Impian Silicon Valley di Kendal

Melihat pesatnya pertumbuhan ekonomi kreatif dan digital di Indonesia, sudah saatnya potensi ini disebarluaskan di tingkat daerah. Kabupaten Kendal perlu melirik potensi ini, mengingat kapasitas industri yang dimilikinya. Tantangan dan rintangan apa saja yang perlu dilalui untuk mencapai hal tersebut?

Global FutureX
Global Future Insight
5 min readNov 6, 2023

--

Eksistensi startup digital atau usaha rintisan berbasis teknologi komputer begitu menjamur di nusantara. Entitas ini identik dengan sebuah unit bisnis yang tujuannya adalah guna menyelesaikan problem yang dihadapi oleh masyarakat, agar dapat tertangani lebih efektif dan efisien. Mulai dari masalah pada lingkup wilayah kecil, sampai ke scope yang lebih luas. Berkaca dari fenomena banyaknya startup digital di Indonesia, hal ini menandakan bahwa negara kita dapat dikatakan sangat potensial untuk menjadi pusat inovasi digital serta perkembangan teknologi di dunia.

Pada tahun 2022, Startup Ranking mencatat bahwa Indonesia telah menduduki peringkat kelima di dunia berdasarkan banyaknya kuantitas perusahaan rintisannya tersebut. Sebuah jumlah yang sangat fantastis, mengingat Indonesia merupakan negara berkembang dengan sektor agraris yang masih menjadi tumpuan perekonomiannya. Laporan dari Startup Ranking tersebut menyebutkan bahwa Indonesia berada tepat di bawah Amerika Serikat (AS), India, Britania Raya dan Kanada. Risalah tersebut mencatat Indonesia memiliki 2.346 startup di dalam negeri.

Silicon Valley, Amerika Serikat (Sumber: unsplash.com)

Fenomena ini mengingatkan kita kepada Silicon Valley atau Lembah Silikon yang begitu terkenal di dunia karena telah melahirkan berbagai perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Apple Computer, Intel, Yahoo!, Adobe Systems, Cisco Systems, eBay sampai Hewlett-Packard. Wilayah ini sohor dan selalu identik dengan perkembangan teknologi dunia yang terbentuk karena adanya ‘semangat zaman’.

Julukan Silicon Valley ini memang erat kaitannya dengan produk teknologi yang berkaitan dengan pemanfaatan semikonduktor dan komputer. Kita tahu bahwa silikon merupakan unsur semilogam yang berfungsi sebagai semikonduktor komersial yang paling populer di dunia. Kawasan Silicon Valley ini kemudian mengilhami berbagai tempat di belahan dunia untuk menjadi pusat teknologi digital dan komputer, termasuk di Indonesia.

Kendal dan Potensi Ekonomi Digital untuk Nusantara

Pada September 2022, PT Jababeka Tbk resmi meluncurkan kawasan Silicon Valley versi Indonesia di Cikarang, yang disebut Correctio. Sepak terjang ini merupakan fakta bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi pivot industri teknologi terbesar di Asia. Kita tahu, bahwa tidak selamanya Indonesia tetap berada di negara berkembang. Kita akan terus bertumbuh menjadi lebih modern. Kiprah ini juga didukung dengan adanya kolaborasi antara ekosistem startup digital, lembaga riset, venture capital, penyedia solusi teknologi, solusi manufaktur serta pemerintah dalam satu kawasan, yang bernama Correctio.

Strategi ini mirip dengan awal pembangunan Silicon Valley di California pada tahun 1930-an. Wilayah yang semula tumbuh dengan sektor agrarisnya, kini telah menjelma menjadi pusat peradaban industri teknologi dunia. Seperti halnya di Cikarang, yang sebelumnya dibesarkan oleh sektor agraris, kini hanya memiliki lahan pertanian di dua desa saja. Sisanya adalah kawasan industri yang mutakhir dan saling terintegrasi.

Kawasan Industri Kendal (Sumber: medcom.id)

Melihat fenomena di Cikarang tersebut, kemungkinan besar mimpi Silicon Valley di Kendal juga bisa menjadi kenyataan. Kendal saat ini masih didominasi oleh sektor agraris dengan lahan pertanian 24,09% dari total wilayah kabupaten. Akan tapi, Kendal saat ini juga telah mempunyai Kawasan Industri Kendal (KIK), yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 500.000 orang dengan luas lahan kawasan yang dapat mencapai 1000 hektar.

Faktor keberadaan kawasan industri ini menyebabkan Kendal sangat berpotensi untuk bisa menjadi Silicon Valley selanjutnya di Indonesia. Kembali ke permasalahan startup digital yang bisa menjadi tolok ukur munculnya embrio Silicon Valley, menunjukkan bahwa jumlah startup digital di Indonesia persebarannya tidak merata. Berdasarkan data dari kementerian dan lembaga riset, menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen jumlah startup digital terpusat di area Jabodetabek. Sisanya tersebar di seluruh Indonesia dengan proporsi 5 persen di kota besarnya.

Hal ini menunjukkan bahwa kita perlu membangun ekosistem startup digital ini agar lebih eksis di daerah-daerah. Seperti diketahui bahwa ciri khas startup di Indonesia, sebagian besar adalah menyelesaikan permasalahan di tingkat regional atau daerah. Maka dari itu, dengan banyaknya startup digital yang tumbuh di daerah, akan dapat menyelesaikan persoalan sosial yang dialami oleh masyarakat lebih efektif, efisien serta tepat sasaran.

Masa Depan Pewujudan Silicon Valey a la Kendal

Kini, Daerah Kendal sendiri juga masih memiliki beberapa tantangan tersendiri dalam Pembangunan ekosistem digitalnya. Jumlah startup digitalnya masih terbilang sedikit. Beberapa telah muncul entitasnya di media sosial, namun tidak aktif kembali di tengah jalan. Seperti diketahui bahwa problematika yang dihadapi startup digital juga banyak, seperti halnya pada ketersediaan dana, sumber daya manusia (SDM) sampai ketiadaan pasar yang menyebabkan tumbang saat masih seumur jagung.

Startup digital di Kendal Sebagian besar menghadapi hal tersebut. Beberapa kategori startup digital yang sempat muncul antara lain seperti e-commerce lokal, aplikasi kasir, sistem manajemen pertanian, aplikasi pembelajaran siswa, digitalisasi arsip desa, e-recruitment sampai media massa online. Namun hanya beberapa saja yang masih bertahan sampai sekarang.

Ketika startup sudah memulai menjamur di Kendal, hal yang perlu diantisipasi selanjutnya adalah pada kemungkinan kegagalan. Kita tahu, bahwa hanya sedikit startup yang dapat menghasilkan profit. Beberapa alasan gagalnya sebuah startup di Kendal adalah tidak adanya konsumen yang tepat, tidak menemukan bisnis model yang cocok dan startup memerlukan kebutuhan dana yang besar.

Namun semua itu dapat diantisipasi apabila para founder startup rutin mengikuti mentoring bisnis secara terus-menerus dari para praktisi, lembaga swasta atau pemerintahan setempat yang menyediakan konsultasi bisnis usaha rintisan. Dari sesi mentoring rutin tersebut, startup di daerah dapat memetakan masalah yang dihadapinya dan mencari solusi terbaiknya.

Bila ekosistem startup digital di Kendal mulai semakin stabil dari sisi pendapatan bisnisnya, maka hal ini nantinya dapat menciptakan daya tarik kepada lembaga riset, venture capital, penyedia solusi teknologi serta pemerintah. Kendal memiliki poin plus dan modal infrastruktur yang sangat bagus dari sisi kawasan industrinya. Sekarang, tinggal bagaimana menciptakan ‘semangat zaman’ yang dulu pernah terpantik di California. Tentunya, mimpi ini bukan suatu hal yang mustahil. Kita tinggal menunggu momentum yang tepat agar Impian Silicon Valley di Kendal dapat terwujud.

Tentang Penulis

Hardiat Dani Satria adalah seorang pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan saat ini mengelola bisnis dari retail, pertanian, aplikasi digital sampai usaha kesehatan. Saat ini, Dani sedang melanjutkan pendidikan di Magister Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Dani sudah 10 tahun berkarir secara profesional, setelah lulus dari FISIP UI. Selama 10 tahun ini, Dani telah bekerja sebagai jurnalis musik, jurnalis radio, jurnalis online dan televisi. Setelah itu melanjutkan karir di bagian bisnis alih daya sebagai business development, area head, project head dan client relation head. Saat ini, tengah mengembangkan bisnisnya di kampung halamannya di Kendal, Jawa Tengah.

Artikel diedit oleh Andy Fernanda Probotrianto, Policy Specialist di Pijar Foundation

--

--

Global FutureX
Global Future Insight

Global FutureX is a Collaborative Ecosystem for amplifying future-fit actions and knowledge. globalfuturex.org