DRAMA

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
2 min readJul 3, 2020

Di sebuah ruang makan, tampak sebuah keluarga yang bersiap bersantap malam. Semua telah hadir, Ayah, Ibu, dan buah hati mereka yang baru saja masuk sekolah dasar. Piring dan alat makan lainnya ditata rapi. Aroma hidangan mengundang selera siapa saja yang hadir di sana. Diawali doa singkat, mulailah mereka menyantap hidangan malam itu. Di luar, langit begitu cerah, seakan ikut menyemarakkan keharmonisan keluarga kecil yang sedang bersantap.

Si Kecil rupanya tak tahan ingin bercerita. Mulutnya yang masih penuh makanan, segera berucap, “Ayah…ayah, aku punya cerita dari sekolah!”

Mulut kecil itu belum mengatup ketika sang Ayah menasihati, “Habiskan dulu makananmu, baru bicara, Sayang,” si Kecil mengangguk dan segera menelan semua makanannya.

“Ada apa sih, kamu tampak begitu bersemangat?” kata Ayah.

“Ya, Ayah, aku ikut drama di sekolahku! Pokoknya Ayah harus datang kalau aku pentas nanti.”

Ayah tersenyum, “Oh, ya? Kamu dapat peran apa, jadi putri raja kah? Atau jadi kelinci seperti boneka milikmu?” Ayah tampak membuat mimik kelinci dengan wajahnya.

“Tidak. Aku dapat yang lebih hebat. Aku dapat tugas yang bertepuk tangan!” Ayah dan Ibu saling berpandangan. “Maksudmu? Kamu cuma jadi penonton, begitu?”

Si Kecil sibuk meralat ucapan Ayah. “Bukan. Kata Ibu guru, aku yang bertugas memberikan semangat buat teman-temanku.” Ada terlihat nada bangga di sana, “Oh, iya, Ibu guru juga bilang, peranku tak kalah dengan yang lainnya!” Kedua orangtuanya tampak tersenyum bangga melihat buah hati mereka.

Mereka bangga, memiliki anak yang tetap optimis memandang sesuatu. Mereka bangga, memiliki anak yang berjiwa besar atas apapun yang menjadi tugasnya.

***

Banyak orang yang berkata, “dunia adalah panggung sandiwara”. Bisa jadi, kata-kata itu benar adanya. Dunia adalah seperti layar yang dikembangkan, tempat kita menonton dan menyimak perilaku bintang-bintang yang sedang berpolah di dalamnya.dan layaknya panggung sandiwara, ada yang menjadi pemain, ada banyak pula yang bertugas menjadi penonton. Tapi, apakah dengan menjadi penonton, kita tak bisa berperan dalam panggung-panggung kehidupan itu? Jawabannya mungkin tak sederhana.

Kita sering bermohon dam meminta kepada Tuhan, agar diberikan peran utama dalam setiap lakon kehidupan. Kita selalu berharap, kitalah yang menjadi bintang drama kehidupan. Kita ingin tersohor, kita juga ingin terlihat mentereng. Tapi, kita juga sering terlupa, bahwa dalam setiap lakon drama, selalu ada pemain dan penonton. Dan sayangnya, kita tak pernah mau untuk menjadi penonton. Kita menolak untuk diatur, kita membantah untuk diarahkan.

Teman, saya percaya, bahwa sama seperti si Kecil tadi, kitapun tak harus bersedih jika mendapatkan peran yang tak mentereng. Saya percaya, bisa jadi Sang Maha Sutradara memberikan kita peran menjadi penonton pada drama hidup yang satu, tetapi memberikan peran utama pada drama yang lainnya. Saya percaya, Sang Maha Sutradara sangat paham dengan kemampuan “akting” dan “pentas” yang kita miliki. Saya percaya, Sang Maha Sutradara itu akan Maha Mengerti, kemana arah cerita kehidupan yang kita jalani.

Ditulis oleh Greeny_HaQ

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif