(Kebetulan) Lagi Libur

Nasrul Ikhwan
Gamais ITB
Published in
4 min readDec 21, 2023

Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan.

Photo by Timo Volz on Unsplash

Anda-anda semua pasti sering dengar kalimat itu kan? Tapi kita masih sering mendengar atau bahkan mengucapkan kata “kebetulan.”

“Kebetulan aku lagi lewat sini, jadi mampir dulu ke tempatmu.”

“Kebetulan tadi pagi tidak ketiduran.”

“Kebetulan UAS kemarin bisa menjawab soal-soalnya.”

“Kebetulan, saya sedang diamanahi menjabat sebagai bla bla bla”

Dan berbagai kalimat mengandung “kebetulan” lain yang sering terdengar di lingkungan kita.

Misal nih, buat para imba-imba yang ngakunya tidak belajar di malam sebelum ujian, tapi dengan santainya ngelibas abis soal ujian, itu terjadi bukan secara kebetulan. Bisa jadi karena memang sudah paham dari jauh-jauh hari karena memperhatikan di kelas ataupun karena sudah belajar dari lama. Bisa jadi juga karena teman kita yang imba ini mendapatkan ilmu laduni, dikasih langsung sama Allah, tidak perlu susah-susah belajar.

Photo by Anita Jankovic on Unsplash

Kamu pernah kesal tidak mendengar kata-kata ini ketia lagi ada sambutan-sambutan di suatu acara?

“Kebetulan saya sebagai kepala bla bla ingin”

Photo by Miguel Henriques on Unsplash

Ingin apa?

Tolong, Anda jadi kepala atau apapun jabatannya itu, bukanlah sebuah kebetulan. Terdapat proses-proses yang telah dilalui dan berbagai macam pertimbangan lainnya. Semoga aja para wakil rakyat kita yang terpilih di 2024 nanti ketika memberikan sambutannya, tidak seperti itu, aamiin. Kan lucu ya, sudah mengeluarkan berjuta-juta atau bahkan bermiliar-miliar uang untuk kampanye, tapi ketika sudah terpilih, bilangnya, “Kebetulan saya terpilih menjadi ….”

Setiap gagasan, fenomena, atau pencapaian yang kita dapat tidaklah datang secara tiba-tiba. Semua telah diaturNya dan merupakan balasan yang kita terima terhadap apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Menurut Dr. Fahruddin Faiz, kata “kebetulan” ini muncul salah satu penyebabnya adalah karena tidak terkoneksinya dengan Sang Pencipta.

فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ

وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ

Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. (QS Az-Zalzalah [99]:7–8)

Allah telah berfirman di ayat tersebut bahwa manusia pastilah mendapatkan balasan dari setiap perbuatan yang telah dilakukannya, baik itu kebaikan maupun kejahatan, sekecil apapun. Betapa adilnya Tuhan kita.

“Allah telah menulis takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR Muslim No. 2653)

Adapun hal-hal yang biasa kita dapatkan atau lakukan secara otomatis yang biasa orang sebut sebagai kebetulan, itu terjadi karena intuisi dari diri kita. Intuisi ini merupakan pengetahuan tentang suatu hal yang tidak perlu dirancang dan memang hadir secara tiba-tiba. Intuisi dalam hal agama disebut sebagai ilham dan wahyu. Ilham dan wahyu ini sumbernya dari Allah langsung.

Photo by Jaredd Craig on Unsplash

Apa yang kita baca, pahami, dan alami adalah hal-hal yang membangun intuisi. Luasnya wawasan, memberikan peluang dan kesempatan untuk mendapatkan gagasan. Anda-anda yang memiliki pengetahuan tentang tiga hal tersebut pasti sering mengalami momen intuitif. Tiba-tiba bisa ngerjain soal. Tiba-tiba paham suatu masalah. Tiba-tiba dapat pencapaian kaya gini.

Alah telah memberikan berbagai fasilitas untuk hidup di dunia ini. Semua itu tidak lain untuk keberlangsungan hidup manusia.

Menganggap bahwa suatu kejadian merupakan sebuah kebetulan memang memang tidak bisa dibenarkan. Jangan-jangan itu juga menjadi tanda menjauhnya diri ini dari Allah. Nauzubillah

La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim
Tidak ada daya dan upaya melainkan kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung

Setelah melewati situasi-situasi yang sebelumnya kita anggap mustahil untuk dilakukan, jangan terlalu sombong dan lupa diri. Terbesit sedikit saja di dalam hati bahwa kitalah yang berhasil menyelesaikan masalah tersebut, bisa membuat celaka.

Alih-alih merasa bahwa intuisi meningkat, justru menggerus keimanan karena mengimani qada dan qadar Allah merupakan salah satu rukun iman. Satu poin lagi, itu bukan sebuah kebetulan juga kamu bisa melewati situasi sulit tersebut.

إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS Al-Qamar[54]:49)

Semua yang ada pada kehidupan ini telah ditakdirkan dan ditulis di Lauhul Mahfudz sejak dahulu. Maka tidak pantaslah manusia menganggap suatu peristiwa sebagai sebuah kejadian yang kebetulan. Daripada mengucapkan “kebetulan” lebih baik dihindari atau ganti menjadi kalimat lain seperti qadarulloh dsb.

Referensi
- Say Inspiratif, Dialog Positif+Dr. Fahruddin Faiz
- Deeper into Dhikr: A Companion Guidance Dr. Omar Suleiman
- https://tafsirweb.com/10287-surat-al-qamar-ayat-49.html
- https://rumaysho.com/10201-bolehkah-mengatakan-ini-hanyalah-kebetulan.html

--

--