The Underrated Tabi’ in, Wingless Dweller of the Sky

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
4 min readJul 13, 2023

--

Oleh Sulthon Furqandhani Araska (Astronomy 2021)

Beberapa hari lalu, saudara-saudara muslim kita baru saja melaksanakan ibadah haji di tanah suci Kota Mekkah. Penulis jadi teringat kisah seorang tabiin yang hidup di masa Nabi Muhammad saw. dan perjuangannya menunaikan ibadah haji, tidak hanya dirinya namun bersama seseorang yang sangat ia cintai. Padahal ia tidak pernah bertemu langsung dengan Rasulullah saw. selama hidupnya, namun Rasulullah saw. mengenal dan memujinya sebagai “penghuni langit” di hadapan para sahabat karena begitu mulia akhlaknya.

Siapakah dia? Apa yang membuat dirinya begitu spesial?

Mari kita simak kisahnya…

~ ~

Dahulu kala, seorang pemuda tinggal di Negeri Yaman. Ia adalah seorang pemuda yatim yang hidup hanya bersama ibunya dalam kehidupan yang sangat sederhana. Keduanya adalah muslim yang taat meski mereka belum pernah bertemu dengan Nabi Muhammad saw. Ia bernama Uwais Al Qarni. Kala itu ia menderita penyakit sopak yang membuat kulitnya belang. Kondisi fisik dan sosialnya yang seperti itu tentu tak heran jika eksistensinya tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat. Orang-orang sekitar hanya mengenalnya sebagai seorang fakir dan pekerjaannya hanyalah menggembala hewan ternak.

Tapi tidak di mata Allah dan para malaikat-Nya…

Sejujurnya, Uwais ingin sekali bertemu dengan Rasulullah saw., namun baginya keadaan ibunya yang sudah tua renta jauh lebih prioritas daripada keinginannya tersebut. Hingga suatu hari, ibunya berkata kepada anaknya, “Anakku, mungkin Ibu tak akan lama lagi bersamamu. Ikhtiarkan agar ibu dapat mengerjakan haji.” Uwais adalah anak yang sangat berbakti kepada ibunya, ia ingin merealisasikan keinginan ibunya tersebut. Namun ia sadar, keterbatasan ekonominya tak memungkinkan baginya untuk membeli atau menyewa transportasi ke Tanah Haram. Meski demikian, kenyataan tersebut tak meruntuhkan keteguhan dedikasinya…

Jika kekuatan harta tak bisa kuandalkan, maka aku akan menggunakan fisikku!

Uwais kemudian membeli seekor anak lembu –yang harganya tentu lebih murah daripada lembu dewasa– bukan sekedar untuk digembalakan seperti hewan ternak lainnya, melainkan ia jadikan sebagai beban latihan fisiknya. Setiap hari, ia angkat anak lembu tersebut naik dan turun bukit. Tak peduli cemoohan orang sekitar yang menganggapnya gila. Hanya satu yang ada dalam pikirannya, “Aku harus bisa membawa Ibu berangkat haji!”

Hari demi hari, anak lembu tersebut bertambah besar, otot fisik Uwais juga semakin kuat. Delapan bulan berlalu, tibalah musim haji. Lembu tersebut sudah cukup besar untuk Uwais jual kembali. Uang hasil penjualan tersebut ia gunakan untuk membekali perjalanan haji mereka. Memang uang tersebut tetap tak cukup untuk menyewa apalagi membeli hewan transportasi untuk ibunya, tapi sekarang kita tahu alasan ia melatih fisiknya dengan mengangkat lembu setiap hari: ia akan menggendong ibunda tercintanya dari Yaman ke Mekkah, selama ibadah haji, hingga kembali ke Yaman. Masya Allah, sungguh luar biasa keteguhan jiwa dan fisik Uwais dalam dedikasinya kepada sang ibunda.

Berangkatlah keduanya ke Kota Suci Mekkah dan melaksanakan rangkaian ibadah haji. Ketika keduanya sedang tawaf mengelilingi Ka’bah, Uwais berdoa,

“Ya Allah, ampunilah semua dosa ibuku.”

Mendengar hal itu, ibunya berkata, “Bagaimana dengan dosamu, Anakku?”

Uwais menjawab, “Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah rida dari ibu yang akan membawaku ke surga.”

Kita bisa melihat ketulusan cinta Uwais kepada ibunya dalam jawabannya. Ia yakin bahwa Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga jika ibunya rida akan dirinya.

Cerita yang mengharukan. Cerita yang sangat menginspirasi. Cerita yang penuh hikmah bagi kaum muslim sekarang, khususnya kita yang masih Allah berikan kesempatan untuk bertemu dengan orang tua kita. Uwais Al Qarni memberikan teladan bagi kita tentang keutamaan berbakti kepada orang tua. Tak peduli jika dunia seakan-akan mengabaikan eksistensinya, yakinlah bahwa Allah swt. Maha Melihat perbuatan hamba-Nya. Semoga Allah swt. berkenan mempertemukan kita dan orang yang kita cintai –termasuk orang tua kita– dalam surga-Nya kelak, Aamiin ya rabbal ‘alamin…

~ ~

۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَـٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّۢ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًۭا كَرِيمًۭا ⟨٢٣⟩

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

QS. Al-Isra [17]: 23

Referensi:

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif