Khazanah Fadhilah Nurrahmah
Gamais ITB
Published in
4 min readSep 27, 2020

--

Kabarku ‘Alhamdulillah, masih sibuk berfaedah!’

Itu jawaban template-ku, jika teman-teman kuliah menanyakan kabar. Terdengar berat ya? Definisi ‘sibuk berfaedah’-nya itu sebetulnya, baru-baru ini ku-searching di KBBI Online, ternyata artinya semakna dengan ‘berguna’ dan ‘bermanfaat’. Wah, yakin sekali ya aku bisa merasa seluruh kesibukan yang kukerjakan bermanfaat. Nah tapi jadi muncul pertanyaan baru, bermanfaat ke siapa?

Dalam salah satu hadits, diriwayatkan bahwa “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no:3289).

Hmm, apakah definisi berfaedahnya kesibukanku sudah memenuhi syarat bermanfaat sesuai kriteria Allah dan Rasul-Nya?

Mari kita brainstorm bersama. Sebagai seorang muslim yang bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, berarti sebagai hamba Allah dan pengikut Rasulullah kita harus melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan dalam syari’at Islam. Maka bisa disimpulkan, apa yang kita kerjakan di dunia haruslah seiring perintah-Nya sekaligus tidak melanggar larangan-Nya agar bisa disebut ‘berfaedah’.

Apakah kalian tahu dandan depan kaca, main HP, bahkan ngemil bisa jadi ibadah yang berpahala? Cukup dengan membaca basmalah ‘Bismillahirrahmanirrahim’ dan niatkan semua itu karena Allah, maka klaim pahala pun kita dapat 10 poin per kegiatan (jika terlaksana)! Eh tunggu, gimana caranya semua itu bisa diniatkan ibadah?

Begini caranya. Dandan, ubah tujuannya dalam hati kita demi membuat Allah senang karena Allah menyukai keindahan (pengecualian untuk perempuan tidak berlebihan tentunya). Selain itu juga untuk merawat tubuh kita yang merupakan nikmat titipan Allah, barang titipan sudah pasti harus kita kembalikan sempurna seperti sedia kala kepada pemiliknya. Contoh kedua, main HP, spesifiknya instagram misal, tujuannya bukan untuk lihat-lihat foto-foto yang belum sah (uhuk) tapi untuk baca feeds motivasi, kajian one minute booster, atau buat instastory reminder dzikir-istighfar untuk para follower.

Wow, bisa berpahala semua kan jadinya? Memang segala aspek kehidupan kita semuanya bisa terhubung, bermuara kembali ke sumbernya, Dia yang telah memberi kita kehidupan, Allah subhanahu wa ta’ala. Ingat! Niat ini tapi di tengah jalan selalu diuji ke arah yang menyimpang, karena itu seringkali kita mendengar nasihat untuk ‘luruskan niat’.

Namun, bukan berarti kita bisa memborong semua kegiatan yang berfaedah, sehari hanya tersedia 24 jam dan kita hanya manusia biasa, Kawan. Sebagai mahasiswa misalnya, wadah untuk berbuat baik bisa melalui lembaga dakwah kampus seperti GAMAIS ITB ini, himpunan mahasiswa, BEM, komunitas, UKM, dan lain sebagainya. Jujur, aku sendiri pun aktif di kira-kira tiga wadah yang kusebutkan ini, hingga aku merasa diriku ini super sibuk.

Baik pelan-pelan kita telaah. Setelah memastikan langkah pertama soal definisi kesibukan sudah berhasil kita lalui, mari kita bahas soal manajemen waktunya. Disclaimer, aku bukan seseorang yang benar-benar ahli memanajemen waktu, mengatur skala prioritas. Bahkan dalam proses penyelesaian satu kesibukan pun aku mudah sekali tidak fokus, oleh HP, komik, bahkan tab browser di sebelah.

Jadi jika kamu merasa belum mampu manajemen prioritas yang baik, aku juga, kita senasib… Namun dari beberapa hal yang kupelajari dari orang-orang sukses, aku tahu kalau mereka juga membagi waktu 24 jamnya dengan basis syari’at Islam: yaitu berdasarkan waktu shalat fardhu lima waktu. Memang benar, Kawan. Kita tidak bisa nonstop kerja seharian, pasti butuh istirahat, dan ternyata bentuk istirahat kita sebagai seorang muslim adalah shalat. Bayangkan, setelah berjam-jam duduk kuliah daring di depan laptop, dengan gerakan shalat beberapa raka’at, tubuh kita menjadi rileks kembali, peredaran darah lancar hingga ke pembuluh di otak saat sujud, setelahnya pun kita bisa lebih segar untuk belajar kembali. Jadi, jika telah tiba waktunya, mari dahulukan shalat di tengah segala kesibukan.

Kemudian, terkait dengan skala prioritas. Secara teori yang kupelajari di dalam ilmu fiqih, kita harus dahulukan kegiatan yang paling banyak mendatangkan maslahat atau manfaat untuk lebih banyak orang, tetapi kita juga harus memiliki cara pandang yang lebih visioner. Misalkan kita harus memilih antara tugas himpunan atau tugas kuliah individu, secara manfaat tentu lebih banyak tugas himpunan karena hasilnya untuk puluhan atau ratusan anggotanya. Tunggu dulu, untuk tugas kuliah, bayangkan jika kita bisa menguasai mata kuliah itu dengan baik, di masa depan kita bisa mengimplementasikan ilmu tersebut untuk memudahkan kehidupan masyarakat Indonesia. Nah loh jadi yang mana, pertimbangkanlah batas waktunya pula, jika ternyata tugas kuliah masih bisa dikumpul besok malam, maka hari ini kita harus fokus selesaikan tugas himpunan.

Semudah itu kah? Tentu tidak, Ferguso. Praktik di lapangan memang lebih berat dan dinamis. Karena itulah setiap saat kita tidak boleh merasa sombong, mampu meng-handle semuanya. Di sinilah saatnya kita selalu meminta pertolongan dari-Nya, sebab banyak faktor yang berada di luar kendali seorang manusia biasa. Rasulullah pun mengajarkan kita do’a berikut untuk dibaca di waktu pagi dan petang agar Allah selalu memperbaiki urusan kita

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

“Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang berdiri sendiri (tidak butuh segala sesuatu) dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku meski sekejap mata sekali pun (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” {HR. An-Nasa-i 575, al-Bazzar 3107 dan al-Hakim 1/545 dab Ibnus Sunni 48, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib I/417 no. 661, hasan}

Akhirnya, segala kesibukan berfaedah kita pun bisa berjalan baik, tapi untuk harganya kita pasti lelah, berkorban banyak waktu dan tenaga. Namun ingatlah Kawan, karena lillah (untuk Allah), pahala untukmu terjamin di sisinya dan segala kebaikan pasti akan berbuah kebaikan pula. Insyaa Allah, tidak akan ada penyesalan setelahnya, jika segala kesibukanku dan engkau hanya untuk-Nya.

Selamat sibuk berfaedah!

Referensi:

https://muslimah.or.id/6435-pribadi-yang-bermanfaat.html

Dzikir Pagi-Petang, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas خفظه الله

--

--