Tinggal di Indonesia Ngga Worth It!

Gamais ITB
Gamais ITB
Published in
5 min readJul 7, 2024

Peretasan Pusat Data Nasional (PDN) mengakibatkan beberapa layanan publik lumpuh, imigrasi kacau, dan peretas meminta imbalan hingga Rp131 miliar. Namun, alih-alih ditutup dengan aksi heroik, serangan siber ini justru ditutup dengan permintaan maaf dari Brain Cipher.

Pernyataan Brain Cipher

Setelah menyaksikan ini semua, pasti muncul pemikiran, “Ini pemerintah Indonesia kok kayak ngga ada yang bener. Emangnya ngga ada gitu orang yang kompeten di bidangnya? Bukannya Indonesia punya banyak orang yang kompeten, ya? Tapi, wajar aja sih. Politik Indonesia kan kotor.”

Akhirnya, kita pun menjadi pasrah dengan kondisi politik Indonesia. Bahkan, rasanya pengen pindah negara aja!

Namun, apakah memutuskan untuk acuh terhadap politik itu baik? Let’s dive into it~

Source

Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa politik itu kotor. Ya wajar saja, hal ini dapat terlihat dari pernyataan berikut.

Menurut laporan Tempo, “Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) memperkirakan uang yang beredar dalam praktek jual-beli jabatan di pemerintahan daerah mencapai Rp 35 triliun.” (Tempo, 2024).

Hal ini baru berupa praktek jual-beli jabatan, belum lagi biaya kampanye yang perlu dianggarkan.

Makanya, wajar saja ketika mereka sudah menjabat, bukannya fokus untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat, malah fokus untuk mengganti ‘modal’ yang telah mereka keluarkan. Tentu saja, jumlahnya jauh melebihi penghasilan resmi dari negara.

Lalu, apa shortcut yang mereka lakukan untuk mengganti ‘modal’ tersebut? Yup, korupsi. Bahkan, Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat 791 kasus korupsi dengan tersangka yang mencapai 1.695 orang di Indonesia sepanjang tahun 2023.

Politik dan korupsi ini seolah-olah lingkaran setan yang ngga ada ujungnya. Pengen menang? Nyogok. Habis nyogok? Korupsi. Masa jabatan habis? Nyogok lagi. Perputaran uang negara pun berakhir di tempat yang tidak seharusnya. Rakyat pun yang menjadi korbannya.

Setelah menyadari kenyataan ini, makin nyatalah pemikiran :

“Kuliah di ITB udahlah susah, tugasnya numpuk, praktikumnya banyak, gaada waktu mikirin politik. Biarin ajalah mahasiswa hukum dan ilmu politik yang ngurusin. Aku mah fokus kuliah aja.”

Source

Politik seolah-olah merupakan suatu bidang yang hanya perlu dipelajari mahasiswa politik, hukum, dan ilmu pemerintahan. Padahal, politik itu milik kita semua yang berada dalam suatu negara.

Kendati Anda tidak mengambil minat dalam politik, bukan berarti politik tidak akan menaruh minat pada Anda. — Pericles

Politik dalam implementasinya mencakup semua aspek hidup kita dalam bersosial dan bernegara. Kebijakan tentang bisnis, pendidikan, agama, nilai-nilai budaya, dan lainnya diputuskan oleh kebijakan politik. Mereka yang memiliki kewenangan di politiklah yang menentukan semuanya.

Emangnya harga barang jadi pada mahal ngga dipengaruhi oleh siapa presidennya? Ya pengaruh lah! Lantas, yakin masih mau golput dan terus-terusan acuh?

Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri. — Bertolt Brecht

Padahal kenyataannya, kebertahanan status mahasiswa kita ini diperjuangkan oleh keputusan politik. Masih tetap ingin bersikap apatis dengan peristiwa yang terjadi di masyarakat? Andai tokoh-tokoh dari masa lalu tidak peduli dan tidak mau mengenal politik, apa mungkin negara Indonesia ini bisa berdiri?

So, acuh terhadap politik dan berlindung di balik kata sibuk kuliah dan tidak relate sama kehidupan kita adalah pemikiran yang totally wrong.

Kita sebagai mahasiswa yang berperan sebagai agent of change dan social control sudah sepantasnya membagi waktu dan tenaga untuk berpartisipasi aktif terhadap politik Indonesia sesuai kemampuan yang kita miliki.

Lalu, partisipasi seperti apa yang bisa kita lakukan dalam dunia politik?

Pertama, kita harus aware sama politik sekecil apapun itu, jangan di-skip! Setelah kita aware, kita pun dapat menyebarkannya agar orang-orang di sekitar kita pun juga aware.

Untuk menunjukkan awareness tentang politik ini, tidak melulu harus hal besar! Hal ini bisa dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga, sekadar menonton berita bersama. Dengan menonton berita, kita dan keluargapun jadi menyadari bagaimana kinerja pemerintah.

Ketika banyak keluarga yang aware dengan politik, maka terciptalah masyarakat yang aware terhadap politik.

Emangnya, apa dampaknya apabila banyak masyarakat aware dengan kondisi politik?

Dengan meningkatnya awareness masyarakat, maka meningkat pula partisipasi aktif dalam demokrasi. Masyarakat pun menjadi anti golput. Dengan begitu, pemimpin terbaiklah yang akan terpilih. Bukan pemimpin yang menang hanya dengan modal nyogok doang.

Masyarakat juga akan menjadi lebih kritis dalam menilai kebijakan pemerintahan. Dengan begitu, kebijakan yang dibuat akan lebih menyejahterakan rakyat.

Selain menyebarkan awareness, apa yang bisa kita lakukan?

Sebagai bagian dari 7,8 juta mahasiswa di Indonesia yang memiliki fokus di bidangnya masing-masing, berusahalah menjadi yang terbaik di bidang kita.

Namun, jangan sampai kita hanya berpikir mengenai cara yang dapat dilakukan untuk dapat profesional di bidang kita. Kuliah, kerja, dapat gaji besar, woah such a dream life.

Tapi, kita sampai lupa untuk memikirkan apa dampak yang bisa kita berikan kepada negara kita ini? Mau bagaimana pun juga, kita berkuliah di ITB, bukan hanya dibiayai oleh orang tua, tetapi juga oleh pajak rakyat Indonesia.

Jadilah terbaik di bidang kita masing-masing dan isilah posisi-posisi penting di bidang kita nantinya!

Mau bagaimana pun juga, Indonesia butuh banyak orang baik untuk membuat kebijakan yang menyejahterakan bagi rakyatnya.

Jika orang baik tidak terjun ke dunia politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya. — Recep Tayyip Erdogan

Sesuai juga dengan tujuan Allah menciptakan kita, kan? Yaitu menjadikan kita khalifah (pemimpin) di muka bumi ini.

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah ayat 30)

Oleh karena itu, mari menjadi khalifah yang aware terhadap politik sehingga menjadikannya motivasi untuk memberi dampak terbaik di bidang kita masing-masing!

Referensi:

--

--

Gamais ITB
Gamais ITB

Keluarga Mahasiswa Islam ITB | #TransformasiProgresif