Ikhlas

Hafizh Muhammad Rozaan
Heroboyo
Published in
2 min readMay 17, 2021

Per tanggal 22 Januari 2021, saya diberikan kesempatan oleh @rksurabaya untuk membedah sebuah buku, langsung saja, saya terpikir sebuah novel berjudul Daun yang Jatuh tak Akan Membenci Angin karangan Tere Liye untuk dibedah.

Bukan tanpa alasan, banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil dari buku ini. Namun, poin yang akan saya soroti disini adalah mengenai “Ikhlas”

Pada saat kepergian Ibu Tania dan Dede, saat itu juga Danar mengatakan sebuah kalimat yang berbunyi

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya. Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Tak peduli lewat apa penerimaan dan pengertian itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian sedih dan menyedihkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana”

Danar bermaksud membuat Tania serta Dede untuk tegar dan ikhlas, memahami semua kondisi yang ada. Ikhlas bahwa sekarang mereka sudah kehilangan ayah dan ibu, karena memang sudah tidak ada yang bisa dilakukan, hanya menerima. Berat, memang. Hanya bisa berkata tanpa merasakan yang sebenarnya, tapi yang dikatakan Danar benar adanya.

Kalimat tersebut sebenarnya berlaku dalam lingkup yang universal, dalam seluruh aspek kehidupan. Jika dianalogikan, hal ini bisa kita kaitkan dengan kehidupan saat pandemi Covid-19.

Bahwa ada masanya di mana kita sama-sama patuh dan menerima. Merelakan korban yang berguguran dan petugas kesehatan yang berada di garda depan. Mengenang kepergian dari duka yang dirasakan semua orang. Serta kehilangan-kehilangan lain yang tak akan pernah kita duga sebelumnya.

Banyak hal dilalui. Merubah yang biasa dari sebelumnya. Juga perihal asmara, bagaimana menyikapi patah hati di kala pandemi. Menghadapi banyak memori sendiri. Menerima rasa sakit dan mencoba sembuh dengan meyakini canggih tubuh. Hingga menemukan semesta baru yang dihidupi dari pelajaran yang lalu.

1 tahun ini, bahkan entah sampai kapan.
Relakanlah, biarkan angin merengkuhnya.

--

--