihat”.

Fungsi hash inilah yang digunakan oleh para miner Bitcoin atau mata uang kripto lainnya. Ketika mata uang kripto ditambang, blok-blok yang sudah berisi transaksi terverifikasi harus melalui hashing terlebih dulu sebelum ditambahkan ke rantai blok. Pada proses ini, dikenal sebuah istilah hash rate, pengukur yang akan menghitung jumlah jaringan Bitcoin yang berusaha memecahkan teka-teki matematika rumit setiap detiknya.

Gimana Sahabat Pintar, udah berniat jadi miners? Perkuat dulu ilmu matematika kamu ya :)

--

--