Islam Nafasku

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
2 min readJul 3, 2020

Sejak lahir, Allah telah memilih Islam sebagai pelukanku. Begitu hangat dan sukacita rasanya saat pertama kali adzan menggaung di telingaku. Ribuan syukur terucap dari mulut orang-orang yang baru melihatku. Ini semua karena Islam membuat lebih bahagia bagi manusia yang selalu bersyukur.

Tujuh hari berikutnya, sukacita itu bertambah lagi tatkala orang tuaku menyembelih seekor kambing untuk aqiqahku karena aku seorang perempuan. Saat bayi, aku tidak tahu apa-apa. Namun, kini aku mengerti bahwa bukan hanya keluarga terdekatku yang merasa bahagia dengan kelahiranku, melainkan orang yang lebih banyak. Hal ini telah Allah atur dengan syariat pembagian daging aqiqah. Bahkan, dengan kelahiranku aku bisa membahagiakan kaum duafa. Sungguh, beruntungnya aku menjadi bagian dari Islam.

Saat ini aku sudah beranjak dewasa. Banyak sekali kenikmatan yang sudah aku rasakan selama hidup menjadi muslim. Salah satunya saat aku menjadi pelajar tingkat tinggi. Berkat Islam, aku selalu mendapatkan kebahagiaan yang tak terduga. Misalnya, saat aku berhasil masuk ke salah satu PTN favorit di Bandung. Padahal, bila kemampuanku diukur maka tidak akan masuk ke dalam standar PTN tersebut. Allah telah menyiapkan kado terbaik untukku dengan menempatkan aku bersama orang-orang hebat juga orang-orang yang dekat dengan-Nya. Lalu, babak baru kehidupanku dimulai setelah ini. Banyak hal baru yang mengejutkanku dan semuanya menguji keimananku. Sistem akademik di PTN-ku termasuk yang paling berat, sedangkan aku masih jauh tertinggal. Pada masa awal perkuliahan, aku masih tergopoh-gopoh dan kebingungan. Aku juga tidak bisa pulang ke rumah setiap hari untuk sekedar menenangkan fikiran, karena aku harus tinggal di asrama. Pernah, suatu saat aku berada di titik terendahku dan aku tak bisa berfikir apa-apa lagi selain kembali ke Allah.

Kemudian, aku pergi ke masjid dekat kampus ku, untuk menenangkan fikiran. Dari sinilah aku benar-benar tersadar bahwa semua hal di dunia baik itu keluarga, jabatan, harta atau pendidikan sekalipun, semuanya ujian belaka dan seringnya mengecewakan bila terus menerus difikirkan. Hanya ada satu hal yang aku miliki dan tidak pernah membuatku kecewa seumur hidupku yaitu Islam. Semakin aku mengenal Islam, semakin aku dekat dengan Allah dan semakin aku menjadi tenang. Sesulit apapun keadaanku, aku selalu tenang tatkala aku hanya mengingat Allah dan Islam.

Ketika aku tak mampu mengutarakan apa yang menyulitkan ku, aku hanya bisa menangis di hadapan Allah. Semakin lama, semakin menangis dan selanjutnya aku tenang seketika meskipun permasalahanku belum usai. Lalu, sesuai asma-Nya “Al Qayyum” Yang Maha Terus Menerus Mengurus, Allah selesaikan masalahku bahkan saat aku tertidur. Aku tidak tahu nantinya jika aku tanpa Islam, jika aku tanpa Allah.

Semua hal yang sudah kualami mengajarkanku bahwa Islam adalah kenikmatan paling besar yang kumiliki dan Allah Maha Besar atas segala kuasa-Nya. Keimananku sebagai muslim harus aku jaga agar tidak tercampuri dengan segala bentuk penyakit, salah satunya syirik. Aku tidak mau menduakan Allah dengan apapun atau mengabaikan Islam untuk yang lain. Hal ini karena Islam adalah nafasku, bila keyakinanku goyah atau patah, maka nafasku juga akan terhenti.

Ditulis oleh Fadhiliziu

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif