Yang Dilakukan Setelah Produk Launched

Halo Designers
HaloDesigners
Published in
5 min readNov 15, 2021

Tugas lanjutan designer setelah produk sudah launched.

Setelah kita beres riset produk, merancang ide dan ekseskusi dengan teliti hingga terimplementasi dengan baik oleh developer, apa lagi ya yang perlu kita lakukan?

Apa gabut aja gitu di kantor, joget tiktok?

Well, walau joget tiktok ga sepenuhnya buruk (it is fun actually), tapi ada beberapa hal yang lebih valuable bagimu seorang product designer lakukan setelah product kita publicly launched.

Hal hal yang dilakukan setelah product launched adalah:

  1. Mantau product dan design performance
  2. Mantau feedback dan review dari user
  3. Buat design enhancement
  4. Mikirin design platform lain (mobile web, iOS, Android)
  5. Nyicil Design System

5 point diatas merupakan hal hal yang biasa dilakukan setelah product launched. Sekarang, aku mau jelasin point by point yang udah aku jabarin, supaya kamu ngerti dan paham.

Mantau product dan design performance

Kamu bisa pantau data yang bersifat kuantitatif menggunakan website2 pengukur performance seperti Google Analytics (GA), fullstory, atau hotjar.

Tools pemantau performance
Beberapa tools untuk mantau peformance
FullStory Dashboard looks
Dashboard fullstory, untuk memantau pengunjung website, menganalisa karakter dan juga melihat performace
Funnel Visualization Report di Google Analytics nunjukin di tahap mana visitor exit dari website kita.
Goal Flow Report
Goal Flow Report di Google Analytics nunjukin data yang lebih akurat tentang visitor path. Kemana aja visitor pindah2 di website kita dan mendeteksi conversion loops.

Pertanyaannya, Apa aja sih yang dipantau?

Kurang lebih 8 metrics ini yang harus kamu perhatikan untuk mendapatkan insight. Insight ini bisa kita gunakan untuk improvisasi desain kita.

  • Task Success rate
    Persentase sukses nya tugas yang dikerjakan.
  • Task completion time
    Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.
  • Engagement
    Seberapa sering user berinteraksi dengan product kita.
  • Retention
    Seberapa sering user kembali ke platform kita dengan happy.
  • Revenue
    Seberapa besar fitur tersebut menghasilkan uang, dengan cara apa.
  • Conversion
    Persentase user yang melakukan aksi yang diinginkan.
  • User Acquisition Persentase
    user untuk membeli produk atau servis yang ditawarkan
  • Net Promoter Score (NPS)
    Kepuasan pelanggan, diukur dari seberapa besar mereka mau mempromosikan bisnis kita kepada orang lain.

Mantau produk itu engga hanya menggunakan tools aja. kamu juga bisa mantau produkmu menggunakan cara lain. Apa aja caranya? mari kita bahas..

Mantau feedback dan review dari user

Kamu bisa lakukan dengan ngejaring feedback mandiri atau liat review product kita di Appstore untuk iOS dan Playstore untuk Android. Dari review2 tersebut kamu bisa dapet beberapa insight yang berguna. Biasanya user numpahin honest review disana.

It is good for us to always close with our user and hear their voices.

Review di dua platform (Google Playstore dan Appstore)

Tapi hati hati, engga semua review perlu dijadikan feature request atau feature improvement yang valid. Perlu adanya filter dan analisis dari mu dan tim untuk proceed ke investigasi selanjutnya.

Bisa juga smart search obrolan netizen di sosmed tentang produk kita.
Contoh yang bagus adalah obrolan netizen tentang app Gojek tempo lalu yang mengeluhkan tentang desain interface dan experience nya yang semakin menurun waktu ke waktu.

Gojek Review
Kekesalan dan negative feedbacks bisa menyebar cepat seperti api, perlu respon yang bijak dan sigap untuk menyikapinya. Begitu pula design team harus bersikap responsive dengan cara mengeluarkan quick fix menjawab problem ini. Source

Dari hal udah dijelaskan tadi, kita dapat simpulkan sebagai berikut:

  • Ambil point point pentingnya
  • Filter opini dan fakta
  • Prioritaskan mana yang perlu masuk sebagai feature improvement.

Membuat design enhancement

Selain memantau dengan teliti, mendengarkan apa kata pengguna, kita juga bisa ngelakuin aksi proaktif.

Coba deh tanya ke diri sendiri, apa yang bisa ngebuat proses produk kita lebih smooth, lebih cepat, lebih efektif dan lebih menyenangkan.

  • Apa ada step yang bisa dirampingkan?
  • pa ada interface yang bisa dipoles lagi? (icon yang tidak konsisten, sistem warna yang masih berantakan, komponen yang beragam dan acak fungsinya, dll).
  • Apa yang bisa dilakukan agar proses backend menjadi lebih ringan dan cepat?
  • Apa yang bisa dilakukan agar user senang atau paling tidak tidak stress saat menggunakannya?

Good example dari update figma terbaru tentang stroke. Sebelumnya, untuk mengganti kepala garis jadi panah, kita perlu 3 kali klik. Dengan menganalisis proses apa yang bisa dirampingkan, figma tim membuat proses tersebut menjadi 1 klik saja. Tanpa perlu nge klik setiap ujung garis, tanpa perlu buka additional menu. Ini yang dinamakan proses optimasi.

Sebelum dan sesudah optimasi fitur

Kalau tadi kita fokus ke mendengar review dari pengguna dan juga membuat design enchacement. Sekarang kita akan bahas sedikit hal yang bisa ngebuat produkmu menjadi lebih efektif dan juga efisien.

Mikirin platform lain (mobile web, ios, android)

web uda kebuat, tapi apa flow yang serupa udah diimplementasikan di mobile web atau app?

Maybe its a good time to dig more on Apple’s Human Interface Guideline & Android’s Material Design.

Google material dan Human Interface Guidelines

Di perusahaan besar, seperti Tokopedia, Traveloka, Shopee, Bukalapak, biasanya yang ngedesain web dan app berbeda orang atau bahkan beda tim.

Tapi kalo kamu kerja di startup, bisa jadi kamu ngerjain semuanya. Satu flow yang diimplemetasikan di web bisa jga diimplemetasikan di app (iOS dan Android). Sehingga setelah product launched di web tiba saatnya untuk memikirkan mengadaptasi flow serupa di app.

Nyicil Design System

Components libary on Figma

Kamu juga bisa jadiin setiap elemen yg uda dibuat sebelumnya jadi komponen, sekalian nyicil buat component library yang bisa jadi cikal bakal design system.

Kuncinya jangan jadikan pekerjaan yg sama dilakukan berulang kali. Kalau kamu menemukan dirimu melakukan hal yang sama berulang kali, itu pertanda kuat kalo kamu perlu membuat sistem standard baku. Salah satu contohnya ngebuat komponen yg bisa dipakai dimanapun dalam konteks apapun. Sekali bikin, 1000x kali pakai dengan konten yang mudah digonta ganti.

kamu bisa belajar gimana caranya membuat design systems dari 0 di HaloFigma.com. disana, kamu akan belajar gimana caranya membuat styles, components and varians, pengaplikasian design systems dan lain lain yang akan membantumu membuat design systems dari nol.

-gambar OG halofigma-

Setelah membaca uraian ini, kita sama sama menyadari, ternyata pekerjaan seorang product designer engga ada habisnya ya. Yok semangat untuk product designer yang sehat raga, mental dan finansial. Bisa!

Follow Medium HaloDesigners untuk dapet update2 selanjutnya.

Dan follow juga Instagram kita @halodesigners untuk belajar bersama UI Design, UX Design dan UX Research bareng temen2 yang baru memulai dan profesional lainnya. Terakhir kita lagi seru ngebahas Mencari UI UX Mentor gimana caranya dan dimana.

Kalo kamu lagi hunting kerjaan atau magang sebagai UI Designer, UX Designer, UX Researcher atau UX Writer, beberapa hari lalu ada perusahaan unicorn besar (Gojek, Traveloka dan Bukalapak) yang nge post di HaloDesigners.com untuk role yang mungkin cocok dengan profil mu.

Stay curious, stay safe!

--

--