Semesta 25: Surga atau Neraka?

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
4 min readAug 28, 2023

oleh Ken Hanifah (FKK 2021)

(Sumber: cosmosmagazine)

55 tahun yang lalu, tahun 1968, seorang ilmuwan National Institute of Mental Health (NIMH) bernama John Calhoun memutuskan untuk membuat sebuah proyek penelitian yang kemudian dinominasikan sebagai salah satu proyek terhoror dalam sejarah ilmu pengetahuan. Calhoun mengawali proyeknya dengan memasukkan empat pasang tikus ke dalam suatu ruang mikrokosmos yang dapat dikatakan merupakan utopia para tikus. Mikrokosmos tersebut didesain sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan para tikus, seperti sumber makanan dan minuman yang tidak ada habisnya hingga ruangan yang dibersihkan secara berkala. Satu-satunya sumber daya yang terbatas dalam mikrokosmos tersebut adalah ruang fisik untuk pergerakan. Sehingga, walaupun pertumbuhan terus meningkat, besar ruang yang disediakan tidak diubah sejak awal eksperimen.

(Sumber: sproutsschools)

Hari-hari bahagia dijalani oleh keempat tikus tersebut, tepat pada hari ke-104, bayi tikus pertama dilahirkan, sekaligus menandai peningkatan kecepatan pertumbuhan, sebagaimana makhluk-makhluk pada umumnya saat menemukan tempat paling cocok untuk hidup. Setahun berlalu, angka pertumbuhan yang awalnya meningkat secara konstan seketika melambat, hingga tepat pada hari ke-920, bayi tikus terakhir dilahirkan. Eksperimen tersebut berakhir setelah melewati fase “kematian” selama 560 hari dan dengan punahnya seluruh koloni setelah bertahan selama 4 tahun 10 bulan.

Universe 25 secara garis besar, mirip dengan eksperimen yang melibatkan bakteri untuk mengetahui kurva pertumbuhannya. Namun, terdapat satu variabel yang dapat diamati dari Universe 25 dan tidak dapat diamati pada eksperimen bakteri, perilaku sosial yang terjadi pada setiap fase pertumbuhan. Pada saat kecepatan pertumbuhan melambat, hierarki sosial mulai terbentuk di kalangan para tikus, kasta-kasta mulai terbentuk, beberapa tikus muda bahkan membuang tikus tua dalam “keluarga” demi menjaga “status sosial”. Puncak kekacauan mulai terlihat lebih jelas ketika bayi tikus terakhir dilahirkan, menandai angka pertumbuhan yang selamanya berhenti bertambah. Perilaku yang tidak ditemukan pada tikus normal mulai bermunculan, seperti meningkatnya keganasan, munculnya kanibalisme walaupun sumber makanan melimpah, penyimpangan perilaku seksual seperti homoseksual, hingga mengabaikan bahkan menyerang anak-anak mereka sendiri.

Salah satu kelompok jantan yang Calhoun sebut sebagai “the beautiful ones” hanya peduli pada tidur, makan, dan penampilan diri mereka sendiri. Kelompok tikus jantan ini tidak memiliki keinginan untuk berinteraksi dengan tikus lain dan terus mengurung diri dalam “apartemen” di Universe 25. Sementara beberapa kelompok betina lain menjadi agresif dan menolak untuk kawin. Anak-anak yang terlahir pada generasi tersebut tidak dapat membentuk ikatan sosial yang normal bahkan ketika dikeluarkan dari Universe 25 dan diperkenalkan dengan tikus normal di luar mikrokosmos tersebut. Perubahan perilaku tersebut kemudian dinamai oleh Calhoun sebagai “behavioral sink.”

Calhoun menyampaikan kesimpulannya melalui wawancara dengan NIMH, “the real fear is on a level where the mice and man are extremely similar,” imbuhnya. Calhoun menganggap bahwa suatu daerah yang mengalami overpopulasi dapat menghasilkan kerusakan moral lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Meskipun begitu, ilmuwan sekarang memiliki pendapat-pendapat yang pro dan kontra mengenai anggapan tersebut, mengingat tikus membuat keputusan berdasarkan insting dan manusia telah dikaruniai akal oleh Allah Swt. Akal inilah yang membuat manusia dapat membedakan antara yang haq (benar) dan yang bathil (salah).

Syariat islam sendiri telah memperingatkan para muslim untuk terus melakukan tabayyun, check and recheck, tidak hanya memandang suatu masalah dari satu sisi. Sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Hujurat ayat 6,

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوْا …

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…”

Dalam sudut pandang islam sendiri, beberapa behavioral sink yang ditemukan Calhoun menunjukkan betapa dekatnya kita pada akhir dari dunia. Seperti semakin maraknya homoseksual yang dengan bangga terus diusung oleh kelompok LGBT.

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أٌمَّتِيْ عَمَلُ قَوْمِ لُوْطٍ

“Sesungguhnya perbuatan yang paling kutakuti akan menimpa umatku adalah perbuatan yang dilakukan oleh kaum Luth. (HR. Ibnu Majah no. 2563. Hadits ini hasan sebagaimana kata Syaikh Al Albani)

Karena itulah, islam mensyariatkan para pemeluknya untuk terus berpegang teguh kepada agamanya, serta terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Karena sebagaimana halnya fisik, ruh manusiapun juga perlu diberi makan, dalam bahasa lain berarti asupan spiritual. Imam Al-Ghazali menyebutkan dalam bukunya Ihya Ulumud Din, bahwa hati yang tidak mendapatkan hikmah dan ilmu akan mati sebagaimana manusia yang tidak diberi makan, minum, dan obat.

Lantas, apakah behavioral sink yang disimpulkan Calhoun benar-benar terjadi kepada manusia? Para pembaca dapat melihat realitanya langsung baik di dunia maya maupun dunia nyata.

John Calhoun dalam UNIVERSE 25, Photo by Yoichi R. Okamoto in scientist.com

Sumber referensi:

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif