Efektivitas Belajar Online vs. Konvensional, Mana yang Lebih Baik?

GREDU
Kolom GREDU
Published in
3 min readApr 20, 2020

COVID-19 membuat masyarakat mulai menyadari pentingnya belajar online. Namun, apakah efektivitasnya lebih baik dari metode konvensional?

Kids studying online
Diambil dari sini.

Awal tahun 2020 ini menjadi sebuah mimpi buruk bagi kalangan siswa di berbagai tingkatan. Pemerintah memerintahkan untuk menutup semua sekolah, yang disebabkan oleh penyebaran COVID-19. Dengan demikian, rumah menjadi satu-satunya tempat untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Belajar online pun menjadi salah satu solusi agar siswa tetap dapat mengejar kalender akademik tahun ini. Pertanyaannya, apakah efektivitas belajar online sama dengan belajar konvensional? Apakah siswa dapat memperoleh hasil yang sama?

Sebenarnya, di era teknologi ini, kegiatan belajar online menjadi suatu hal yang lumrah. Bahkan, di beberapa universitas maupun sekolah tinggi di negara-negara maju di Eropa dan Amerika sudah menerapkan sistem ini. Guru dan murid berinteraksi lewat laptop, melakukan video call atau conference call. Permasalahan siswa Indonesia adalah stigma bahwa kegiatan belajar-mengajar harus melalui tatap muka.

Jika diteliti lebih lanjut, kegiatan belajar online ini cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan siswa. Menurut Valentina Arkorful (2014), belajar online dinilai lebih fleksibel dan adaptif. Fleksibel berarti siswa dapat memilih jam belajar yang cocok dengan kebiasaan mereka sehari-hari. Karakteristik belajar online yang adaptatif memungkinan siswa untuk menggunakan perangkat lunak, metode, dan bantuan apapun yang diperlukan untuk memahami materi.

Selain itu, belajar online juga bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi siswa yang pemalu dan kurang aktif. Di sini, mereka tidak perlu malu saat berbicara karena diperhatikan oleh teman kelasnya. Hal ini juga didukung dengan karakteristik belajar online, yang sering mengadakan forum diskusi dan tanya jawab. Banyak siswa yang menyukai kegiatan ini karena mereka memiliki interaksi lebih, baik itu dengan guru maupun sesama murid (Dixson, 2010).

Namun, tetap saja, kegiatan belajar online ini juga tidak sepenuhnya efektif. Berdiam diri di rumah berpotensi untuk membuat siswa tidak serajin biasanya. Mereka pun lebih rentan terhadap distraksi. Jadi, siswa perlu bantuan orang tua agar mereka dapat belajar dengan lebih terarah. Perlu diketahui, pada dasarnya belajar online dapat melampaui belajar konvensional. Belajar online menuntut siswa untuk memiliki metodologi berpikir yang cukup, dalam mencerna instruksi yang diberikan online (Dixson, 2010).

Sebagai garis besar, belajar online tentu tidak bisa menggantikan belajar konvensional secara penuh. Meskipun potensi belajar online ini tinggi, semua tentu kembali lagi ke siswa itu sendiri. Apakah siswa mampu menghilangkan stigma “belajar harus bertemu guru”. Berkaca pada kondisi saat ini, siswa diharuskan untuk lebih adaptif dalam belajar. Karenanya, mereka harus mampu meningkatkan efektivitas belajar online dengan cara mereka sendiri.

Untuk dibaca lebih lanjut:

Arkorful, Valentina & Abaidoo, Nelly. 2014. The role of e-learning, the advantages and disadvantages of its adoption in Higher Education. In International Journal of Education and Research Vol. 2 №12.

Dixson, Marcia D. 2010. Creating effective student engagement in online courses: What do students find engaging? In Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 10. №2 (page 1–13).

Nguyen, Tuan. June, 2015. The Effectiveness of Online Learning: Beyond No Significant Difference and Future Horizons. In MERLOT Journal of Online Learning and Teaching, Vol. 11 №2.

--

--

GREDU
Kolom GREDU

GREDU percaya pada Anda dan pada pendidikan yang lebih baik.