Yuk, Kenali Imbuhan!

Nabila Salsabila
Eureka Edutech
Published in
7 min readDec 11, 2023
Photo by Parabol | The Agile Meeting Toolbox on Unsplash

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya. Untuk menumbuhkan hubungan sosial tersebut tentunya manusia membutuhkan komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi berupa pesan, ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lainnya. Untuk menciptakan komunikasi tersebut dibutuhkannya bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi.

Untuk melakukan komunikasi yang baik pastinya seorang individu harus menyampaikan situasi melalui bahasanya dengan baik. Komunikasi dan juga bahasa adalah kedua hal yang tidak dapat terpisahkan. Kenapa? karena salah satu fungsi dari komunikasi sendiri adalah untuk menyampaikan informasi (Effendy, 2003). Contohnya saja saat kita menonton video yang ada di YouTube, di dalam video tersebut pastinya ada informasi yang ingin disampaikan oleh pembuat video. Dalam penyampaian informasi tersebut tanpa kita sadari kita tidak hanya menggunakan kata dasar saja, tanpa kita sadari pasti kita memakai imbuhan untuk memperjelas apa yang ingin kita katakan atau apa yang ingin kita sampaikan informasi kepada lawan bicara kita.

Setiap bahasa tentunya memiliki struktur kebahasaan seperti fonologi, morfologi, sintaksis. Morfologi bagian dari struktur bahasa yang membahas tentang bentuk kata. Proses pembentukan kata tersebut salah satunya terdapat afiksasi. Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar sebuah kata. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur, yaitu; (1) dasar atau bentuk dasar; (2) afiks, yakni biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata; (3) makna gramatikal yang dihasilkan dari (Chaer, 2014).

Lalu apa itu imbuhan?

Imbuhan memiliki nama lain yaitu afiksasi. Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks pada suatu kata yang menghasilkan kata-kata baru (Rohmadi & dkk, 2009). Sedangkan afiks sendiri merupakan suatu gramatikal terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru (Fauzan, 2017). Dengan kata lain afiks merupakan suatu bentuk linguistik yang keberadaannya menghasilkan suatu makna baru yang ditimbulkan melalui proses afiksasi.

Berdasarkan hal tersebut imbuhan yaitu sebuah bunyi yang dapat membuat kata dasar menjadi kelas kata yang bermacam seperti nomina, verba, adverbia, numeralia, dan lain-lain. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia imbuhan adalah bubuhan yang berupa awalan, sisipan, akhiran pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Berdasarkan hal tersebut betapa penting kita belajar mengenai imbuhan. Kenapa? karena imbuhan adalah hal yang selalu kita pakai saat berkomunikasi dan pastinya agar kita lebih mendalami lagi bahasa kita tercinta yaitu bahasa Indonesia.

Apa saja jenis dan fungsi imbuhan?

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia imbuhan memiliki empat jenis (prefiks, infiks, sufiks, serta konfiks) dan masing-masing jenisnya memiliki beberapa fungsinya masing-masing, bisa pembentuk nomina (kata benda), verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), atau numeralia (kata jumlah atau menggambarkan angka). Berikut penjelasan jenis-jenis dan juga fungsi dari masing-masing jenisnya.

  1. Prefiks

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia prefiks berarti imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata atau bentuk dasar awalan. Prefiks memiliki banyak sekali jenisnya, yaitu:

A. Ter-

Fungsi prefiks ini untuk menyatakan paling

Contoh:

  • Tercantik, hasil dari kata dasar cantik yang berarti elok ditambahkan prefiks ter- menjadikan kata tersebut bermakna sesuatu yang bersifat paling elok.
  • Terpandai, hasil dari kata dasar pandai yang berarti cepat menangkap pelajaran sehingga ditambahkan prefiks ter- bermakna seseorang yang memiliki kemampuan menangkap pelajaran paling cepat.

B. Ke-

Prefiks pembentuk nomina

  • ketua, hasil dari kata dasar tua yang memiliki makna untuk seseorang yang sudah lama hidup atau lanjut usia, ditambah prefiks ke- menjadi kata nomina yang mempunyai sifat atau ciri-ciri yaitu menjadi seseorang yang dituakan atau yang sudah banyak pengalaman atau bisa saja bermakna seorang pemimpin dalam suatu kelompok.
  • kekasih, hasil dari kata dasar kasih yang bermakna perasaan sayang lalu ditambahkan prefiks ke- menjadi kata nomina yang bermakna seseorang yang diintai.

Prefiks pembentuk verba

  • Ketabrak, hasil dari kata dasar tabrak yang memiliki makna terbenturnya dua benda dari arah berlawanan, ditambahkan prefiks ke- menjadi memiliki makna seseorang yang terbentur dengan sesuatu dari arah berlawanan tanpa disengaja.

Prefiks pembentuk numeralia

  • Ketiga, hasil dari kata dasar tiga lalu ditambahkan prefiks ke- menjadikan memiliki makna tingkatan maksudnya tingkatan nomor tiga.

C. Peng-

Prefiks peng- ini memiliki variasi, yaitu: pe-; pem-; pen;- penge-; dan peny. Prefiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Pembeli, hasil dari kata dasar beli yang bermakna memperoleh sesuatu dengan proses membayar. Ditambahkan prefiks pem- menjadi kata nomina orang yang melakukan proses membayar tersebut.
  • Penulis, hasil dari kata dasar tulis ditambahkan prefiks pe- menjadi kata nomina yang ditujukan pada orang yang melakukan tulis tersebut.

D. Per-

Prefiks per- ini memiliki variasi, yaitu: pe- dan pel-

Prefiks pembentuk nomina

  • Perokok, hasil dari kata dasar rokok ditambahkan prefiks pe- menjadi kata nomina yang ditujukan seseorang yang sering memakai rokok.

Prefiks pembentuk verba

  • Persegi, hasil dari kata dasar segi ditambahkan prefiksi per- menjadi persegi bermakna bersegi.

E. Ber-

Prefiks ber- ini memiliki variasi, yaitu: be- dan bel-. Prefiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata verba, berikut contoh-contohnya:

  • Beristri, dari kata dasar istri yang bermakna wanita yang sudah menikah, ditambah prefiks ber- berubah makna menjadi seseorang yang sudah memiliki istri.
  • Beradik, dari kata dasar adik yang memiliki makna saudara kandung yang lebih muda, ditambah prefiks ber- menjadi seseorang yang memiliki adik.
  • Bersedih, dari kata dasar sedih ditambahkan prefiks ber- menjadi bermakna merasa pilu.

F. Di-

Prefiks ini hanya sebagai prefiks pembentuk verba, berikut contoh-contohnya:

  • Dialas, dari kata dasar nomina yaitu alas menjadi verba saat ditambahkan prefiks di- menjadi bermakna diberi alas.

G. Meng-

Prefiks meng- ini memiliki variasi, yaitu: me-; mem-; men-; menge-; dan meny-. Prefiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata verba, berikut contoh-contohnya:

  • Mencair, hasil dari kata cair yang bersifat adjektiva ditambahkan prefiks men- menjadi verba yang memiliki makna menjadi cair.
  • Menyopir, hasil dari kata dasar supir ditambahkan prefiks meny- menjadi bermakna mengemudi mobil.
  • Melaut, hasil dari kata dasar laut yang bermakna kumpulan air asin yang menggenangi benua atau pulau, ditambah prefiks me- menjadi kata verba yang bermakna pergi ke laut biasanya dipakai untuk nelayan yang sedang bekerja di laut.

H. Se-

Prefiks ini memiliki fungsi untuk pembentuk kata adverbia, berikut contoh-contohnya:

  • seizin,dari kata dasar nomina yaitu izin yang memiliki makna pernyataan mengabulkan, lalu ditambahkan prefiks se- menjadi kata adverbia yang bermakna dengan izin atau dengan pernyataan yang telah dikabulkan.

2. Infiks

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia infiks adalah imbuhan yang disisipkan di tengah kata dasar.

A. -el-

Infiks pembentuk nomina

  • Telunjuk, dari kata tunjuk ditambah infiks -el-menjadi telunjuk yang berarti jari tangan antara jari tengah dan ibu jari yang biasa digunakan untuk menunjuk.

Infiks pembentuk verba

  • Kelupas, dari kata kupas menjadi kelupas dengan penambahan infiks -el- yang menjadi bermakna lepas kulit.

B. -er-

Prefiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Gerigi, dari kata dasar gigi lalu ditambahkan prefiks -er- menjadi gerigi yang bermakna gigi-gi tajam pada tepi biasanya digunakan untuk benda gergaji atau piringan sepeda.

C. -em-

Infiks pembentuk nomina

  • Temali, dari kata dasar tali lalu ditambahkan infiks -em- menjadi temali

Infiks pembentuk adjektiva

  • Gemerlap, dari kata gerlap yang berarti kerlap atau kilat menjadi gemerlap yang bermakna berkilap-kilap.

3. Sufiks

A. -an

Sufiks pembentuk nomina

  • Awalan, dari kata awal yang memiliki arti permulaan diubah menjadi awalan.

Sufiks pembentuk adjektiva

  • Besaran, dari kata besar ditambah dengan sufiks -an menjadi besaran yang memiliki ari nilai numerik untuk menunjukkan jumlah sesuatu.

Sufiks pembentuk verba

  • Natalan, dari kata natal menjadi natalan yang bermakna meraykan hari natal tersebut.

B. -is

Sufiks pembentuk nomina

  • Jurnalis, dari kata dasar jurnal menjadi jurnalis yang memilki arti orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita di media massa.

Sufiks pembentuk adjektiva

  • Astronomis, dari kata astronom ditambahkan sufiks -is menjadi astronmis.

C. -isme

Sufiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Liberalisme, dari kata dasar liberal yang bermakna bebas, menjadi kata nomina liberalisme yang bermakna ketatanan negara yang memiliki prinsip kebebasan.

D. -itas

Sufiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Loyalitas, dari kata loyal ditambahkan sufiks -itas menjadi loyalitas bermakna kepatuhan.

E. -wan

Sufiks -wan ini memiliki variasi, yaitu: -man. Sufiks Ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Bangsawan, dari kata bangsa yang bermakna kelompok masyarakat, ditambahkan sufiks -wan menjadi bangswan yang memilki makna seseorang ketutunan ningrat.
  • Seniman, dari kata seni ditambahkan sufiks -man menjadi seniman yang berarti seseorang yang menyukai seni dan pelakon seni.

F. -i

Sufiks -i ini memiliki variasi, yaitu: -iah; -in; -wi; dan -wiah..

Sufiks pembentuk adjektiva

  • Surgawi, dari kata surga yaitu alam akhirat yang membahagiakan, menjadi surgawi yang bermakna hal terkait surga.

Sufiks pembentuk verba

  • Pukuli, dari kata pukul yang menjadi pukuli setelah ditambahkan sufiks -i.

G. -kan

Sufiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata verba, berikut contoh-contohnya:

  • Bacakan, dari kata baca menjadi bacakan yang biasanya dipakai untuk memerintah seseorang untuk membaca atau bisa bermakna seseorang yang sedang membacakan untuk orang lain.

H. -if

Sufiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata adjektiva, berikut contoh-contohnya:

  • Responsif, dari kata respons menjadi responsif yang artinya bersifat cepat dalam hal menannggapi.

4. Konfiks

Konfiks merupakan imbuhan penggabungan afiks dan konfiks, dalam kata lain imbuhan ini ada pada awal dan juga akhir kalimat secara bersamaan.

  1. Ke–an

Konfiks pembentuk verba

  • Keracunan
  • Kelaparan
  • Kemalaman

Konfiks pembentuk adjektiva

  • Kekecilan
  • Kesempitan
  • Kekurangan

Konfiks pembentuk nomina

  • Keadilan
  • Kedudukan
  • Kemanusiaan

B. Peng–an

Konfiks peng — an ini memiliki variasi, yaitu: pe–an; pem–an; pen–an; penge–an; dan peny–an. Konfiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Pembayaran
  • pengeboman
  • pengakuan
  • penghasilan
  • penyebrangan

C. Per-an

Konfiks per — an ini memiliki variasi, yaitu: pe–an dan pel–an. Konfiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata nomina, berikut contoh-contohnya:

  • Persetujuan
  • Perdamaian
  • Perseteruan
  • Perkapalan
  • Peristirahatan

D. Ber-an

Konfiks ini hanya dapat menghasilkan kelas kata verba, berikut contoh-contohnya:

  • Berguguran
  • Berdatangan
  • Berdekatan
  • Bersebrangan
  • Berpikiran

Jadi, imbuhan merupakan sebuah imbuhan atau suku kata tambahan untuk kata dasar berubah kelas kata. Imbuhan juga ada empat jenis yaitu prefiks, infiks sunfiks, dan konfiks. Masing-masing jenis tadi juga memilki kegunaannya masing-masing dalam pemakainnya.

Referensi

Chaer, A. (2014). Linguistik Umum.

Fauzan, M. R. (2017). Analisis Penggunaan Afiks Bahasa Indonesia Dalam Status Blackberry Messenger Mahasiswa Kelas C Angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 2(2). Retrieved from http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/12291

Kamus Bahasa Indonesia. (2008).

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, 2003

Rohmadi, M., & dkk. (2009). Morfologi Telaah Morfem dan Kata.

--

--