Apa Itu Bintik Merah yang Terdapat di Planet Jupiter?

Himastron ITB
Himastron ITB
Published in
3 min readJul 13, 2024
Citra bintik merah raksasa Jupiter dan badai yang lebih kecil berupa bintik-bintik putih, diambil oleh wahana Voyager 1 pada 1979. (Sumber: NASA)

Tak lengkap rasanya jika kita membahas planet Jupiter tanpa melibatkan bintik merah besar yang terdapat di atmosfernya. Mendapat julukan sebagai The Great Red Spot, bintik ini merupakan sebuah sistem badai raksasa yang berdiameter sekitar 16.350 km, cukup besar untuk menelan planet Bumi seutuhnya. Catatan pertama mengenai bintik ini diketahui merupakan sebuah gambar yang dibuat oleh astronom Jerman Samuel Heinrich Schwabe pada 1831. Setelah itu, bintik tersebut kemudian mulai diamati sejak 1878. Apabila bintik ini sama dengan bintik yang ditemukan oleh astronom Italia Giovanni Cassini pada 1665, tentu bintik ini telah berumur setidaknya 359 tahun.

Tidak seperti badai siklon (badai yang terjadi di sekitar daerah bertekanan rendah) di Bumi, bintik merah di Jupiter merupakan sebuah badai antisiklon yang terbentuk di daerah bertekanan tinggi. Bintik ini ditenagai oleh dua arus jet berkecepatan tinggi yang saling berlawanan sehingga membuat badai berputar secara konstan di tempat yang sama tanpa berpindah lokasi. Sementara badai di Bumi ditenagai oleh panas dari Matahari, badai di Jupiter ditenagai oleh panas dari inti logamnya dengan temperatur mencapai 27.700 derajat celcius. Kombinasi arus jet dan panas dari inti Jupiter inilah yang membawa bintik merah bergerak dengan kecepatan mencapai 680 km/jam.

Ilustrasi dua arus jet yang mentenagai bintik merah di Jupiter (Sumber: Primal Space)

Bintik merah raksasa diperkirakan telah berumur lebih dari 300 tahun. Para ilmuwan menduga umur panjang bintik ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, Jupiter tidak memiliki daratan yang mengganggu arus jet di atasnya sehingga badai bebas bergerak mengikuti arah rotasi planet. Kedua, bintik merah raksasa “memakan” badai-badai kecil yang dilewatinya. Energi dari badai-badai kecil tersebut digunakan sebagai bahan bakar untuk badai yang lebih besar. Walaupun warna merah pada bintik ini ikonik, sampai saat ini para ilmuwan masih belum memiliki jawaban pasti tentang dari mana asal warna merah ini berasal. Ilmuwan menduga hal ini berhubungan dengan komposisi kimia seperti sulfur atau amonia yang berada di lapisan atas badai.

Meski bintik merah raksasa ini telah bertahan dalam jangka waktu ratusan tahun, hingga saat ini ukurannya terus menyusut. Pada saat pengamatan awal di abad ke-19, diameter bintik mencapai lebih dari 3 kali ukuran diameter Bumi. Namun, saat ini diameter bintik hanya mencapai sekitar 1,3 kali ukuran diameter Bumi. Jika penyusutan ini terus berlanjut, kemungkinan bintik merah raksasa Jupiter akan menghilang di masa depan. Dengan kecepatan penyusutan sekitar 1000 km/tahun, ilmuwan menduga umur bintik merah raksasa hanya dapat bertahan sekitar 1 sampai 2 dekade lagi sebelum akhirnya menghilang.

Perbandingan ukuran bintik merah raksasa yang disketsakan oleh Thomas Gwyn Elger pada 1881 (kiri) dan citra yang diambil pada 2023 kemarin (kanan). Bagian atas gambar menunjukkan arah selatan. (Sumber: Sky & Telescope)

Penulis: Muhammad Fadhlan Dhafin H. (10322016)

Penyunting: M. Khawariz Andaristiyan (10321005)

Referensi:

Dawe, R, W. (2024, 9 Juli). Great Red Spot. Britannica. https://www.britannica.com/place/Great-Red-Spot.

Hille, B, K. (2015, 4 Agustus). Jupiter’s Great Red Spot: A Swirling Mystery. NASA. https://www.nasa.gov/solar-system/jupiters-great-red-spot-a-swirling-mystery/.

Lang, R, K. (2011). The Cambridge Guide to the Solar System Second Edition. Cambridge University Press.

Primal Space. (2019, 25 November). The Power of Jupiter’s Red Spot [Video]. Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=CyRyIFV2RyI.

Simon, A. (2023, 1 September). Jupiter’s Red Great Spot: Everything you need to know. Space. https://www.space.com/jupiter-great-red-spot.html.

--

--

Himastron ITB
Himastron ITB

Akun Medium resmi Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB.