Mendesain UX untuk hewan?
Pada bulan Mei lalu, Generation Girl mengadakan kelas electives x SIRCLO dengan tema UX Design, bersama Kak Ritchie Permadi selaku Head of Design SIRCLO. Pada kesempatan itu, ada peserta yang memberi satu pertanyaan menarik:
“Apakah UX bisa berlaku untuk hewan?”
Jawabannya tentu saja bisa! Kali ini kami akan bahas apa saja yang harus dipikirkan saat membangun UX aplikasi khusus untuk anjing. Semoga semakin bisa menambah wawasanmu dalam hal design, ya😊
Pertama, kita pahami dulu apa itu UX.
User Experience (UX) tidak sama dengan User Interface (UI). UX berhubungan erat dengan efek psikologis yang timbul dari sebuah design, sementara UI itu murni tentang tampilan design. Ada baiknya desainer di bidang tech untuk mengerti UI & UX.
Contoh nyata saat fase pre-production terkait UX: Desainer bisa memahami masalah dari aplikasi yang ingin diciptakan, membuat solusi lewat desain antarmuka (UI) berupa prototype, serta mampu mengetes desain miliknya agar bisa mengetahui seberapa puas pengguna menggunakan aplikasi. Bila user bisa nyaman & paham menggunakan prototype, hal tersebut pertanda UX aplikasi itu dirancang dengan baik.
Lalu, pahami user persona : 🐶
Di bidang UX, persona adalah kumpulan data-data yang berkaitan dengan user. Untuk aplikasi secara umum, patokannya itu meliputi jenis kelamin, keluarga, usia, status perkawinan, sampai ketakutan atau tantangan terbesar user. Kalau user kita adalah anjing peliharaan, apa saja sih kira-kira personanya? Kita bisa menuliskan satu persatu tentang kebiasaan anjing ditambah sedikit argumen pendukung seperti ini:
Anjing itu lincah dan aktif
Sedikit berbeda dengan kucing yang relatif kalem, anjing harus diajak olahraga (baca: jalan-jalan) oleh sang pemilik setiap hari. Bahkan, sudah sering kita lihat anjing dibawa traveling hingga ke luar negri. Dari sini kita bisa menebak nih, kalau aplikasi nanti harus bisa dipasang di gadget yang portabel dan punya spesifikasi hemat baterai agar tidak repot digunakan kapan & di mana saja.
Anjing adalah makhluk sosial
Anjing dikenal sangat ramah dengan orang-orang di sekitar yang merawatnya. Maka, mudah bagi dog owner untuk melatih peliharaan kesayangan mereka. Dan aplikasi bisa jadi sarana untuk melatih anjing agar bisa turut menjaga pemiliknya lebih baik lagi.
Anjing bisa makan apa pun
Secara naluri, hewan itu suka penasaran, termasuk pada apa pun yang bisa masuk ke mulut mereka. Kalau begitu, nanti aplikasi bisa kita setting hanya kompatibel untuk gadget yang besar, jadi tidak akan mungkin tertelan oleh anjing.
Masih banyak loh persona khas lain yang bisa kamu catat serta pakai untuk riset selama pengembangan aplikasi 😉
Perhatikan hal-hal penting saat membuat UI❗
Faktanya, ada banyak Usability Principle saat kita mendesain aplikasi. Ini adalah beberapa poin penting untuk pengembangan khusus untuk anjing:
- Tap Target harus berukuran besar
Tap Target adalah bagian apa pun yang diketuk user. Desainer biasa menandainya lewat elemen button atau icon. Untuk hewan, lebih baik pasang yang ukurannya besar agar menghindari salah klik. Menurut MIT Touch Lab, lebar rata-rata index finder orang dewasa adalah kisaran 1,6–2 cm, atau setara dengan 45 dan 57 piksel secara online. Sedangkan untuk anjing, lebarnya bisa mencapai 3–4 cm.
- Gesture harus dibangun secara ergonomis
Anjing senang bergerak kesana kemari. Desainer perlu memperhatikan interaksi yang lebih variatif dan menarik untuk memicu anjing bereaksi. Selain tapak kaki anjing, ada kemungkinan cakarnya juga turut menggeser layar aplikasi. Maka dari itu, perlu disesuaikan dengan tujuan project, apakah aplikasi hanya berupa games ringan, atau dibangun untuk melatih anjing. Semakin kompleks tujuan, tentu akan semakin banyak interaksi yang diperlukan.
- Untuk hewan, warna bukanlah indikator utama
Saat membangun aplikasi, kita tujuannya adalah menyelesaikan masalah user, dengan tidak memaksakan preferensi kita sendiri. Anjing memiliki penglihatan dikromatik yaitu buta warna merah, hijau, & kuning. Dalam kata lain, mereka bergantung kepada panca indera lain untuk merasakan area di sekitar bahkan sampai bertahan hidup. Maka, penting untuk menambahkan elemen lain (interaksi dengan suara, video, getaran, dsb) yang lebih bisa dinikmati anjing, ketimbang hanya fokus membangun tampilan 2D pada UI secantik mungkin.
Setelah membaca ini apa kamu tertarik untuk buat aplikasi khusus hewan?😊
Apa pun persona yang dipilih untuk aplikasimu, selalu pastikan desainmu mampu memenuhi kriteria UX ya, yaitu fokus pada kegunaan, aksesibilitas, serta interaksi.
Masih banyak loh ilmu design yang menarik banget buat dipelajari di Nielsen Norman Group😉👍🏻
Dan untuk ketahui riset lebih lanjut tentang UX Design khusus untuk hewan, silahkan kunjungi artikel ini yaaaa: Mobile Usability for Cats dan UX for Dogs.
Thanks for reading! 💕 Be sure to check out more insightful articles from Generation Girl by clicking the box below 👇