My journey as a Front-End Developer : An interview with Taufan Fadhilah

Nur Fauziyya
Generation Girl
Published in
7 min readJul 11, 2022
This article is about the journey of Taufan as a front-end Developer.
Become a Developer

Setiap hari kita pasti pakai gadget. Khususnya kalian yang perempuan nih, pasti sering banget gunakan HP buat belanja online. Tahu nggak sih, aktivitas kita itu satu dari ratusan contoh kemajuan teknologi saat ini. Developer adalah perancang di balik kerennya aplikasi e-commerce kesayangan kita. Maksudnya mereka ngapain? Well, Developer melakukan pengembangan dengan cara merealisasikan desain menjadi satu aplikasi utuh lewat jalan ngoding.

Jadi Developer itu nggak mudah, tapi nggak harus mahir desain untuk bisa coding, ya. Dalam kata lain, fokus Developer itu membangun sistem dan data aplikasi yang lagi dibangun. Makanya, penting banget buat mereka kerjasama bareng sama Designer supaya pengembangan jadi lancar, dalam artian bisa sesuai dengan budget dan deadline project yang sudah disepakati.

Without further ado, yuk kita kenal lebih lanjut Front-End Development bareng Taufan Fadhilah Iskandar, seorang Senior Software Engineer dari Clearview. Untuk mencapai posisinya saat ini, Kak Taufan telah melalui banyak proses dan masih terus belajar seputar teknologi.

Buat Kamu yang pengen banget jadi Developer, semoga tulisan ini bisa menambah insight dan jadi penyemangat buat Kamu juga, ya… Happy reading!

Let’s start our discussion…

Ziya: Hi! Boleh dong Kak sapa dulu teman-teman pembaca Generation Girl! 😊

Taufan: Hi! Aku Taufan Fadhilah Iskandar. Di rumah biasa dipanggil Mas Ofan, kalau orang lain manggilnya Taufan.

Ziya: Saat ini Kakak tinggal dan kerja di mana, ya?

Taufan: Aku arema ya, saat ini tinggal dan kerja di Malang. Tapi kalau ditanya kantor di mana, sekarang lagi kerja di Clearview, lokasinya di San Francisco. Ini tahun ke-3 ngejalanin hidup sebagai remote worker. Aku sengaja nyari kerjaan remote karena merasa lebih bahagia tinggal dekat keluarga. Kalau dulu masih macet-macetan kerja di Jakarta.

Ziya: Sudah berapa lama bekerja di bidang tech? By the way, sejak kapan mulai ngoding?

Taufan: Kenal coding tuh tahun 2012, saat kelas 1 SMA. Real project pertama di 2015, sewaktu kelas 3 SMA. Saat kuliah di Bandung juga sambil freelance, dan di semester 5 dapat kesempatan part-time di sebuah startup Jakarta sampai lulus kuliah.

Myths about Front-End Development : Agree or Disagree 🤔

Ziya: “Kamu perlu gelar sarjana untuk menjadi Developer”

Taufan: Setuju, tapi nggak wajib. Aku coba jawab dari sisi prodiku, ya, Sistem Informasi. Saat kuliah, ada banyak teori pendukung untuk pekerjaan software Engineer. Jadi ketika masuk dunia kerja, kita bisa lebih siap. Tapi buat teman-teman yang memilih tidak kuliah atau kuliahnya di luar bidang IT, sekarang sumber belajar sudah terbuka banget. Bahkan banyak orang yang non-IT pivot ke IT dan sukses.

Ziya: “Pengembangan Front-End tidak sepenting atau teknis seperti Back-End”

Taufan: Wah nggak bisa dibilang begini… Kalau ada issue yang dialami user, front-end bisa jadi yang kena marah pertama kali 😂. Semua role itu penting dan punya tanggung jawabnya masing-masing, ya.

Ziya: “Permintaan untuk pengembangan website tidak sebesar pengembangan aplikasi”

Taufan: As far as I know, Web Development lebih banyak demand-nya untuk saat ini dibanding App Dev, apalagi Desktop Based Dev. Karena Web Dev itu lebih mudah dalam hal pembuatan MVP, kalau pun butuh dijadikan apps, nanti bisa pakai PWA.

Ziya: “Sebagai Developer, Kamu harus bekerja di perusahaan besar untuk menghasilkan banyak uang”

Taufan: I agree with that, but you can get more money by working abroad. There are a lot of opportunities nowadays. Tapi perusahaan lain bukan berarti nggak bagus, karena bisa jadi itu tempat terbaik buat belajar dan ngembangin potensi diri.

Recruitment Process for Developers

Ziya: Kapan Kak Taufan pertama kali bekerja sebagai Developer?

Taufan: Aku mulai pada tahun 2015, saat kelas 3 SMA. Project pertama yaitu bikin aplikasi android buat profil sekolah sendiri. Kebetulan guru IT yang ngasih kesempatan itu. Setelah sebulan pengerjaan, alhamdulillah bisa launching 😁

Ziya: Apa saja tahapan recruitment sebagai Developer?

Taufan: Aku sudah 3x ngerasain pindah kantor, dan step-step recruitment kurang lebih sama. Jadi yang pertama itu screening CV, lalu lanjut ke code/take home test, setelah itu interview HR dan offering.

Kalau untuk front-end, kita harus bisa memposisikan diri kita sebagai real user, lalu pixel perfect itu skill wajib, supaya nanti kolaborasi sama Designer lancar prosesnya😁 Untuk yang logic cukup ketahui yang umum saja, at least bisa setting API.

Nah dari 2 kantor yang hire aku, saat recruitment emang nggak ditanya mengenai full stack. Tapi aku sempat dapat pekerjaan Full Stack Dev. Ya aku bersyukur aja, berarti mereka menganggapku mampu dan bisa untuk pengalaman.

Ziya: Apa saja skill yang perlu dipersiapkan untuk orang-orang yang pertama kali bekerja sebagai Developer?

Taufan: Kalau hard skill bisa belajar di berbagai platform, ya. Untuk soft skill, kitanya harus sering komunikasi langsung dengan orang lain. Teman-teman bisa cari tahu juga 4 kepribadian manusia: Koleris, Plegmatis, Melankolis, & Sanguinis. Menurutku itu basic yang bisa membantu buat memahami lawan bicara.

Ziya: Bagaimana pengalaman Kak Taufan saat pertama kali belajar Front-End?

Taufan: Awal pertama ngoding, aku langsung terjun ke Web Dev, jadi langsung belajar HTML, CSS, dan Javascript. Long story short, tahun 2018 saat keterima part time sebagai Front-End Developer, baru deh aku fokus di front-end. Aku belajar React JS di mana itu bener-bener susah diawal karena sejatinya React JS ini bukan framework namun library. Jadi kalau ngikutin tutor di YouTube, tiap orang punya style masing2 buat nulisnya. Tapi beruntung sekarang sudah ada yang bikin roadmap dan juga tutorial buat project-nya.

Daily life as a Front-End Developer

Ziya: Bagaimana keseharian sebagai Front-End Developer di Clearview AI?

Taufan: Hidup seperti orang pada umumnya, sih. Aku mulai start kerja pukul 9 pagi sampai 5 sore. Cuma terkadang ada telpon pukul 8 pagi atau 9 malam, menyesuaikan waktu teman-teman lainnya. Ketika ada waktu longgar, kadang diisi buat belajar hal baru dan bikin mini project. Sekarang aku lagi mempelajari Blockchain and Web3.

Ziya: Apa hal yang paling menarik mengenai pekerjaan Kakak saat ini?

Taufan: Kalau ngomongin kerjaan sebagai Front-End Developer, serunya adalah kita bisa berkreasi secara visual dan juga tetap ada task buat logic-nya. Jadi bisa balance otak kiri & kanan.

Sedangkan sebagai remote worker, ini anugrah dan kesempatan besar buat aku, jadi banyak waktu buat keluarga, dan yang terpenting nggak ada waktu tersita buat macet-macetan di jalan lagi.

Ziya: Sejauh ini, apa skill teknis atau spesialisasi yang paling dikuasai di Development?

Taufan: Karena berawal dari back-end Dev, aku jadi bisa bilang kalau urusan integrasi component dengan API itu adalah tugas favoritku.

Ziya: Apa tantangan selama menjadi Front-End Developer?

Taufan: One of my biggest enemies, make sure your website runs perfectly on any device and screen size.

Ziya: Bagaimana cara Kakak bekerja bareng dengan rekan kantor? Bisa nggak ceritain real case-nya misalnya bagaimana tips membuat CSS & JavaScript yang bisa mudah dipahami rekan Developer lain?

Taufan: Di team yang sekarang ada 4 orang. Dan hanya aku yang handle front-end hahaha. Tapi pengalaman kerja di tempat lain, ngerjain project itu kita bisa pakai metode BEM CSS atau Atomic Design buat menentukan folder structure-nya. Selain itu, bisa juga tanya ke Designer agar mereka yang bikin Design System-nya. Jadi pas convert ke component jadi lebih mudah.

Ziya: Ada nggak project yang paling memorable sejauh ini? Pastinya udah banyak banget dong portofolionya Kak Taufan^^

Taufan: Sebenarnya udah lumayan banyak project yang pernah aku kerjain, karena ngejalanin freelance mulai tahun 2014. Tapi kalau untuk sharing aku punya kelas di salah satu platform edtech dan konten buatanku ada di Medium dan IG. So, feel free to follow!

Perspective✨

Ziya: Kalau misalnya disuruh pilih satu teknologi untuk dipelajari satu tahun ini, kira-kira mau belajar apa?

Taufan: I would say Web Dev is the best choice to master. Sub-materinya masih banyak yang bisa digali. Dan diantara itu semua, aku akan milih Web3 karena sedang hype dan buat bekal di next phase of technology.

Ziya: Boleh dong kasih saran buat GenGs… apa saja sih bekal yang harus disiapkan untuk jadi Front-End Developer profesional?

Taufan: Jadilah “n shape” person, di mana kamu nggak cuma punya satu keahlian. Minimal ada dua keahlian khusus yang bisa saling support dan punya wawasan generalis. Dan yang masih muda, mending cari ilmu dulu dari pada uang. Karena sejatinya ilmu yang akan menjagamu, selagi kamu menjaga uang.

Ziya: Menurut Kakak, kesempatan perempuan untuk bekerja di bidang IT khususnya jadi Developer itu bagaimana ya sekarang? Apakah sudah cukup bersaing atau barangkali masih kurang jumlah female coder?

Taufan: Di dunia IT nggak ada perbedaan gender, sudah banyak banget perempuan yang ngoding mulai dari Quality Assurance Evaluator hingga Data Scientist. Daripada mikirin perbedaan, mending kolaborasi untuk menciptakan karya terbaik.

Ziya: Last but not least, a trivia question… Saat Kakak lagi pusing ngoding, biasanya bakal ngapain?

Taufan: I know it’s a weird answer, but what I always do this time is take a rest. Tidur adalah senjata ampuh buat ngilangin beban pikiran yang ada di kepala. Karena bisa jadi otak nggak jalan lancar karena lagi banyak pikiran. Dan biasanya, setelah tidur bakalan dapet hidayah buat solve problem-problem yang ada.

Terima kasih Taufan Fadhilah atas sharing pengalamannya 👏

Untuk kalian yang mau tanya-tanya lebih lanjut bisa langsung contact Kak Taufan lewat LinkedIn, Instagram, atau baca tulisannya yang keren di Medium, ya!

Kalian bisa curhat soal coding, pengembangan aplikasi, join kelas online buatan Kak Taufan atau malah mungkin bikin project bareng juga boleeeh 😉

Thanks for reading! 💕 Be sure to check out more insightful articles from Generation Girl by clicking the box below 👇

--

--