Strategi Mengimbangi Pesatnya Inovasi Keuangan Digital

Finantier
Finantier ID
Published in
4 min readJun 20, 2022

Inovasi digital financial service atau layanan keuangan berkembang begitu pesat di Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan masifnya adopsi berbagai produk fintech di berbagai kalangan — bahkan menyasar segmen pengguna yang sebelumnya tidak pernah mencicipi produk keuangan ‘formal’ dari perbankan.

Menurut laporan, nilai ekonomi yang dihasilkan fintech telah mencapai $15,69 miliar pada 2021, meningkat hampir 3x lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, data DealStreetAsia mengatakan startup fintech di Asia Tenggara telah meraih pendanaan $5,84 miliar hingga Q4 2021.

Bagi eksekutif perusahaan, laju pertumbuhan inovasi digital financial service perlu dipandang sebagai sebuah momentum untuk membawa bisnisnya bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Dengan begitu, bisnis akan mampu adaptif dengan tren kebutuhan konsumen dan relevan dengan pangsa pasar.

Perkembangan inovasi keuangan

Sebagai negara dengan populasi dan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, apa yang terjadi di Indonesia bisa merepresentasikan tren yang ada di kancah regional. Menurut data yang dirangkum Statista, industri fintech di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Diproyeksikan hingga lima tahun ke depan growth yang dihasilkan masih akan terus konsisten, bahkan eksponensial untuk beberapa produk.

Perkembangan inovasi keuangan

Pembayaran digital (digital payment) menjadi inovasi keuangan digital yang saat ini paling banyak diadopsi. Hingga tahun 2022, diproyeksikan nilai transaksi yang dihasilkan akan mencapai $71,41 miliar. Adapun tingkat adopsinya diproyeksikan akan menyentuh angka 234 juta pengguna pada tahun 2026 mendatang.

Saat ini platform pembayaran digital diaplikasikan di hampir semua layanan konsumen. Bahkan bisa dikatakan platform pembayaran digital telah menjadi komponen mendasar dan penting di dalam model bisnis suatu layanan konsumen. Pertumbuhan ini juga berbanding lurus dengan nilai ekonomi yang dihasilkan dari bisnis digital.

Menurut laporan e-Conomy SEA 2021, penetrasi pengguna internet di Asia Tenggara telah mencapai 75% dari total populasi. Angka tersebut turut menyokong ekonomi digital di kawasan tersebut. Di tahun 2021 nilai ekonomi digital di Asia Tenggara telah mencapai $174 miliar, diproyeksikan bertumbuh $363 miliar di tahun 2025. Indonesia sendiri mendapatkan capaian tertinggi dengan perolehan di tahun 2021 senilai $70 miliar.

Selain pembayaran, inovasi digital financial service lain yang mendapatkan traksi cukup signifikan adalah layanan berbasis fintech lending. Di tahun 2022 ini rata-rata transaksi per pengguna mencapai $4,556. Selain itu, pada bank digital, potensi pertumbuhan yang dihasilkan diperkirakan mencapai 40,4% di tahun 2023 mendatang.

QRIS pacu demokratisasi sistem pembayaran

Di antara jenis inovasi digital financial service yang ada di Indonesia, QRIS (Quick Response-Code Indonesia Standard) menjadi salah satu katalisator pertumbuhan adopsi fintech yang masif, khusus di segmen pembayaran. QRIS adalah sebuah mekanisme pembayaran yang dapat diaplikasikan di merchant online dan offline, memungkinkan pengguna melakukan pembayaran dengan berbagai platform (e-money, digital bank, e-wallet, dll) melalui satu kode QR tunggal.

Dengan Qris, kini pedagang kecil di pasar atau perumahan bisa menerima pembayaran cashless. Menurut data Bank Indonesia, hingga September 2021 ada sekitar 10,45 juta merchant yang menggunakan QRIS.

QRIS pacu demokratisasi sistem pembayaran

QRIS jelas memberikan kemudahan bagi pengguna. Di sisi lain, QRIS juga memberikan peluang bagi pemain bisnis finansial untuk mengoptimalkan momentum popularitasnya. Untuk itu, dibutuhkan mekanisme yang efisien tentang bagaimana sistem pembayaran dapat mereduksi berbagai friksi yang selama ini ada — salah satunya dalam upaya menghadirkan layanan dengan biaya yang lebih rendah.

Fintech-Readiness dengan Open Finance

Dalam tulisannya bertajuk “Open Finance: Transforming payments in Indonesia”, Co-Founder & CEO Finantier Diego Rojas menuliskan bahwa masih ada inovasi digital financial service yang dapat mendemokratisasi sistem pembayaran yang ada agar bisa menjadi lebih efisien. Salah satunya dengan memanfaatkan Open Finance yang memungkinkan konektivitas langsung melalui API yang terstandarisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam sistem pembayaran.

Seperti yang dilakukan Finantier, dalam kaitannya dengan sistem pembayaran, platform yang disajikan memungkinkan merchant memproses pembayaran secara gratis dengan memanfaatkan metode transfer intra-bank dengan antarmuka yang lebih sederhana.

Fintech-Readiness dengan Open Finance

Ini hanyalah salah satu use case yang bisa diaplikasikan oleh pebisnis dari Open Finance. Di luar itu, ada berbagai skenario inovasi yang bisa diterapkan untuk menunjang bisnis. Karena pada dasarnya, yang dilakukan oleh platform Open Finance adalah menyediakan kerangka infrastruktur (teknologi) untuk membantu pelaku bisnis dan pengembang menghadirkan kapabilitas fintech secara lebih efisien dan terukur.

Inovasi digital layanan keuangan diyakini tidak hanya akan berhenti sampai di titik ini saja. Demand yang tinggi seiring dengan inklusi finansial yang semakin merata akan berimplikasi pada kebutuhan pemenuhan berbagai produk keuangan yang lebih spesifik — sebut saja untuk wealth management, insurance, alternative financing, dan lain sebagainya; baik yang diperuntukkan untuk nasabah perorangan, UMKM, maupun korporasi.

Hubungi kami untuk layanan Open Finance

--

--

Finantier
Finantier ID

Finantier is the leading Open Finance platform in Southeast Asia.