Metode UX Research: Kualitatif VS Kuantitatif

Indah Yunita
GDSC Trunojoyo
Published in
5 min readDec 30, 2021

Pernahkah kalian merasakan bingung dan frustasi ketika menggunakan suatu produk atau aplikasi? Misalnya saja kesulitan dalam menemukan menu wishlist ketika menggunakan aplikasi e-commerce, tidak dapat melihat jumlah kuota kelas ketika menyusun KRS di siakad, atau kesulitan menuang sisa-sisa saos sambal yang menempel pada permukaan botol. Nah, untuk meminimalisasi tingkat kekecewaan user dalam menggunakan suatu produk, perlu dilakukan UX (User Experience) Research dengan tujuan memvalidasi design produk yang telah dibuat apakah sesuai dengan kebutuhan user ataukah tidak.

Dalam melakukan UX Research, umumnya terdapat 2 framework metode riset yang biasa digunakan yakni metode kualitatif dan metode kuantitatif. Lalu, manakah metode yang paling baik untuk melakukan UX research tersebut?

Eitss, sebelum menentukan metode mana yang paling baik, perlu digaris bawahi terlebih dahulu bahwa poin penting melakukan UX Research bukanlah mencari metode mana yang dianggap paling baik, akan tetapi memahami kapan metode tersebut dapat digunakan dengan tepat sesuai karakteristik riset yang akan dilakukan oleh UX Researcher.

Nah, untuk mengetahui hal tersebut, mari kupas satu per satu perbedaan riset kualitatif dan kuantitatif secara lebih mendalam, cekidott.

Apa itu Metode Kualitatif dan Kuantitatif dalam UX Research?

Metode kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan “Apa dan Mengapa”. Artinya, metode kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui apa yang dikatakan dan dilakukan oleh target user dan mengapa si user melakukan hal tersebut. Metode Kualitatif ini dilakukan untuk mengumpulkan data terkait atitudinal dan behavioral. Atitudinal artinya adalah apa yang dikatakan oleh user, sedangkan behavioral artinya adalah bagaimana user melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pengumpulan data survei riset kualitatif harus dilakukan melalui open ended question.

Berbeda dengan metode kualitatif, penggunaan metode kuantitatif lebih menekankan untuk menjawab pertanyaan “berapa”. Sehingga, hasil riset metode kuantitatif ini direpresentasikan dalam bentuk data-data statistik.

Jumlah Partisipan dalam Riset Kualitatif

Well, ternyata jumlah partisipan dalam melakukan riset kualitatif sangat berpengaruh terhadap hasil riset yang dilakukan. Bahkan, ada sebuah penelitian khusus mengenai jumlah partisipan yang tepat untuk riset kualitatif. Penelitian ini dilakukan oleh Jacob Nielsen dan Tom Landauer (1993) dan dikembangkan serta dipublikasikan kembali pada tahun 2000 dan 2021 dalam website nngroup.com. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa semakin besar jumlah partisipan dalam riset kualitatif maka semakin besar pula usability problem yang muncul sehingga akan menimbulkan bias. Namun ketika jumlah partisipan sangat kecil maka justru insight yang didapatkan juga tidak maksimal, zero user give zero insight.

Lalu berapakah jumlah partisipan yang ideal dalam melakukan riset kualitatif? Idealnya, riset secara kualitatif dilakukan mulai dari 5 partisipan karena riset kualitatif ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui behavior user, sehingga tidak perlu melakukan riset dengan jumlah partisipan yang besar. Namun, jumlah partisipan ini juga tidak strict harus 5, tergantung pada permasalahan usability yang akan diselesaikan. Jika memang permasalahan usability masih belum terselesaikan setelah beberapa kali iterasi, maka boleh untuk menambah jumlah partisipan.

Jumlah Partisipan dalam Riset Kuantitatif

Nah, jika partisipan dalam riset kualitatif disarankan tidak dalam jumlah besar, riset kuantitatif justru sebaliknya. Mengapa begitu? riset kuantitatif ini disajikan dalam bentuk data statistik, tentunya data statistik tersebut akan akurat jika populasi riset semakin besar. Oleh karena itu diperlukan jumlah partisipan yang lebih banyak dalam melakukan riset secara kuantitatif, range jumlah partisipan dalam riset kuantitatif adalah mulai 20 hingga lebih dari 40. Namun, berdasarkan pemaparan Ralisa Budiu dan Kate Moran (2021) yang dilansir dari situs nngroup.com , jumlah yang direkomendasikan untuk melakukan riset kuantitatif adalah 40 partisipan, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh margin error dibawah 15%.

Perbedaan Task dalam Riset Kualitatif dan Kuantitatif

Photo by Firmbee.com on Unsplash

Karakteristik dari riset secara kualitatif sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan karakteristik riset kuantitatif. Oleh karena itu, task-task yang cocok untuk metode kualitatif belum tentu cocok diimplementasikan dalam metode kuantitatif, begitupun sebaliknya.

Ketika memberikan task atau pertanyaan untuk riset secara kualitatif, berikanlah pertanyaan atau task yang sifatnya open ended question. Pancing partisipan untuk memberikan keterangan dan jawaban secara detail serta berikan task yang tidak terlalu spesifik untuk membuat partisipan menentukan keputusan dan kita dapat memperoleh insight tentang faktor apa yang membuat mereka mengambil keputusan tersebut.

Sebaliknya, untuk riset secara kuantitatif berikan pertanyaan dan task yang sifatnya closed ended. Pertanyaan yang diberikan sebaiknya bersifat spesifik dan tidak memerlukan jawaban yang panjang

Perhatikan dua contoh dibawah ini!

Contoh task:

  1. Pilih wedding organizer “HalfDeen” pada aplikasi (Closed ended)
  2. Pilih wedding organizer pada aplikasi sesuai dengan kebutuhan anda (Open ended)

Contoh pertanyaan:

  1. Ceritakan pengalaman anda dalam memilih wedding organizer ketika akan mengadakan acara pernikahan (Open ended)
  2. Apakah anda pernah menggunakan jasa wedding organizer? (Closed ended)

Contoh UX Research Secara Kuantitatif dan Kualitatif

Card Sorting. Photo by UX Indonesia on Unsplash

Contoh UX research secara kuantitatif adalah eye tracking, survei, A/B Testing, card sorting, dan tree testing.

Sedangkan UX Research secara kualitatif dapat dilakukan dengan cara in depth interview dan forum group discussion

Kapan Harus Menggunakan Metode Kualitatif dan Kualitatif?

Seorang UX Researcher dapat menggunakan metode kualitatif jika ingin memperoleh insight dari user. Biasanya riset secara kualitatif ini diperlukan ketika proses redesign produk atau ketika telah memiliki versi final dari design produk tersebut dan memerlukan tanggapan dari user terkait usability design produk yang telah dibuat. Tujuan utama dari riset secara kualitatif ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan terkait usability dan menemukan solusi dari permasalahan tersebut.

Sedangkan metode kuantitatif dapat dilakukan ketika UX Researcher menginginkan data statistik atau metrik dari riset yang dilakukan. Biasanya riset secara kuantitatif ini diperlukan pada saat awal pembuatan produk atau akhir dari pembuatan produk (benchmark, eye tracking, dll). Tujuan dari riset secara kuantitatif ini adalah untuk tracking usability sebuah produk dari waktu ke waktu, membandingkan produk yang telah dibuat dengan produk kompetitor, dan menghitung ROI (Return of Investment).

--

--

Indah Yunita
GDSC Trunojoyo

Learner | Content Writer | UI/UX and Data Enthusiast