Kelebihan dan Kekurangan Sistem Microtransaction dalam Game

Ridhlo Lintang
Everidea
Published in
3 min readJun 15, 2021

Beberapa waktu lalu media sosial di Indonesia diramaikan oleh kejadian orang tua yang menumpahkan amarahnya kepada seorang kasir di minimarket karena memperbolehkan anaknya membeli voucher Google Play sebanyak Rp. 800.000 untuk kemudian meminta pihak minimarket mengembalikan uang tersebut. Voucher tersebut kemudian digunakan si anak untuk melakukan microtransaction — pembelian konten tambahan pada sebuah game.

Photo by SCREEN POST on Unsplash

Dalam sebuah industri pasti ada sebuah model bisnis yang dilakukan oleh penyedia jasa untuk meraup keuntungan, dan kalau di Industri games biasanya bentuknya adalah purchase — pembelian seluruh konten game di awal, ads — penambatan iklan seperti product placement atau iklan yang berbentuk video, serta microtransaction (IAP) — pembelian konten tambahan di pertengahan permainan. Kita tidak akan membahas bagaimana seorang anak dapat membawa uang tanpa sepengetahuan orang tuanya, kali ini kita akan membahas tentang monetisasi pada industri games khususnya microtransaction.

Apa Itu Microtransaction?

Microtransaction (atau seringkali disebut MTX) sendiri dapat berbentuk konten-konten kecil atau kosmetik seperti skin, hingga pembelian items yang berguna untuk progress didalam game. Berbeda dengan DLC yang sifatnya menambah konten game secara masif (stage, level, map baru, dll).

Photo by Jason Leung on Unsplash

Beberapa waktu lalu MTX sering menjadi perdebatan di kalangan gamers, publisher, dan developer karena pada prakteknya publisher kerap kali memanfaatkan MTX secara berlebihan. Bahkan beberapa kalangan menganggap MTX merusak pengalaman dalam bermain game, khususnya game kompetitif karena membuat pemain mengambil “jalur pintas” — pemain baru bisa langsung sepadan dengan pemain yang telah menghabiskan banyak waktu pada game, dengan uang. Tapi ternyata ada temuan mengejutkan, sebuah studi NPD mengatakan bahwa 77% dari gamers di PC dan konsol sebetulnya tidak keberatan untuk membayar MTX dan DLC.

Fakta di atas adalah sebuah indikator bahwa microtransaction membagi dua pihak pada kalangan gamers, mereka yang setuju dengan adanya microtransaction dan mereka yang tidak setuju. Apabila ada kelompok yang setuju dan tidak, artinya microtransaction memiliki kelebihan dan kekurangan di dalamnya.

Cons

Aspek-aspek dibawah ini adalah alasan mengenai mengapa sekelompok orang membenci microtransation;

  • Mengurangi isi konten dalam game — berbeda dengan game yang meminta penggunanya untuk membayar game di awal, game yang menerapkan microtransaction tidak memberikan gamenya secara “lengkap”, contohnya seperti karakter yang terbatas atau item yang tidak mungkin didapatkan dengan bermain secara F2P.
  • Pay to Win — merupakan alasan utama bagi kebanyakan orang untuk membenci MTX. Karena sudah bukan rahasia kalau biasanya orang yang melakukan in-app-purchase lebih diuntungkan daripada orang yang sudah menghabiskan banyak waktu untuk game tersebut.
  • Gatcha — Kerap kali pembelian konten dalam game berbentuk gatcha sehingga seperti membeli kucing dalam karung — pengguna tidak tahu secara pasti apa yang akan dia dapat dari membayar sejumlah uang. Contohnya pada permainan Yu-Gi-Oh Duel Links, kamu mempertaruhkan sejumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan kartu random. Kalau kamu beruntung mungkin kamu dapat kartu yang kamu inginkan, tapi hal sebaliknya yang justru sering terjadi.

Pros

Disisi lain, microtransaction juga memiliki sisi positif dalam membantu industri games, beberapa diantaranya adalah;

  • Memperpanjang umur game — MTX dan DLC kerap kali menjadi penyelamat ketika sebuah game ingin memperluas gameplay ketika gamenya sudah “mentok”, sehingga pengguna tidak merasa bosan dan berhenti. Dengan DLC gamers bisa melanjutkan lagi perjalanannya dengan konten yang ditawarkan.
  • Tidak bersifat memaksa — microtransaction tidak memaksa gamers untuk mengeluarkan uang hal ini bisa terlihat dalam game-game seperti Fortnite atau Dota 2. Transaksi mikro dalam game ini hanya bersifat kosmetik dan keputusan kamu untuk membeli items kosmetik dalam game ini tidak akan mempengaruhi pengalaman bermain game kamu.
  • Mensubsidi harga game — Seperti yang kita ketahui, produksi akan game tiap tahunnya selalu meningkat. Untuk mengakali biaya produksi tanpa menaikan harga jual, para publisher dan developer memutuskan untuk memasukan sistem microtransaction dalam game mereka, atau bahkan sampai membagikan game secara gratis dengan hanya berharap meraup profit melalui ads dan microtransaction.

Conclusion

Dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, suka tidak suka sistem microtransaction sepertinya memang akan ada untuk terus menetap, karena bisa dilihat dari tahun ke tahun publisher tetap menghadirkan game yang memiliki microtransaction di dalamnya. Bagaimana pendapat kalian tentang sistem microtransaction?

--

--