Sosok di Balik Teladan Bapak Pendidikan Kita

GREDU
Kolom GREDU
Published in
3 min readMay 2, 2020

Wawasan Ki Hajar Dewantara yang luas tentu tak muncul begitu saja. Adalah kedua orang tua Ki Hajar Dewantara yang berjasa besar membentuk pribadinya.

Kutipan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara

Pada tanggal 2 Mei lebih dari seabad lalu, tepatnya pada tahun 1889, lahir seorang anak laki-laki di salah satu keluarga bangsawan di Yogyakarta. Sebagaimana lazimnya keluarga bangsawan pada masa itu, ia tumbuh besar dengan berbagai kemudahan serta kemewahan. Segala kebutuhan maupun permintaannya selalu terpenuhi. Dengan gelar bangsawan yang dimiliki, anak lelaki ini dijamin akan hidup makmur sebagai figur yang penting. Sama seperti orang tuanya, orang tua dari orang tuanya, dan terus hingga leluhur yang memulai garis bangsawan keluarga. Meski demikian, orang tua anak laki-laki ini tak berhenti dan terus mempersiapkan ia menjadi figur yang lebih dan lebih besar lagi.

Sebagai bekal untuk masa depan, orang tuanya mengharuskan ia mengikuti beragam aktivitas pendidikan seperti pelajaran mengaji, menari, karawitan, serta membedah karya-karya sastra Jawa, termasuk karya-karya yang membahas strategi peperangan. Tak cukup sampai di situ, seorang pengasuh juga ditugaskan secara khusus untuk memastikan ia tidak lalai dalam pelajarannya. Selain itu, pengasuh yang ditugaskan ini juga menjadi sumber pengetahuan lain untuk melengkapi pelajaran yang diberikan oleh guru-gurunya.

Tumbuh di masa perjuangan kemerdekaan, jalan anak lelaki ini mungkin tak semulus para bangsawan yang mendahuluinya. Namun, dengan bekal pendidikan yang ia miliki, anak laki-laki tersebut tumbuh menjadi dewasa yang cerdas dan kritis. Wawasannya yang sudah luas tak menghentikannya untuk terus bertanya dan mencari jawaban, khususnya terkait masalah-masalah yang dihadapi bangsa Indonesia yang pada masa itu masih dijajah oleh Belanda.

Kepandaian yang terus diasahnya membuatnya disegani, tidak hanya oleh sesama bangsa Indonesia sendiri, tetapi juga oleh pemerintah kolonial Belanda yang kerap kalang kabut berupaya meredam sikapnya yang kritis. Tak heran, ketika Indonesia akhirnya memperoleh kemerdekaannya, lelaki tersebut ditunjuk sebagai menteri pendidikan pertama Republik Indonesia. Anak laki-laki tersebut lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Nama yang kemudian diubahnya menjadi Ki Hajar Dewantara, nama yang juga kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Bukan gelar bangsawan yang didapatkannya saat lahir yang membuat Soewardi kecil sukses menjadi Ki Hajar Dewantara. Bukan pula segala kemewahan hidup yang dinikmatinya yang membawanya menjadi menteri pendidikan pertama saat Indonesia merdeka. Lebih dari itu semua, keinginan yang dimiliki oleh kedua orang tuanya untuk mengambil peran aktif dalam fase awal pendidikannya yang menjadikan ia figur sukses dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Orang tua Ki Hajar Dewantara memahami pentingnya mengetahui tumbuh kembang pendidikan anak sehingga dapat menyiapkan bekal yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan, menjadikannya pribadi yang sukses di kemudian hari.

Zaman sudah berlalu sejak kali pertama Soewardi Soerjaningrat dilahirkan. Orang tua masa kini pun menghadapi tantangan-tantangan baru saat ingin mengambil partisipasi yang lebih besar dalam pendidikan anak-anak mereka. Namun, bukan berarti Anda tidak dapat mengambil peran yang sama seperti orang tua Soewardi. Anda #bisapakaiGREDU untuk memaksimalkan partisipasi dalam pendidikan anak Anda, menciptakan Soewardi-Soewardi kecil lainnya untuk Indonesia. Selamat Hari Pendidikan Nasional.

--

--

GREDU
Kolom GREDU

GREDU percaya pada Anda dan pada pendidikan yang lebih baik.