Persimpangan Jalan

Gohan Parningotan
Gohan Parningotan
Published in
2 min readDec 6, 2017

--

Kata orang hidup adalah memilih, bukan mencoba. Banyak keputusan terlalu berharga untuk diputuskan dengan cara coba-coba dan lebih banyak lagi kesempatan yang tidak datang dua kali. Kebijaksaan dalam membuat keputusan merupakan sifat yang dicari atau bahkan dilatih oleh manusia di jaman ini, seperti halnya Artificial Inteligent dan Machine Learning.

Keputusan harus berkuliah jurusan apa, lebih baik mata kuliah A atau mata kuliah B, lebih berkembang bekerja di perusahaan atau membuat startup merupakan keputusan-keputusan yang harus kita hadapi dan putuskan. Membuat keputusan seperti ini seperti berada di persimpangan jalan dengan banyak pilihan jalan. Ada banyak jalan yang bisa dipilih, tetapi kita hanya bisa mengambil satu pilihan. Kita bisa melihat petunjuk jalan, tetapi tidak tahu pasti apa yang ada di ujung jalan. Kita tidak tahu apakah keputusan yang kita ambil akan berakhir tepat atau tidak.

Kebijaksanaan seringkali dikaitkan dengan pengalaman dan kemampuan akal budi. Orang yang sudah tua lebih bijaksana dibanding anak muda. Seorang yang berpendidikan tinggi lebih cermat dalam memutuskan masalah dibanding seorang yang tidak memiliki gelar. Hal ini ada benarnya, tapi tidak sepenuhnya.

Alkitab memberikan kita contoh pemimpin besar yang membuat keputusan penting dalam hidupnya. Musa membuat keputusan untuk memimpin bangsa Israel berangkat ke tanah Kanaan setelah Allah berbicara kepadanya dalam semak yang terbakar. Yeremia membut keputusan untuk memberikan kabar pembuangan Israel setelah Allah menampakkan diri kepadanya dalam penglihatan. Paulus juga membuat keputusan untuk memberikan Injil sampai ke ujung bumi setelah Yesus menampakkan diri kepadanya saat perjalanan ke Damsyik. Kalian lihat mengapa para pemimpin ini membuat keputusan yang benar? Kalian melihat polanya?

Ketiga tokoh ini membuat keputusan dengan bijaksana karena keputusan mereka berasal dari kehendak Allah. Allah menyatakan kehendak-Nya kepada mereka dan mereka membuat keputusan berdasarkan kehendak Allah. Inilah yang harus kita lakukan sebelum membuat keputusan, mengerti apa yang menjadi kehendak Allah sang pemilik hidup kita.

Mungkin beberapa pembaca langsung berpikir bahwa untuk memutuskan kita harus mengalami suatu mimpi, mujizat, atau kejadian ajaib terlebih dahulu. Hal ini setengah benar, karena Allah masih mungkin melakukan hal seperti itu kepada kita, tetapi perlu diingat bahwa Allah sudah memberikan kepada kita Alkitab sebagai sumber segala kebijaksaan. Alkitab harusnya menjadi sumber kebijaksanaan utama kita, bukan mujizat atau mimpi. Allah menganugerahkan kita akal budi untuk memahami kehendak Allah melalui Alkitab, tetapi Allah juga sangat mungkin untuk menyatakan kehendak-Nya secara terang-terangan kepada kita melalui pertanda.

Mengerti kehendak Allah dalam membuat keputusan membuat kita tidak coba-coba dalam membuat keputusan. Mungkin saja Anda membutuhkan waktu sendiri untuk berefleksi, merenung, dan memikirkan keputusan yang harus Anda putuskan dalam beberapa waktu ke depan. Saya berdoa semoga kita bisa menjadi murid yang memutuskan berbagai hal (besar dan kecil) dengan kebijaksanaan yang kita dapatkan dari saat teduh, doa, akal budi, dan kepekaan kita terhadap kehendak Allah.

--

--