Open Finance, Solusi Inklusi Keuangan di Indonesia untuk Gen Z

Finantier
Finantier ID
Published in
4 min readApr 11, 2022

Menurut laporan terbaru Thunes bertajuk “Gen Z: The Future of Spending”, 62% dari populasi Gen Z belum memiliki rekening bank atau biasa disebut unbankable. Ini didasarkan pada hasil survei yang dilakukan terhadap 6500 pemuda berusia 16 s/d di berbagai negara, termasuk Indonesia, India, Amerika Serikat, Vietnam, Meksiko, Inggris, dan lainnya. Survei tersebut mewakili negara maju dan berkembang.

Kendati kepemilikan akan akun bank masih kecil, menurut survei 50% dari kalangan ini sudah mulai menggunakan mobile wallet untuk keperluan transaksi. Di 5 dari 13 negara yang disurvei, metode pembayaran ini juga menjadi yang paling populer termasuk di Indonesia.

Akses terhadap layanan finansial yang lebih komprehensif diperlukan untuk menyiapkan mereka pada kebutuhan pengelolaan keuangan yang lebih baik. Termasuk di dalamnya akses ke layanan perbankan, untuk mengantarkan ke produk-produk finansial lainnya seperti tabungan hingga investasi. Perlu banyak upaya untuk mendorong peningkatan inklusi tersebut, tak terkecuali financial inclusion Indonesia yang indeksnya tengah terus merangkak membaik.

Tren Adopsi Layanan Keuangan Gen Z

Menurut hasil Sensus Penduduk 2020 oleh BPS, Gen Z mendominasi jumlah penduduk di Indonesia. Totalnya ada 74,93 juta atau setara 27,94%. Angka ini layak diperhatikan, pasalnya dalam beberapa tahun ke depan kalangan tersebut yang akan membentuk pangsa pasar berbagai segmen — baik yang bersifat konsumtif ataupun produktif.

Menariknya, Gen Z sangat erat dengan digitalisasi. Beberapa media menyebutnya sebagai digital native, di mana kesehariannya sudah sangat dekat dengan berbagai aplikasi digital. Mulai dari media sosial, game, aplikasi belajar, dan lain sebagainya, menjadikan Gen Z sebagai salah satu target pengguna utamanya. Literasi digital di kalangan ini bisa dibilang sudah terpupuk sejak dini, berbeda dengan literasi keuangan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan literasi dan inklusi keuangan kurang maksimal di kategori ini. Ambil contoh dari kondisi financial inclusion Indonesia, dari generasi sebelumnya (termasuk orang terdekat Gen Z terkini) adalah orang-orang dengan tingkat literasi yang rendah. Menurut survei OJK di tahun 2019, indeks literasi keuangan sebesar 38,03%. Dengan pemahaman yang rendah terhadap produk/layanan keuangan, kecil kemungkinan bagi mereka memberikan pemahaman yang baik bagi generasi di bawahnya.

Pada akhirnya Gen Z akan belajar secara otodidak, mengadaptasi proses-proses yang diaplikasikan ke dalam layanan digital yang sehari-hari mereka gunakan.

How Gen Z divides their spending
Top 5 Factors that impact zommers’ payment choice

Inklusi Keuangan Gen Z di Indonesia

Menurut hasil survei OJK, dibandingkan dengan generasi lainnya literasi keuangan Gen Z bisa terbilang lebih baik, selisih beberapa digit dari generasi Milenial. Secara persentase harusnya angka tersebut bisa terus ditingkatkan lagi. Dengan kondisi yang ada saat ini, sebagian besar Gen Z (bahkan penduduk Indonesia) belum memiliki pemahaman yang baik tentang produk dan layanan keuangan.

Financial literacy percentage by age

Selain edukasi berbentuk sosialisasi dan pengajaran, pengalaman langsung ke produk/layanan finansial bisa menjadi opsi dalam upaya meningkatkan literasi dan inklusi keuangan. Terbukti sejak beberapa tahun terakhir, financial inclusion Indonesia banyak terdorong atas hadirnya inovasi fintech, mulai dari layanan pembayaran digital, pinjaman dan pembiayaan, sampai dengan asuransi.

Upaya Peningkatan Inklusi Keuangan

Melihat pada kebiasaan pada Gen Z yang sudah terbiasa dengan berbagai aplikasi digital seperti e-commerce hingga layanan berlangganan online, ini menjadi kesempatan bagi inovator teknologi di bidang finansial untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut. Dalam adopsi layanan pembayaran misalnya, beberapa faktor menjadi penentu, mulai dari brand, pengalaman pengguna, hingga cara instan yang dihadirkan.

Merujuk pada kebutuhan tersebut solusi berbasis embedded finance akan relevan. Embedded finance diartikan sebagai mekanisme yang memungkinkan sebuah layanan finansial digital ditempatkan di berbagai aplikasi. Contohnya, pengembang platform e-commerce dapat menghadirkan kapabilitas pembayaran. Bahkan di beberapa skenario, lewat e-commerce pengguna bisa membuka sebuah rekening bank; atau layanan pinjaman bisa diakses langsung oleh pengguna di aplikasi konsumer tanpa harus mengunduh aplikasi terpisah. Untuk merealisasikan layanan tersebut, diperlukan teknologi Open Finance.

Cara kerja Open Finance ialah dengan menyuguhkan lapisan infrastruktur fintech yang dapat dimanfaatkan oleh platform digital. Dengan pemanfaatan Open Finance, layanan seperti e-commerce, ride hailing, OTT, edutech, dan sebagainya bisa memiliki platform keuangan yang komprehensif. Open Finance juga dapat berperan menjembatani kapabilitas yang dimiliki institusi finansial seperti bank dengan para pengembang aplikasi secara mudah dengan sambungan API yang ringkas dan aman.

Lebih dari itu, produk Open Finance yang ada sekarang juga memungkinkan institusi keuangan untuk meningkatkan jangkauannya. Misalnya, dengan Alternative Credit Scoring mereka bisa memanfaatkan data-data digital yang sebelumnya sudah banyak diproduksi Gen Z melalui aplikasi digital untuk menjadi bagian dari analisis kredit — sehingga meningkatkan keterjangkauan mereka di berbagai produk pembiayaan.

Dengan menghadirkan produk yang tepat guna dan mudah diakses, diharapkan inklusi finansial bisa tercapai secara lebih baik. Terlebih untuk menjangkau kalangan Gen Z yang akan menjadi segmen penduduk paling signifikan dan memberikan bonus demografi untuk Indonesia. Open Finance bisa menjadi solusi dari sisi produk, untuk membantu pengembang menghadirkan ragam inovasi fintech yang relevan. Selain itu, Open Finance dapat membantu perbankan dalam meningkatkan penetrasi produknya agar lebih terjangkau bagi Gen Z.

Hubungi kami untuk layanan Open Finance

--

--

Finantier
Finantier ID

Finantier is the leading Open Finance platform in Southeast Asia.