Aplikasi ini Mampu Deteksi Autisme Sejak Dini
Autisme adalah suatu kelainan dan gangguan perkembangan otak yang menyerang penderita nya sehingga kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Autisme juga menjadikan penderita nya memiliki gangguan perilaku dan minat yang terbatas. Jenis kelainan ini pun biasanya sudah di idap sejak balita, karena keterbatasan pengetahuan dan alat saat ini, masih sedikit cara dan alat yang dapat digunakan manusia untuk memprediksi autisme pada anak sehingga dapat ditangani sebelum menjadi semakin parah.
Jenis kelainan ini sendiri sudah dikenali dan bisa ditemukan sekitaran tahun 1943. Adalah Leo Kanner yang pertama kali mendeskripsikan autisme untuk mereka yang secara tingkat sosialisasi rendah dan cenderung dikucilkan. Dalam dunia sastra sendiri, autisme sudah pernah dimuat dalam karya literatur sejarah pada tahun 1911 oleh Eugen Bleuer. Seorang psikiatris yang mendekripsikan seluruh kelainan penderita ausitme dalam karya sastra nya. Dalam sejarah penanganan nya pun sudah dilakukan sejak dulu pula. Autisme dalam proses penyembuhan nya menggunakan metode ECT atau Electroconvulsive Therapy. Jenis perawatan ini adalah cara yang sama yang digunakan pada penderita Bipolar dan Schizophrenia. Karena jenis kelainan ini berhubungan dengan kinerja otak, cara kerja ECT pun berhubungan dengan otak. ECT akan memberikan sedikit tegangan listrik pada otak penderita untuk mengaktifkan kembali saraf-saraf yang belum berfungsi sempurna. Meski hasil nya tidak akan 100% menyembuhkan penderita nya, penggunaan alat ini hingga kini masih menjadi cara utama untuk setidak nya memberikan stimulus dan membangkitkan fungsi otak penderita nya.
Selain menggunakan cara lama yang sudah dikembangkan bertahun-tahun. Kini teknologi terbarukan pun juga sudah mengambil peran nya dalam menyehatkan manusia. Jenis teknologi ini disebut dengan Machine Learning dan Deep Learning. Adalah Geraldine Dawson, direktur dari Duke Center for Autism and Brain Development yang bekerjasama dengan Guillermo Sapiro, James B. Duke, profesor dari electrical and computer engineering. Mereka bersama menciptakan dan mengembangkan sebuah aplikasi berbasis smartphone yang mampu menganalisa dan mendeteksi perilaku balita mengenai gejala awal penderita autism. Aplikasi ini mampu memberikan stimulus pada balita untuk melihat tingkat respon otak anak tersebut.
Meski Dawson dan Sapiro berasal dari dua latar pendidikan yang berbeda, tujuan mereka adalah dengan menciptakan sebuah film pendek yang dapat membangkitkan respon penonton nya melalui ekspresi wajah dan tingkat perhatian nya. Anak-anak dapat menyaksikan film tersebut melalui smartphone atau tablet, kemudian dengan perangkat kamera depan yang umum nya terpasang di setiap smartphone dan tablet akan menganalisa pandangan dan ekspresi wajah anak tersebut. Data dari perangkat tersebut kemudian akan di analisa melalui beberapa rangkaian algoritma yang diciptakan oleh tim untuk memberikan estimasi dan prediksi apakah sang anak menderita gejala awal dari autisme. Dalam sesi wawancara nya bersama Amazon Web Services, Dawson menjelaskan bagaimana aplikasi besutan ia dan tim nya dapat digunakan pada balita umur 18 hingga 24 bulan. Menjadikan aplikasi ini mampu memberikana analisa yang jauh lebih dini serta dapat meningkatkan IQ sang anak sebanyak 17 poin.
Aplikasi ini pertama kali dipasarkan ke publik secara gratis pada platform iOS tahun 2015. Aplikasi bernama Autism & Beyond ini diharapkan mampu membantu para orang tua untuk dapat mendeteksi sesegera mungkin gejala autisme pada anak nya. Meski para pencipta aplikasi ini menekankan untuk tidak percaya 100% kepada aplikasi karena bisa saja terjadi kesalahan. Aplikasi ini diciptakan untuk memberikan pandangan awal, yang kemudian orang tua harus tetap membawa anak nya ke rumah sakit maupun psikolog terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Sebelum nya, para peneliti mengatakan bahwa cara tradisional untuk mengetahui gejala autisme pada anak adalah dengan menggunakan laporan orang tua, seperti mengisi kuesioner mengenai gejala dan perilaku anak. Cara ini dinilai tidak efektif karena hanya melihat dari sudut pandang orang lain, bukan melalui sudut pandang si anak tersebut. Bahkan juga cenderung dapat menjadi miskonsepsi jika orang tua salah mengartikan gerak tubuh atau perilaku sang anak.
Saat ini aplikasi sedang dalam tahap percobaan yang dilakukan terus menerus demi memberikan hasil yang optimal. Didanai oleh National Institutes of Health menjadikan ribuan balita umur 18 hingga 24 bulan dapat berinteraksi langsung dengan aplikasi yang disediakan di Duke Clinics. “Kami berencana untuk memvalidasi dan meluncurkan sebagian aplikasi ini. Ini adalah tujuan kami untuk studi klinis yang sedang berjalan sekarang.” Ujar Sapiro.
Sapiro sendiri sudah menghabiskan seumur hidup nya dengan komputer dan Machine Learning. Beberapa penelitian nya melibatkan teori dan pengaplikasian computer vision, computer graphics, medical imaging, image analysis dan Machine Learning. Sehingga menjadikan Sapiro sangat kompeten di bidang nya.
Jenis pengaplikasian Machine Learning serta Deep Learning dalam bidang kesehatan sudah banyak digunakan hingga hari ini. Salah satu contoh nya adalah mesin X-Ray yang kini mampu dianalisa secara otomatis dengan menggunakan Deep Learning. Sebagai pecinta dan teknisi Artificial Intelligence, Machine Learning, dan Deep Learning, yuk kita terapkan penggunaan nya di negara sendiri untuk menjadikan industri kesehatan lebih baik lagi.
Bibliography:
Evolve Machine Learners adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dan pendidikan Artificial Intelligence dan Machine Learning. Kami menyediakan Bootcamp Kelas Pendek untuk AI dan ML serta Corporate Training. Kunjungi kami di @evolvemlearners.id di Instagram. Kunjungi website kami di www.evolvemachinelearners.com
