Cara simple biar jadi lebih Data-Driven

Baiknya saat mengambil keputusan telah memiliki landasan

Rossiena Laisha
Girls Force
4 min readJul 30, 2020

--

image source by Google

Beberapa waktu lalu, aku sering banget debat sama kolegaku. Ini karena aku selalu bertanya ‘Why’ ketika dia mengambil sebuah keputusan, and tbh if I personally don’t get a satisfying answer aku bakalan terus tanya dan mungkin dia menanggapi hal itu sebagai sebuah offensiveness (ini yang bikin aku kalau punya tim pasti lama diskusinya atau orang lain bilang gelut ahahaha). Soalnya kalau the ‘Why’ nya gak strong, aku gak yakin keputusan itu patut untuk di ambil. Kenapa? karena kalau dasar keputusan nya kuat eksekusinya pasti bakalan jadi mudah.

And, dari sini aku mulai belajar untuk menjadi seseorang yang lebih Data-Driven. Karena tanpa data, sebuah pernyataan itu hanyalah asumsi.

People who are curious who ask the right questions, with a critical spirit and the conviction that data is vital for better understanding, evaluating, and deciding, will impacting the surrounding environment.

- Joan Clotet

Ya.. intinya kalau orang penasaran dan bisa ngajuin pertanyaan yang tepat, dengan spirit yang kritis sekaligus punya keyakinan kalau data itu hal yang vital sebagai sebuah landasan pemahaman, evaluasi, dan keputusan, dia bakalan bisa ngasih pengaruh ke lingkungan sekitarnya.

Jadi. Gimana tuh maksudnya? 🤔

Maksudku, bukan berarti kita gak boleh berasumsi, malah asumsi itu bisa jadi sebuah landasan, hipotesis. Tapi gimana caranya kita tau kalo hipotesis ini adalah sebuah fakta? jelas dong harus ada buktinya, cari fakta, cari data tapi juga harus punya batasan dan ukuran dari permasalahan atau hipotesis yang di cari. Kalau engga, ya gak bakalan kelar. Be more specific!

Biasanya, mindset kaya gini di pake di company dalam membuat keputusan. Salah satu contohnya adalah Bussines Intelligent (BI) intinya kerjaan si BI ini adalah untuk ngedukung dan memfasilitasi keputusan bisnis yang tepat.

Tapi sebenernya Mindet Data Driven itu bisa di terapin di kehidupan personal. Misal, ketika kita mau ngambil keputusan untuk Kuliah atau gak Kuliah pasti kita punya tujuan kan sebelumnya (sekedar ngikut temen, itu juga tujuan btw). Pasti punya kriteria dan aspek yang bakalan di pikirin dan pasti kita bakalan mulai koleksi data terkait. Misal punya lebih dari 1 keputusan pengen kuliah Informatika di kampus A sama pengen kuliah Psikologi di Kampus B dari situ kita mulai nyari data. Terus di analisis lah datanya. Sesuai gak nih, di seleksi mana yang cocok sama tujuan kita tadi.

Intinya hal yang harus di pikirin simpelnya cuman 2, menurutku. Tujuannya apa? dan Data ini dapet dari mana?. Karena jelas kita wajib cek validitas dari data tersebut. Kalau misalkan dapet datanya dari temen nih, tapi bener gak nih informasinya? valid gak nih? (maaf, aku gak percayaan. walaupun di depan iya iya aja hehe).

Ketika ngebuat keputusan berdasarkan bukti atau fakta, keputusan nya bakalan lebih bisa di andelin di banding kalau cuman berdasar naluri, asumsi, atapun presepsi yang kemungkinan besar bisa jadi bias. Kalo kita ngelakuin pendekatan secara Data-Driven kita bisa nge idetifikasi kemungkinan yang bakalan terjadi kedepan, I mean jadi lebih aware sama issues, dan juga membuat kita untuk bisa mikirin beberapa kemungkinan inovasi dan solusi. Bahkan penelitian MIT juga jelasin kalau organisasi yang didorong oleh pengambilan keputusan berbasis data memiliki tingkat produktivitas 4% lebih tinggi dan laba 6% lebih tinggi.

Tapi gimana sih caranya biar lebih Data-Driven?

kalau kamu udah mutusin buat bisa jadi lebih Data-Driven. Cara ini bisa kamu coba

Pertama, Look for Patterns Everywhere!

Analisis data. Pada intinya merupakan sebuah upaya untuk menemukan pola atau korelasi antara titik data yang berbeda. Dari pola dan korelasi inilah wawasan dan kesimpulan bisa ditarik.

Langkah pertama biar lebih bisa data centric adalah dengan bikin keputusan kalo kita sadar harus jadi lebih analitis. Walaupun ini kayaknya sederhana, tapi jelas ini sesuatu yang butuh latihan.

Mau di kampus, ngantri makan, bikin laporan, cari pola dari data sekitar. kalo udah nemu polanya, coba eksplorasi wawacan dan coba bikin kesimpulan kenapa itu ada. Latihan sederhana kaya gini bisa ngelatih kita biar tajem dalem analisis. Mungkin, bisa belajar dari Mr. Sherlock (sorry, aku penggemar beratnya).

Dan kedua, Tie Every Decision Back to the Data

Kapanpun ketika kamu di hadapin sama suatu keputusan, sebisa mungkin untuk jangan bias buat upaya sadar kalo kita harus pake pola pikir analitis.

Identifikasi data yang udah di milikin yang bakalan dipake untuk nge-informasi-in keputusan yang kita ambil. Kalo gak ada data, pikirin gimana biar bisa dapet data sendiri (i mean ada data berdasarkan sumber dan data yang bener-bener di cari sendiri contoh observasi). Jadi kaya pattern-spotting exercise, intinya adalah untuk cukup melatih diri sehingga analisis jadi bagian alami dari proses pengambilan keputusan.

Tapi, apa harus selalu gitu? semua nya harus percaya data dan kita gak bisa ngandelin Intuisi?

Well, yes. But actually nope. Kalau kata mentorku sih gini

Data-Driven bring us to stable future, But!

Intuitive Decision bring us to challenging future.

I think, saat kita membuat sebuh hipotesis kemungkinan besar kita menggunakan intuisi. Maka keduanya menurutku penting. Dan juga kemungkinan besar ada case ketika problem yang kita hadapin memang belum pernah terjadi, jadi mau cari data pun akan sangat sulit karena masih sedikit sumber informasi yang bisa kita olah. Disini aku biasanya bikin beberapa plan, and yep intuisi berperan dalam ngerancang beberapa plan tersebut.

Conclusion

Simplenya sih biar bisa jadi lebih Data-Driven. Tiga poin ini yang wajib kita punya sebelum ngambil keputusan. Tau tujuan nya apa. Datanya dapet darimana. Kalo udah dapet Analisis!

Ini beberapa Referensi yang kubaca saat bikin artikel ini :

--

--