Peran Open Finance dalam Pertumbuhan Bank Digital Indonesia

Finantier
Finantier ID
Published in
4 min readApr 27, 2022

Bank digital Indonesia menjadi salah satu fenomena bisnis yang cukup berkembang dewasa ini. Inovasi tersebut digulirkan oleh pemain lama — yakni perbankan yang mengonversi layanannya ke bank digital — maupun pemain baru yang hadir menyajikan layanan perbankan digital. Penetrasi perangkat dan literasi digital yang semakin meningkat di kalangan masyarakat menjadi salah satu alasan utama pengembangan layanan tersebut.

Hadirnya bank digital di Indonesia juga diharapkan bisa meningkatkan inklusi keuangan melalui mekanisme akses yang lebih mudah terhadap berbagai layanan perbankan. Kemudahan ini diharapkan dapat mendorong Gen Z, Milenial, serta kalangan yang saat ini masih unbankable, misalnya masyarakat di daerah rural untuk menjadi bankable. Menurut data Lembaga Penjamin Simpanan Indonesia, per 2020 ada sekitar 351,7 juta akun bank teregistrasi dari 110 institusi (96 konvensional, 14 syariah).

Apa itu bank digital?

Bank digital adalah pendekatan baru di industri perbankan, menawarkan berbagai layanan seperti tabungan hingga kredit melalui aplikasi. Tidak hanya sebagai sarana transaksi, aplikasi mobile yang dihadirkan bank digital juga membantu pengguna dalam proses onboarding — mulai dari pendaftaran sampai dengan e-KYC (Know Your Customer). Karena semua dilakukan secara online, bank digital juga tidak mengandalkan kantor cabang untuk proses administrasi.

Menurut laporan McKinsey & Company (2019​)m potensi adopsi bank digital di Indonesia cukup tinggi. Dari survei terhadap 339 responden di Indonesia, lebih dari separuh menyatakan tertarik untuk menggunakan aplikasi bank digital ke depannya.

Selain itu, ada sejumlah alasan mendasar yang menjadikan bank digital Indonesia ini bisa relevan untuk masyarakat:

  • Adanya dukungan regulasi dari OJK yang mempercepat pertumbuhan industri.
  • Tingginya populasi unbanked dan underbanked di tengah meningkatnya UMKM dan perekonomian secara makro.
  • Konsumen yang lebih aktif secara digital dan mengharapkan adanya layanan yang bisa “terintegrasi” dengan kebutuhan gaya hidupnya.
  • Proposisi nilai strategis dari layanan bank digital yang mampu menyediakan berbagai alternatif produk finansial, seperti investasi hingga paylater.

Model Bisnis Bank Digital

Bank digital di Indonesia lahir dari dua pendekatan utama. Pertama, sebagai bentuk konversi layananan dari bank konvensional yang ada sebelumnya. Kedua, unit usaha baru (anak usaha) dari bank besar yang ditujukan untuk menyasar segmen konsumen yang belum terlayani sebelumnya. Menariknya, ekosistem bank digital Indonesia saat ini bersinergi intensif dengan berbagai platform fintech. Bahkan, beberapa di antara perusahan fintech ini menjadi inisiator dari bank digital tersebut dengan melakukan akuisisi terhadap bank konvensional untuk dibawa ke ranah digital.

Menurut laporan DSInnovate (2021), ditinjau dari model bisnisnya saat ini bank digital Indonesia terbagi ke dalam beberapa segmen sebagai berikut:

Adapun jumlah pemain bank digital juga terus bertambah. Beberapa juga memiliki fokus yang berbeda didasarkan pada segmen konsumen yang ingin dirangkul. Mulai dari wholesale banking, retail banking, lifestyle banking, hingga MSME banking. Berikut ini pemetaannya dari pemain yang saat ini ada:

Potensi Perkembangan Bank Digital

Menurut data Global Industry Analysts Inc.​, potensi nilai ekonomi yang dihasilkan bank digital telah mencapai $12,1 miliar pada 2020, diproyeksikan akan terus bertumbuh hingga $30,1 miliar pada 2026 dengan CAGR 15,7%. Perbankan ritel dinilai akan mendapati pertumbuhan signifikan, mengambil porsi 14,3% dari total pertumbuhan yang ada.

Sementara di Indonesia, potensinya juga tergolong besar, khususnya untuk segmen perbankan ritel dan lifestyle. Hal ini didasari cepatnya adopsi aplikasi bank digital yang sudah ada. Beberapa aplikasi bank digital Indonesia yang sudah meluncur saat ini sudah memiliki jutaan basis pengguna yang aktif menggunakan aplikasinya.

Salah satu strategi yang turut dilakukah para pemain bank digital untuk menarik pengguna adalah dengan mengintegrasikan layanan ke aplikasi konsumer yang sudah memiliki basis besar. Misalnya yang dilakukan layanan blu dengan terhubung ke Blibli — konsumen e-commerce Blibli bisa membuka rekening melalui aplikasi Blibli. Pun demikian kerja sama yang dilakukan Bank Jago dengan Bibit/Stockbit dan sebagainya.

Konsep Open Banking

Satu hal yang menjadi ciri khas dari bank digital adalah integrasi dengan layanan digital lain. Mereka mencoba menjadi mitra finansial bagi berbagai aplikasi. Untuk bisa terhubung, maka konsep Open Banking atau Banking as a Services banyak diberlakukan. Mekanisme ini memungkinkan layanan bank untuk terhubung ke mitra melalui sambungan API yang aman di backend aplikasi. Sehingga dari sisi end-user, mereka bisa mendapatkan pengalaman layanan finansial yang disuguhkan tanpa harus berpindah aplikasi.

Untuk memudahkan proses integrasi tersebut, pengembang layanan Open Finance pun hadir. Finanter adalah pengembang platform Open Finance terdepan di Asia Tenggara, dengan misi untuk menghadirkan layanan infrastruktur yang relevan bagi pengembang layanan digital agar bisa menghadirkan produk-produk keuangan yang relevan bagi pelanggannya secara efektif dan efisien.

Dengan berkembangnya ekosistem finansial dan perbankan digital di Indonesia, didukung oleh kemudahan integrasi melalui Open Finance, diharapkan dapat meningkatkan tingkat inklusi dan literasi keuangan yang ada di Indonesia.

Hubungi kami untuk layanan Open Finance

--

--

Finantier
Finantier ID

Finantier is the leading Open Finance platform in Southeast Asia.