Pestisida Bagaikan Pisau
Apakah kalian pernah mendengar berita atau seruan “Tolak Pestisida!” atau “Pestisida itu Jahat”? Hal yang menarik di sini adalah adalah mereka, penyeru, menyamakan semua pestisida. Hal tersebut sama saja seperti kalian makan nasi goreng dan nasi goreng yang kalian makan ternyata tidak enak, lalu menyebut semua nasi goreng di dunia adalah makanan yang buruk. Itu berarti kalian menghakimi pestisida tanpa mengetahui sebenarnya apa itu pestisida.
Lalu, apa itu pestisida? Pestisida (dari bahasa inggris, Pesticide) berasal dari kata Pest, yang berarti hama dan mendapat akhiran -cide yang berarti pembasmi, apabila digabung maka pestisida adalah pembasmi hama. Menurut Ida Nyoman Oka dalam bukunya yang berjudul ‘Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia’ [1], disebutkan bahwa definisi pestisida adalah agensia yang membunuh hama. Yang dimaksud adalah bahan-bahan yang telah dikembangkan untuk membunuh sejumlah besar spesies hama-hama tertentu.
Definisi pestisida telah jelas menyatakan bahwa tidak ada kata yang menjelaskan bahwa pestisida itu merusak. Pada definisi tersebut, sudah sangat jelas dijelaskan juga bahwa pestisida berfungsi untuk membunuh hama, entah itu pestisida anorganik, pestisida nabati, maupun pestisida hayati. Pestisida hanyalah sebuah alat, seperti alat yang lain, semua tergantung pada penggunanya.
Pestisida itu bagaikan pisau, pisau bisa digunakan untuk menyelamatkan makhluk hidup dan bahkan dapat di gunakan untuk membunuh makhluk hidup. semua tergantung siapa yang memegang pisau.
Kerusakan alam atau musnahnya organisme yang bukan hama dianggap sebagai tanggung jawab pestisida. Padahal yang seharusnya bertanggung jawab dan bijak dalam menggunakan pestisida adalah manusia. Manusia sebetulnya memiliki kendali penuh terhadap pestisida, manusia bisa melakukan apapun terhadap pestisida. Pada kemasan pestisida sendiri, sudah dijelaskan bagaimana dosis maupun konsentrasi yang aman karena semua itu telah diuji oleh perusahaan dan instansi yang terkait. Akan tetapi, manusia “merasa pintar” dengan menciptakan rumus mereka sendiri, dengan berbagai macam teori yang belum teruji dengan baik. Oleh karena itulah, yang perlu dibenahi bukanlah alatnya, tetapi penggunanya. So, tidak hanya pestisida yang perlu diperhatikan, tetapi manusianya sendiri juga perlu diedukasi.
Sumber : [1]