Ada Waktunya Untuk Beristirahat

Rayhan Rusyd
hidupmudah
Published in
2 min readFeb 11, 2020

Jangan terlalu dipaksa, kalau lelah beristirahatlah

Sumber: Dokumen Pribadi

Ada kalanya kita harus berani berhenti ditengah jalan. Menyerah? Bukan. Mengakui kegagalan? Bukan. Berganti haluan? Bukan juga. Kita berhenti ditengah jalan tidak harus diartikan negatif seakan-akan hal tersebut akan memberikan dampak buruk bagi kita. Kita perlu yang namanya beristirahat.

Ada kalanya memang ketika kita termakan oleh ambisi dalam melakukan sesuatu, kita merasa bahwa tidak ada hal yang dapat menghentikan kita. Jujur saja, syaa pun sering mengalami hal itu. Dalam satu periode, saya merasa bahwa yang harus saya lakukan hanyalah belajar, belajar, dan belajar. Hingga saya mencapai satu titik dimana saya merasa waktunya untuk mebayarkan harga yang sudah saya korbankan selama saya belajaer tersebut. Ya, kesehatan saya lah yang menjadi bayarannya. Bayangkan saja, kalau bisa dihitung, sehari saya dapat belajar selama dua belas hingga tiga belas jam. Memang selama saya didalam ambisi untuk mendapatkan hasil belajar yang terbaik saya tidak merasa menemukan kendala apapun. Tapi, pada akhirnya saya harus mengorbankan kesehatan saya. Saya pun terkena penyakit semacam gatal-gatal hingga terkena gangguan pernafasan.

Saya merasa bahwa hal-hal sekeras itu memang akan selalu ada bayarannya. Tapi apa iya, kita harus mengorbankan tubuh kita sendiri? Apakah kita harus selalu mengorbankan kesehatan diri kita hanya demi mendapatkan pencapaian terbaik? Tidakkah bisa bagi kita untuk meluangkan waktu sedikit untuk beristirahat?

Selama beristirahat, ada banyak hal yang dapat kita pahami kembali. Apa maksudnya pahami kembali? Mungkin selama kita dalam posisi bekerja terus tanpa istirahat, kita lupa nikmatnya duduk dengan tenang, jalan-jalan kecil sambil memlihat lingkungan sekitar, bernafas dengan bebas diluar ruangan, ataupun mengobrol dengan orang yang mungkin selama kita beraktifitas tidak sempat kita ajak berbicara. Tanpa sadar, selama kita bekerja keras tanpa istirahat, sudah banyak nikmat lain yang kita tinggalkan.

Namun, bentuk istirahat ini pun perlu juga kita berikan batasan-batasan tertentu. Kita pun tidak boleh dalam beristirahat menjadi terlena dengan rasa nyaman sehingga tidak ingin beraktifitas kembali. Beristirahat bukanlah hanya tentang tidur dan makan, melainkan berolahraga, menyegarkan diri kita kembali, memeriksa dan mengontrol kesehatan diri, dan kembali menyusun rencana untuk kedepannya.

Jangan pula jadikan istirahat sebagai wadah untuk bermalas-malasan. Bermalas-malasan pun tidak akan kembali membuat kita segar, menyehatkan tubuh kita, atau bahkan yang terburuk ialah hanya membuat kita semakin banyak tekanan karena kita isi istirahat itu dengan seerba menunda sesuatu. Bila hal itu terjadi, maka kita sudah kehilangan arti istirahat itu sebenarnya. Yang pada awalnya istirahat itu memang dibutuhkan untuk kembali menyegarkan diri, hanya menjadi wadah penambah beban yang tidak ada ujungnya.

Tidak ada salahnya untuk mengambil istirahat. Cukup lah sehari dalam seminggu dan dilakukan setiap minggu. Tidak terlalu banyak, namun tidak sedikit pula. Gunakan satu hari itu sebaik-baiknya untuk kembali menyegarkan diri, mengatur jadwal kembali, dan mengobrol dengan orang yang jarang kita aja bicara.

Sekian, hatur nuhun.

--

--

Rayhan Rusyd
hidupmudah

Selain menulis menggunakan bahasa pemrograman, juga menulis menggunakan bahasa manusia.