Salman Al Farisi, Inspirasi Umat Menjemput Hidayah

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
3 min readSep 5, 2016

Sahabat, sungguh merupakan hal yang sangat patut disyukuri karena kita sekarang memeluk agama Islam. Semoga Allah menjaga ketetapan hati kita sampai maut memisahkan roh dari jasad kita. Dan adalah rizki yang luar biasa besar ketika kita dilahirkan di keluarga dan lingkungan muslim, yang karenanya kita memeluk Islam dari kecil, dengan mudah tanpa rintangan. Karena ada saudara-saudara kita yang perjalanan mendapatkan hidayah untuk menuju Islam dengan lika-liku yang berat.

Ada satu kisah yang menginspirasi kita semua dalam pencarian hidayah ini. Kisah yang akan terkenang sepanjang masa sebab kedahsyatannya. Adalah Salman Al Farisi radhiallahu’anhu, seseorang berkebangsaan Persia yang memeluk Islam setelah perjalanan yang sangat panjang.

Salman Al Farisi dilahirkan di keluarga Majusi yang taat. Demi menjaga agar Salman tidak terpengaruh ajaran agama lainnya, Salman tidak pernah boleh keluar dari lingkungan rumahnya. Salman diminta menjaga api yang diakui sebagai Tuhannya kala itu, agar api tidak padam. Sementara ayahnya adalah kepala distrik yang sangat sibuk.

Sekian lama tidak pernah keluar rumah, suatu hari ayah Salman memintanya untuk memeriksa ladang karena ia ada kesibukan lain. Dari sinilah hidayah mulai menyapa Salman. Ia berjalan-jalan di sekitar ladang. Tanpa sengaja, ia menemukan sekumpulan orang yang sedang beribadah di geraja mereka. Mereka adalah kaum nashara yang sedang mengerjakan shalat. Salman kagum dengan ibadah mereka. Salman akhirnya mendapat informasi bahwa agama tersebut dari Syam.

Setibanya di rumah, ia menanyakannya kepada ayahnya, dan mengatakan bahwa agama tersebut lebih baik daripada agamanya. Ayahnya marah, namun Salman tetap teguh pada keyakinannya. Akhirnya, Salman diikat di rumahnya. Tetapi ia sempat menitipkan pesan kepada seseorang agar memberi tahunya kalau ada orang Syam yang mengunjungi daerahnya.

Singkat kata, Salman berhasil melarikan diri ke Syam dan menjumpai Uskup (pemuka agama). Perjalanannya penuh lika-liku di sini. Ia mendapati Uskup tersebut orang yang curang. Kemudian ia membongkar kecurangannya. Ia kemudian mencari hidayah sampai ke Moshul di Baghdad, Nashibin, hingga akhirnya ke Romawi. Perjalanannya penuh lika-liku, dari satu pendeta ke pendeta lain, yang akhirnya mereka semua meninggal dunia. Hingga pendeta yang terakhir berkata,

”Wahai anakku. Aku tidak mengetahui ada orang yang masih berada di atas ajaran kami yang aku memerintahkan kepadamu untuk menjumpainya. Akan tetapi, telah datang kepadamu masa nabi (yang baru). Ia diutus di atas agama Ibrahim, bangkit di tanah Arab,”

Pendeta tersebut menceritakan ciri-ciri Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam.

“Pada dirinya terdapat tanda-tanda yang tidak tersembunyi; mau makan hasil hadiah, tidak makan sedekah. Di antara dua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika engkau bisa pergi ke negeri itu, lakukanlah!”

Salman akhirnya bertolak ke jazirah Arab dengan rombongan yang kebetulan datang ke Romawi. Akan tetapi, Salman dianiaya. Hingga dia kemudian dibuang dari rombongan dan dijual ke seorang Yahudi Arab. Namun alangkah mengejutkannya, bahwa Salman ternyata dibuang di Arab!

Orang Yahudi tersebut selanjutnya menjual Salman kepada keponakannya, yang ternyata ia berasal dari Madinah, tempat Nabi berada.

Akhirnya Salman ke sana ke mari menanyakan informasi tentang Rasulullah, hingga suatu hari, datanglah berita tentangnya.

Salman kemudian ingin membuktikan apakah Nabi Muhammad benar-benar Nabi seperti yang diceritakan pendetanya di Romawi. Ia mengumpulkan kurma kemudian menyedekahkannya kepada Nabi. Dan ternyata betul bahwa Nabi tak memakannya, beliau memberikannya kepada orang-orang di sekitarnya. Salman kemudian mengumpulkan lagi kurma-kurma dan memberikan kepada Nabi sebagai bentuk hadiah. Ternyata Nabi memakannya. Kedua tanda ini mudah diuji coba. Kini, tinggal tanda ketiga. Salman berpikir keras bagaimana menguji tanda kenabian yang ada di antara kedua pundak Nabi. Hingga suatu saat, kebetulan ada sahabat yang wafat dan Nabi melayatnya.

Maka, Salman datang dan melontarkan salam kepada beliau. Setelah itu, ia berputar ke belakang untuk melihat punggung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, untuk memastikan tanda kenabian yang disebutkan oleh pendeta. Ketika Rasulullah menyadari keingintahuan Salman, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melepaskan kain atasnya dari punggung, dan Salman menyaksikan tanda kenabian tersebut, sebagaimana ia mengenalnya dari cerita yang pernah ia dengar.

Salman akhirnya menangis di depan Nabi dan memeluk Islam hingga menjadi salah satu sahabat yang paling Rasulullah banggakan. Maasyaa Allah…

Salman tidak pernah berputus asa mencari hidayah Allah, meski harus menerima ujian yang sungguh berat dan perjalanan yang sangat panjang. Semoga Allah menjaga hidayah atas diri kita.

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif