Pemimpin dan Lingkarannya

Phelia Hammam
Heroboyo
Published in
2 min readApr 25, 2021

Sudah berapa lama kita termakan oleh omongan para pejabat yang berkuasa? Sudah berapa lama kita melihat uang yang dimakan oleh tikus negara. Apa yang dijanjikan tidak tercemin dalam tindakan. Tidakkah kita bosan? Tidakkah kita malu? Tidakkah kita ingin yang lebih baik? Namun sayangnya, sekarang ini semua dilihat dari apa yang nampak dan apa yang diucapkan. Berkali — kali harapan dan janji manis menjadi alat kampanye mereka.

Di era sekarang ini, yang menjadi sorotan bukanlah perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak masyarakat yang termakan oleh sensasi yang dilakukan oleh seorang selebriti. Hal ini pun didukung dengan media yang tidak lagi menjunjung etika dan moral jurnalisme demi bertahan hidup dan mencari sesuap nasi.

Tentu, kita tidak bisa menyalahkan satu pihak saja. Banyak faktor yang membuat mereka terpaksa melakukan hal yang tidak seharusnya untuk bisa bertahan hidup Toh, pada akhirnya kita tidak bisa lepas dari satu sama lain untuk bertahan. Menyalahkan tidak akan memberikan perubahan.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita banyak terbuai omongan manis oleh mereka yang kita anggap sebagai pemimpin. Mereka yang berusaha mempertahankan lingkar elit untuk keturunannya tanpa ada keinginan untuk memperbaiki kondisi yang ada. Lahirnya pemimpin yang cerdas memberikan bualan dan nampak intelek tidak ditunjukkan dengan aksi yang nyata.

Padahal, sejatinya, salah satu tantangan berat menjadi seorang pemimpin adalah teladannya. Namun, saat ini hal itu tidak lagi menjadi prioritas selama jabaan berada di tangan. Jabatan menjadi candu. Bahkan untuk mereka yang telah melepas kursi mereka untuk penerusnya, masih mencari cara untuk mempertahankan kursi tersebut agar tidak berada pada pendatang. Memberikan intervensi keras yang bisa jadi tidak dibutuhkan atau bahkan menghambat kinerja.

Untuk merubah hal ini, tentu perlu dilakukan perubahan dalam sistem dan untuk melakukan penetrasi kedalam sistem itu tidaklah mudah. Ketika kita berada dalam sistem, tidak menjadi kepastian bahwa kita bisa merubah apa yang menjadi permasalahan disana. Tidak menutup kemungkinan, ketika kita mengerti apa yang kita hadapi dalam sebuah sistem, kita tergiur dan turut terjun kedalam lingkaran elit tersebut.

Mencegah hal tersebut diperlukan niat yang kuat dan orientasi yang benar. Apabila orientasi kita hanyalah sekedar bersifat materialistik, dengan mudah kita akan digoyang dengan hal itu. Hal ini perlu diselaraskan dengan niat yang dibentuk ketika kita memulai perjuangan tersebut.

--

--