Integritas Pemimpin : Keteladanan Umar bin Khattab r.a.

Muhammad Ridla Nurullah
Heroboyo
Published in
3 min readJun 10, 2021

Idealnya, pemimpin adalah sosok yang siap mengabdikan dirinya untuk kepentingan yang dipimpinnya. Pemimpin juga merupakan orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, dalam artian, ia dapat memimpin dirinya sendiri menjadi pribadi yang baik, sehingga ketika memimpin orang lain, seluruh tenaga dan waktu yang dimiliki akan dicurahkan sepenuhnya untuk kepentingan yang dipimpin.

Kondisi ideal pemimpin seperti ini seringkali diabaikan oleh orang-orang yang diberikan kepercayaan memimpin pada zaman ini. Tidak jarang kita temukan kasus ketika pemimpin yang sudah terpilih menyalahkan kekuasaan yang dimilikinya demi kepentingan pribadi. Padahal kepercayaan dan kekuasaan yang dimilikinya seharusnya digunakan untuk kemaslahatan orang-orang yang dipimpinnya.

Meskipun tidak ada sosok manusia yang ideal dan sempurna, bahkan untuk seorang pemimpin, pastinya pernah melakukan kesalahan sekecil apapun dan tidak akan bisa sepenuhnya memuaskan bawahannya dan rakyatnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak bisa menjadi alasan bagi pemimpin untuk tidak melakukan yang terbaik bagi kemaslahatan rakyatnya. Sosok pemimpin haruslah mereka yang bisa mempengaruhi dan memahami keadaan anggotanya.

Sosok pemimpin tersebut saya temukan setelah menyaksikan film seri berjudul Umar. Beliau merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Umar dikenal sebagai sosok yang tegas dan pemberani terutama dalam membela kebenaran atas kebatilan. Beliau juga dikenal sebagai sosok yang adil dan memiliki hati yang lembut. Sosoknya sangat disegani di kalangan kaum quraisy, sehingga ketika beliau memutuskan memeluk islam, hal tersebut merupakan keuntungan besar bagi ummat muslim pada saat itu. Dengan masuk islamnya Umar, kekuatan ummat muslim pada saat itu meskipun belum bisa dikatakan banyak, tetapi sudah cukup disegani.

Banyak keteladanan Umar yang bisa kita tiru bahkan sebelum beliau memeluk islam. Saat itu, Umar membenci dan menolak ajaran Nabi SAW. Tetapi, kebencian Umar didasari bukan karena hal yang tidak beralasan seperti kebanyakan pemuka quraisy. Umar membenci karena merasa perpecahan di Arab terjadi karena ajaran yang dibawa Nabi SAW. Meskipun tindakan membenci ini tetap tidak bisa dibenarkan, teladan yang dapat kita ambil adalah, segala sesuatu yang kita lakukan harus didasari landasan berpikir yang kuat, bukan hanya subjektifitas kita semata.

Keteladanan lain yang dapat kita contoh dari sosok Umar tentunya ketika beliau berperan sebagai khalifah Nabi, menggantikan Abu Bakar. Umar merupakan sosok pemimpin yang terkenal akan keadilannya dan responsive dalam menanggapi masalah yang menimpa ummatnya. Umar selalu takut kepada Allah SWT atas segala sesuatu yang dilakukannya sebagai pemimpin. Beliau paham betul, kepemimpinannya ini akan dimintai pertanggung jawaban nanti di akhirat. Umar juga rela kehilangan waktu tidurnya demi “blusukan” di malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya. Beliau selalu khawatir segala kebijakan yang dibuatnya apakah benar-benar bisa mensejahterakan rakyatnya atau sebaliknya.

Integritas terhadap Yang Maha Pencipta, Allah SWT, selalu ditunjukkan Umar dalam setiap langkahnya sebagai pemimpin. Kesungguhan dalam mengabdikan dirinya sebagai pemimpin kepada rakyatnya, tanggung jawabnya dalam memastikan kesejahteraan rakyatnya, serta ketegasannya dalam membedakan yang hak dan batil, merupakan sedikit dari sekian banyak keteladanan yang bisa kita ambil dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. Semoga kita bisa menjadi Umar-umar selanjutnya di zaman sekarang, menjadi pemimpin yang berintegritas kepada Allah SWT.

--

--