Menjaga Pancasila 1 Juni

GMNI FH UGM
GMNI FH UGM
Published in
4 min readJun 1, 2018

Oleh: Abibhaskara

Berbagai isu intoleransi dan terorisme akhir-akhir ini membuat saya berpikir bahwa pemahaman dan pengimplementasian Pancasila mulai ditinggalkan. Ditambah keruhnya suasana dengan adanya berita hoax yang berisi konten intoleran. Kemudian kasus terorisme seakan menjadi puncaknya karena pengeboman gereja dengan mengikutsertakan anaknya sendiri.

Kaum ekstrimis ini mengusung ide khilafah yang didasarkan pada interpretasi syariat Islam yang sempit. Dimana mereka berpandangan bahwa semua masalah di Indonesia ini akan selesai jika hukum syariat diterapkan secara tegas dan harus didirikannya negara islam. Sebagaimana yang kita tahu konsep khilafah tidak cocok dan tidak pantas jika diterapkan di Indonesia. Mengutip Gus Dur bahwa Islam tidak mewajibkan bentuk negara apapun, dan Pancasila sudah sangat sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan Islam.

Sampai disini saya berkesimpuan bahwa masih banyak masyarakat kita yang belum memahami penggalian pancasila dan bahkan implementasinya. Pada akhirnya saya bertanya. Bagaimana tindakan-tindakan sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga Pancasila?

Pertama yang perlu kita pahami, bahwa Pancasila bukanlah buatan siapapun. Tidak ada orang yang perrnah membuat Pancasila. Lalu kenapa pancasila bisa ada? Ya karena Pancasila itu sadar atau tidak sadar sudah ada dan dilaksanakan sehari-hari oleh masyarakat kita. Karenanya, Pancasila itu digali dari nilai-nilai orisinil yang ada.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa didefinisikan bukan hanya sebagai kebebasan beragama semata. Walaupun pada prinsip utamanya adalah kemerdekaan bernegara sama dengan kemerdekaan beragama dan bebas beribadah serta memeluk kepercayaan. Namun, ada makna lain yang terkandung.

Dalam pandangan materialisme, masyarakat Indonesia meyakini ada kekuatan gaib yang lebih besar daripada manusia. Kekuatan gaib itulah yang mengatur seluruh alam beserta isinya. Manusia Indonesia merasa mereka perlu memberikan sesajian untuk menghormat kekuatan gaib itu agar tidak menyakiti manusia. Maka, sejak dulu masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bertuhan. Walaupun menemukan tuhannya dengan cara yang berbeda.

Jika ditanya mengenai implementasi sila pertama itu sebetulnya sangat sederhana. Marilah kita saling menghargai kepercayaan dan beribadahnya orang lain. Biarlah masyarakat kita sercara individuil menemukan tuhan dalam kerangka kepercayaannya. Janganlah merasa paling benar dalam beragama, karena sejatinya yang mengetahui kita beragama atau bukan hanyalah diri sendiri dan tuhan. Jadi, mulailah dengan sesederhana menghargai kepercayaan orang lain.

Sila kedua adalah Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Nah, untuk membahas sila kemanusiaan maka kita harus mengerti dulu kemanusiaan Indonesia itu seperti apa. Nyatanya bangsa kita adalah bangsa yang sangat berperikemanusiaan. Sejak Majapahit kita diajarkan konsep “tat swam asi” yang intinya saling membahagiakan, saling memanusiakan, saling membantu. Kemudian Islam datang mengajarkan rahmatan lil alamin. Kristen datang dengan ajaran cinta kasih. Jadi dalam dinamika kebudayaan di Indonesia terdapat konsep kemanusiaan yang sangat kuat.

Kemudian yang bisa dilakukan untuk menjaga kemanusiaan adalah dengan memupuk lebih saling pengertian dan toleransi yang ada. Memperlakukan orang lain seperti memperlakukan diri sendiri maka kita sudah menjaga kemanusiaan ini. Bagaimanapun, setiap manusia membutuhkan manusia lainnya. Maka, merawat manusia lain berarti juga merawat diri sendiri.

Kemudian ada sila Persatuan Indonesia. Sepertinya sila inilah yang sangat kontekstual untuk kita sekarang. Menurut Kon Fu Tzu, jika tidak ada keyakinan yang kuat terhdap negara dalam rakyat maka tidak mungkin suatu negara yang kuat akan terbentuk. Persatuan Indonesia adalah denyut nadinya bangsa Indonesia. Tanpa adanya persatuan tidak mungkin kita bisa menikmati kebebasan bernegara seperti sekarang.

Bisa kita liat kasus nyata sewaktu Arab Springs dimana negara-negara Arab terkena paham dan gerakan Ekstrim sehingga kebencian dan hoax merebak di Arab. Kemudian imbas nyata adalah runtuhnya pemerintahan-pemerintahan akibat tidak adanya rasa persatuan. Maka, bisa kita refleksikan dari sini apakah Indonesia menuju ke arah itu?

Nah, menjaga persatuan sebenarnya bisa kita mulai dengan srawung, dengan menjalin hubungan baik ke semua orang. Paling kontekstual lainnya adalah jangan mudah menyebar berita yang kebenarannya belum pasti. Mengurangi hoax juga berarti kita turut andil dalam menjaga persatuan. Selain itu, menjadi bagian aktif dalam masyarakat juga bisa diimplementasikan.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Membicarakan sila keempat berarti membicarakan demokrasi. Maka model demokrasi apa yang cocok di Indonesia?

Mari kita lihat dalam demokrasi yang ada di sekitar kita. Bentuk paling sederhana yaitu dalam rapat RT, setiap kepala keluarga mengirimkan perwakilannya. Dalam bermusyawarah itu dipimpin oleh seorang yang dituakan di antara perwakilan kepala keluarga.

Kemudian naik ke tingkat kelurahan. Dimana tiap RW mengirimkan perwakilan dan musyawarah dipimpin juga oleh yang dituakan. Keputusan dalam musyawarah diambil bukan berdasarkan voting namun dengan pertimbangan terbaik. Inilah yang disebut demokrasi terpimpin. Demokrasi yang tercipta di masyarakat kita. Kita bisa menemukan model demokrasi ini di berbagai daerah di Indonesia banyak sekali menggunakan model seperti ini.

Penerapan yang paling sederhana terhadap sila ini adalah menjaga etika dalam berdemokrasi. Demokrasi dengan model sebaik apapun tidak akan berjalan tanpa etika.

Terakhir adalah Keadilan Sosial. Pancasila disini secara tegas menolak penindasan atas sesama manusia. Menolak sistem yang menghabisi penghidupan manusia. Masyarakat kita aslinya bukanlah masyarakat penjajah. Pernahkah kita menemui artikel bangsa Indonesia menjajah bangsa lain? Tidak pernah!

Maka spirit dari bangsa kita sendiri adalah bergotong royong untuk adil dan makmur. Jangan berharap kita bisa menjaga pancasila apabila kita dengan orang lain masih menindas. Bahkan lebih parah jika menghabisi. Jangan berharap kita bisa menjaga paancasila jika dengan tetangga kita aja tidak saling mengenal, apalagi membantu. Cara-cara ini mungkin terlihat sederhana namun jika dilakukan memiliki dampak yang sangat besar buat masyarakat.

Oleh karena itu, dengan memahami tafsir Pancasila 1 Juni kita bisa memahami mengapa Pancasila adalah dasar negara yang final untuk kita. Juga bagaimana Pancasila dapat kita implementasikan dengan cara-cara yang sederhana.

--

--

GMNI FH UGM
GMNI FH UGM

cerita, pengalaman, dan tulisan teman-teman GMNI FH UGM