Menjadi Mahasiswa Biasa

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
3 min readAug 9, 2023

Oleh Ariefah Shidqiya Rahmah (Teknik Fisika ITB)

Menjadi mahasiswa adalah impian bagi banyak orang. Ketika kita berada di jenjang SMA, kita banyak dihadapi oleh kebingungan dan ketakutan ketika memilih jurusan, atau bahkan sekadar memikirkan akankah aku melanjutkan kuliah atau tidak? Kita bahkan banyak memikirkan menjadi mahasiswa adalah suatu hal yang menyenangkan, karena karakteristik jiwa pemuda sangat melekat pada identitas seorang mahasiswa: kebebasan, intelektual, pergaulan, perubahan, pengabdian, karir, kehidupan, dan semacamnya.

Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, sekitar 7,8 juta manusia Indonesia berperan sebagai mahasiswa di awal tahun 2023. Dan kita menjadi satu dari jutaan manusia itu. Lalu kita sedikit demi sedikit melangkah menuju realita kehidupan, sambil tersenyum dan meraba-raba, oh, apakah ini jalan yang benar?

Hari-hari kuliah dimulai. Kita senang bertemu dengan kehidupan baru, merantau ke kota baru, bertemu dengan teman baru, sistem pendidikan baru, dan kebebasan baru. Dengan kondisi yang serba baru, kita dituntut untuk beradaptasi supaya bisa mengikuti arus yang ada. Lagi-lagi, inilah kita, satu titik kecil di antara jutaan titik lainnya, mengalir dalam sungai kehidupan mahasiswa menuju lautan kehidupan yang — katanya — lebih menyenangkan dan menantang.

Tapi di tengah aliran ini, kadang-kadang kita tenggelam karena melihat diri tak dapat mengikuti pace yang cepat. Melihat kanan kiri berambisi sementara kita kelelahan mencari jati diri.

Apa gak apa-apa menjadi mahasiswa biasa?

Photo by Agung Pratamah on Unsplash

Walaupun ada yang namanya mahasiswa berprestasi, tapi itu bukan satu-satunya ukuran mahasiswa sukses — lawan dari mahasiswa biasa. Pada dasarnya, mahasiswa itu adalah seorang pembelajar, murid. Murid berasal dari bahasa Arab, dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang mahasiswa adalah orang yang menginginkan dan menghendaki ilmu, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya.

Perasaan “ingin” ini menandakan bahwa mahasiswa adalah seorang yang haus akan ilmu/petunjuk. Hal ini membuat setiap pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa itu harus terus bersifat aktif, bukan pasif. Kita gak bisa jadi pasif, menuntut lingkungan atau wadah pendidikan untuk membentuk kita, menentukan masa depan kita, tapi kita yang seharusnya aktif membentuk dan menentukan masa depan kita sendiri.

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”

Kalau kita memaknai salat kita, seharusnya kita menyadari bahwasannya menjadi seorang mahasiswa itu adalah sebuah bentuk usaha dalam merealisasikan doa yang setiap hari kita panjatkan. Namun, seringkali kita lupa bahwa yang kita inginkan sebenarnya adalah petunjuk dan jalan yang lurus. Makanya, ketika banyak orang yang mendapatkan pencapaiannya masing-masing, kita merasa minder sama pencapaian kita sendiri, padahal kita salah pake alat ukur.

“(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, ‘Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.’”
Qs. Al-Kahfi:10

Menjadi mahasiswa ternyata adalah suatu peran yang mulia, ia adalah usaha-usaha dalam mendapat rahmat dan petunjuk yang lurus di segala urusan kehidupan.

Jadi, di berbagai kegiatan kampus, baik itu yang sifatnya kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler, seharusnya kita sikapi dengan jiwa seorang pembelajar yang haus akan rahmat dan petunjuk. Bukan hanya sekadar mengharumkan nama diri sendiri dengan berbagai pencapaian prestasi, pujian, dan jabatan. Hal itu membuat jalan kita akan terus merendah, tidak berjalan dengan pakaian dan atau identitas yang membuat kita lupa akan eksistensi Yang Maha Tinggi.

Tapi kita jangan naif.

Jadi mahasiswa itu gak boleh biasa-biasa aja. Di pundak jutaan mahasiswa yang terpilih, ada masa depan peradaban yang akan dibangun. Arah pembangunan peradaban akan dipilih oleh telunjuk para pemuda khususnya mahasiswa. Maka, ketika kita memilih menjadi biasa aja, sadar atau tidak, kita sedang memilih peradaban yang hendak kita bangun, mulai dari masa depan diri, keluarga, lingkungan masyarakat, negara, sampai peradaban dunia.

Referensi :
http://kumpulanreferansi.blogspot.com/2017/11/guru-dan-murid-dalam-konsepsi-islam.html

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif